DL-10

1134 Words
“Pelatihan ini benar-benar membuat orang jadi tidak bernyawa,” protes salah seorang peserta lainnya. Pustin dan Shelby hanya diam. Mereka akhirnya menyelesaikan jatah mandi mereka. Dan keluar dari kamar mandi. Ternyata di luar kamar mandi sudah berdiri wakil komandan Compton dan Antoine. Sontak Pustin dan Shelby kaget. Namun kedua wakil komandan ini tidak berbicara apapun. Mereka hanya memandang Pustin dan Shelby seraya memberi tanda kepada mereka untuk segera kembali ke barak. Ketika Pustin dan Shelby berjalan menjauh, terdengar teriakan salah seorang peserta. Pustin menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Alangkah kagetnya bahwa peserta yang sempat memprotes pelatihan ini, dihajar dengan pentungan kayu dan ditendang oleh kedua wakil komandan itu. “Pustin, lebih baik kita kembali ke barak. Jangan ikut campur,” ajak Shelby kepada Pustin. Pustin sempat terdiam, namun akhirnya dia mengikuti ajakan Shelby. Suara teriakan pilu dan minta ampun dari peserta itu membuat telinga Pustin memerah. Di satu sisi dia ingin membantunya, namun di sisi lain Pustin memiliki misi tersendiri untuk lolos ke Konstantin Field. Malam hari sudah tiba. Pelatihan dan juga pembelajaran dari siang menuju malam tidak sesadis ketika pagi. Komandan Buck memberikan pelajaran mengenai fisik dan stamina serta prosedur di Konstantin Field. Ada beberapa pelatihan fisik yang harus dilakukan oleh para peserta dari barak 1 hingga 5 untuk melatih stamina. Dan besok akan dimulai pelatihan stamina dan fisik. Pustin memperhatikan dengan saksama penjelasan komandan Buck. Tidak boleh ada kata-kata yang terlewat darinya. “Hei, Shelby. Ke mana peserta yang tadi?” tunjuk Pustin ke arah tempat tidur yang kosong. “Rumor yang beredar, dia masuk rumah sakit Kirkham. Kemungkinan besar tidak lolos,” jawab Shelby. “Katanya tulang rusuk dan juga pipi remuk,” balas seorang peserta yang berada di sebelah kanan Pustin. “Separah itu?” tanya Pustin kepada pria itu. “Iya. Aku yang mengantarkan Joseph ke rumah sakit,” jawab seorang pria yang duduk di dekat mereka. “Kau yang mengantarnya?” tanya Shelby, ikut bergabung. “Aku dan dia,” tunjuk pria ini ke arah salah satu peserta yang menangis di kamar mandi tadi. “Oh, siapa namamu? Aku Pustin,” lanjut Pustin seraya menyodorkan tangan. “Morcant,” jawabnya “Aku Shelby.” Shelby juga ikut menyodorkan tangannya. “Kau cukup cepat larinya, Pustin. Tapi sayang kau masih lengah dan cepat puas,” ujar Morcant mengomentari performa Pustin tadi pagi. “Ya, aku kurang beruntung tadi pagi,” balas Pustin atas kritikan Morcant. “Hati-hati dengan Alger. Dia bisa memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk berbuat curang,” lanjut Morcant menyebutkan nama peserta yang mengalahkan Pustin. “Alger. Lalu kemana dia sekarang?” tanya Shelby yang tidak melihat sosok Alger di barak 3. “Dia masih dijamu oleh komandan Buck,” ucap Morcant yang membuat Pustin sedikit iri. Pustin berpikir jika dia memenangkan lomba tadi pagi, bisa saja dia yang dijamu oleh komandan Buck. “Tapi berhati-hatilah jika kau dijamu komandan Buck,” lanjut Morcant membuat Pustin dan Shelby penasaran. “Kenapa?” tanya Shelby lagi. “Komandan Buck punya julukan Gemini. Dia bisa berbaik hati hari ini, tapi esok hari dia bisa membuatmu serasa ingin mati,” jawab Morcant yang membuat Pustin dan Shelby bergidik ngeri. “Hei, jangan berisik! Tidur semua!” tiba-tiba wakil komandan Compton dan Antoine masuk ke barak. Mereka memerintahkan semua peserta untuk tidur. “Tidur! Besok kalian harus menghadapi neraka kembali! Haha!” lanjut Compton dengan suara tertawa yang menusuk hati. Siapapun yang mendengarnya pasti akan ciut mentalnya. Pustin, Shelby dan Morcant langsung beranjak tidur meski mata mereka terpejam, tetapi raga masih terjaga. Setelah wakil komandan keluar dari barak, Pustin membuka mata dan menatap langit-langit barak. Rasanya ingin berhenti saat itu juga. Akan tetapi di sudut hati yang lain, Dia teringat akan janjinya untuk mengeksekusi pembunuh ayahnya, yaitu Mavra Scott. Tentu dia tidak ingin berhenti di sini. Dia harus menguatkan hati dan mental untuk terus berjuang. “Pustin, apakah pernah terpikir untuk berhenti sekarang?” bisik Shelby kepada Pustin. “Pernah. Tapi aku memiliki janji dan misi, Shelby,” jawab Pustin berbisik. “Janji dan misi itu yang menguatkan kita,” lanjut Shelby. “Iya. Hanya itu yang bisa membuat kita kuat menghadapi pelatihan ini,” balas Pustin. “Entah sampai kapan kita bisa kuat menghadapi siksaan ini,” bisik Shelby yang membuat Pustin menoleh ke arahnya. Tidak berapa lama Shelby terlelap dalam tidurnya. Ucapan Shelby membuat Pustin berpikir. Sekuat apakah dirinya? Pagi hari telah tiba. Barak 3 tidak terlihat ada pelatihan keras dan sadis seperti kemarin. Wakil komandan Antoine dan Compton membangunkan para peserta dengan cara yang lebih manusiawi. Para peserta di barak 3 berkumpul di lapangan dengan seragam dinas lengkap. Kali ini justru barak 4 dan 5 yang mendapatkan perlakukan seperti barak 3 kemarin. Hanya saja mereka disuruh berlari ke atas bukit sejak pagi. Namun tidak diminta untuk makan di lapangan dengan pemandangan proses penyembelihan babi di depan mata. Semua peserta diminta untuk makan pagi di aula kantin. Semua peserta tanpa terkecuali. “Tumben hari ini pelatihan berjalan santai?” bisik Shelby ke Pustin dan Morcant yang berjalan di depannya. “Entahlah. Berharap akan seperti ini terus,” jawab Pustin. “Aku punya feeling tidak enak dengan situasi seperti ini,” timpal Morcant. “Hei, jangan berkata begitu,” protes Shelby yang diikuti pandangan tajam Pustin. Membuat Morcant hanya tertawa geli. Semua peserta Barak 3 sudah mengambil makanan dan duduk di kursi yang sudah ditentukan oleh pengelola Kirkham. Alger yang mendapatkan hadiah berupa jamuan makan malam bersama komandan Buck, bercerita dan menyombongkan diri bahwa komandan Buck memuji dirinya. Tidak henti-hentinya Alger menyombongkan diri dan terus bercerita sembari makan. Membuat beberapa peserta di sebelahnya kagum dan mencoba menjilat Alger. Mereka pikir dengan mendekati Alger, akan membuat hidup mereka selama 90 hari di Kirkham akan aman. Baru setengah piring mereka menyantap sarapan yang entah rasanya seperti apa, Komandan Buck masuk ke aula kantin sendirian. Kedua wakilnya tidak ada. “Barak 3! Berhenti makan! Berdiri!” teriak komandan Buck yang mengagetkan semua peserta dan membuat peserta di barak 3 langsung berdiri. Mereka tidak mau terkena sasaran amukan komandan Buck. “Alger! Duduk!” perintah komandan Buck yang membuat Alger duduk dan tersenyum. Pemandangan ini membuat iri semua peserta. Alger tampak mendapatkan perhatian lebih. Komandan Buck memandang jam tangan di lengan kirinya lalu memberikan perintah, “Dalam waktu 15 menit, saya mau kalian sudah berada di puncak bukit Kirkham.” Selesai memberikan perintah, komandan Buck menarik rambut Alger dan menghujamkan wajah Alger ke piring makanannya yang masih ada setengah porsi. Pemandangan ini membuat peserta di semua barak kaget. “Jangan pikir kau berhasil memenangkan lomba kemarin, kau akan selamat. Buatmu aku beri waktu 10 menit untuk sampai di bukit Kirkham,” perintah komandan Buck kepada Alger. Pustin terhenyak dan langsung mengingat ucapan rekan satu perjuangannya tadi yang mengatakan bahwa pria itu seperti Gemini. Ini benar-benar sebuah kompetisi yang tidak waras! batinnya menilai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD