Sebuah Rencana

801 Words
Malam tiba, Greg masih menemani Jess seharian penuh. Waktunya benar-benar diberikan pada Jess hari itu sampai besok. Dia ingin keadaan mental Jess mulai membaik. Kini mereka sedang berada di sofa ruang tengah sembari menonton film. Setidaknya perhatian Jess mulai teralihkan saat ini dengan kehadiran Greg. "Bisakah kau mengambilkan ponselku? Aku sudah lama tak memeriksanya," pinta Jess. "Hmm, di mana kau menaruhnya?" tanya Greg. "Di laci meja nakas.” "Tunggu sebentar.” Greg beranjak dari kursi sofa. Greg berjalan ke arah tangga untuk mengambilkan ponsel milik Jess. Di saat Greg ke atas, ponsel pria itu berbunyi di sebelah Jess. Ya, tadi Greg sepertinya tak sadar bahwa ponselnya jatuh dari kantong celananya. Jess mengambil ponsel Greg dan melihat sebuah nama wanita terlihat di layar ponsel itu. "Britney?" gumam Jess. Lalu Jess membuka ponsel itu dan sepertinya Greg tak pernah mengganti kode poselnya meskipun ponselnya sudah diganti. Jess duduk tegak dan membaca beberapa pesan dari wanita bernama Britney itu. Dari situ, Jess tahu bahwa Britney dan Greg sedang saling mengenal satu sama lain. Britney tampaknya adalah teman Samnatha karena mereka membahas Samantha juga di dalam rentetan pesan itu. Jess tampak geram dan jiwa posesifnya kembali menguasai hati dan pikirannya. Jess ingin Greg menunggunya dan tak ingin Greg berhubungan dengan siapa pun sampai mereka kembali bersama lagi. "Kau milikku, Honey. Tak ada yang boleh mengambilmu kecuali aku. Hanya kau milikku saat ini dan selamanya," gumam Jess berbisik. Lalu Jess mematikan ponsel Greg dan memasukkannya ke sela-sela sofa agar Greg tak menemukannya. Tak lama kemudian, Greg datang dan membawa ponsel Jess beserta charger. "Ponselmu mati. Aku akan mengisi baterainya dulu.” Greg menuju ke sebuah stopkontak di dekat televisi. "Hmm ... Thank you, Honey." Jess tersenyum lalu menonton filmnya lagi. Kemudian Greg kembali duduk di samping Jess. Lalu Jess merebahkan kepalanya di paha Greg. "Kau pulang besok?" tanya Jess. "Ya, kau bisa meneleponku kapan saja.” "Hmm, aku akan sibuk kuliah dan mungkin tak akan sempat meneleponmu," jawab Jess. "Itu bagus karena kau akan segera melupakan semua ini dengan belajar giat dan mengisi waktumu.” "Hmm," sahut Jess lirih. Jari telunjuknya tampak memainkan gerakan kecil di lutut Greg. "I love you, Honey. Ingatlah selalu hal itu," bisik Jess. Greg tak menjawab apa pun dan tak menutup kemungkinan bagi mereka berdua untuk kembali bersama di masa depan. Tak akan ada yang tahu takdir seseorang. Greg mengusap rambut Jess dan tak terasa hal itu membuat Jess nyaman dan tertidur pulas di pangkuan Greg. * * Jess membuka matanya dan dia mengedarkan padangannya. Ternyata Greg sudah membawanya ke kamar. Jess melihat jam meja di meja nakasnya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Jess beranjak bangun dan mengambil jaketnya di lemari. Ia kemudian keluar dari kamar dan dia tak melihat Greg di luar. Itu artinya, Greg sudah masuk ke kamar tamu. Jess turun dari tangga dengan langkah kaki mengendap-endap. Ia mengambil ponselnya lalu mencari sesuatu di internet. Kemudian Jess mengambil kunci mobilnya dan keluar dari rumahnya. * * Tak sampai setengah jam, Jess kembali ke rumahnya dan di segera masuk kembali ke rumah. CEKLEK Jess membuka pintu depan dan dia terkejut melihat Greg sudah ada di depannya. "Honey!! Kau mengagetkanku," ucap Jess sembari memegang dadanya. Jess memasukkan tanganya ke dalam kantorn jaketnya. "Kau dari mana malam-malam begini?" tanya Greg. "Aku berkeliling kota sebentar. Aku hanya ingin sedikit refreshing.” Jess berbohong. Lalu Greg memeluknya dan mengusap punggungnya. "Seharusnya kau membangunkan aku tadi.” "Kau tidur, aku tak mau mengganggumu.” Lalu Greg melepaskan pelukannya. "Aku di sini untukmu dan aku sudah mengatakan hal itu padamu.” Jess mengangguk dan kemudian Greg menutup dan mengunci pintunya. "Aku akan tidur.” Jess naik ke arah tangga tanpa menunggu Greg. Greg melihat Jess yang menaiki tangga dan setelahnya pria itu pun kembali ke kamarnya. * * Pagi-pagi sekali, Jess keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu. Ia mencari pelayan setianya. "Bibi," panggil Jess pelan pada pelayannya yang tampak memasak untuk makan pagi. Wanita paruh baya itu menoleh pada Jess. "Ya, Nona?" tanya Pelayan. Lalu Jess memberikan sebuah bungkusan kecil pada Pelayan. "Masukkan bubuk ini ke dalam jus jeruk milik Greg nanti. Sebentar lagi biasanya dia akan bangun untuk Jogging. Dan ini adalah vitamin milik Daddy dulu. Dia akan menjadi bugar setelah meminum ini," ucap Jess pelan. "Baik, Nona.” "Pastikan Greg meminumnya, oke? Dan jangan katakan bahwa Bibi menaruh vitamin di dalamya. Greg tak terlalu suka hal itu. Aku hanya ingin dia sehat dan tak sakit ketika kembali ke Inggris," kata Jess. "Baik, Nona.” Lalu Jess keluar dari dapur dan kembali naik ke kamarnya. Jess membuka pintu kamarnya dan menutupnya kembali. Wanita itu membuka bajunya dan menuju kamar mandi. Ia memenuhi isi bath tub dengan air hangat dan segera masuk ke dalamnya. Senyumnya tersungging miring. "Kau akan mencariku, Honey," bisiknya lirih sembari mengusap tubuhnya dengan air hangat yang sudah tercampur sabun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD