Lucas memutuskan pulang ke apartemen setelah seharian bekerja dan kejadian tadi merupakan tamparan keras bagi dirinya agar lebih membaca terlebih dahulu berkas yang di tanda tangani. Memutuskan untuk istirahat setelah membersihkan dirinya dan untung saja sebelum memasuki apartemen dirinya membeli makanan terlebih dahulu agar tidak perlu memasak.
“Sayang,” suara wanita membuat Lucas keluar dari kamar.
Lucas menatap sang kekasih yang masih menggunakan pakaian kerjanya membuat Lucas tersenyum bagaimana bisa kekasihnya datang kemari setelah lelah bekerja sama seperti dirinya, Lucas mendatangi kekasihnya dan memeluk erat melampiaskan kerinduan setelah tidak bertemu beberapa hari karena Lucas di rumah orang tuanya. Poppy nama kekasihnya merupakan teman masa sekolah saudaranya dan usia mereka terpaut jauh, hubungan mereka sudah terjalin semenjak Lucas kuliah. Lucas sudah mengenalkan kekasihnya pada kedua orang tuanya tapi tidak pernah ada reaksi apa pun dari kedua orang tuanya yang dianggap sebagai persetujuan atas apa yang Lucas lakukan.
“Sudah makan?,” Poppy menatap Lucas setelah pelukan mereka lepas.
“Baru selesai mandi, kamu mandi dulu aku yang menyiapkan makan,” Lucas membelai wajah Poppy perlahan.
Poppy mencium bibir Lucas sekilas sebelum akhirnya melangkah ke kamar tempat Lucas istirahat. Lucas memutuskan untuk tinggal sendiri dengan alasan mandiri padahal tujuan sebenarnya agar bisa bebas dengan Poppy, Poppy sendiri biasanya hanya mampir sebelum akhirnya memutuskan pulang ke tempatnya. Lucas sangat menyukai Poppy karena dewasa dan tidak terlalu cerewet seperti Anggi, mengingat Anggi membuat Lucas teringat bekal yang dititipkan maminya pada Anggi yang tadi diberikan pada Rifat karena terlalu asyik membaca berkas.
“Melamun apa?,” suara Poppy membuat Lucas menatapnya.
Lucas memandang Poppy yang tampak dewasa dengan pakaian sederhananya yaitu baju lengan pendek dan celana pendeknya yang langsung membuat Lucas menatap tajam karena Lucas tidak suka Poppy memperlihatkan apa yang ada dalam tubuhnya pada orang lain. Poppy tahu jika Lucas menatapnya tajam dan seolah tidak peduli dengan tetap menikmati makanan yang ada di meja, Lucas hanya bisa menahan emosi melihat reaksi Poppy dan bukannya seorang pria dewasa akan bertindak dewasa jika ada masalah seperti ini.
“Langsung pulang?,” Lucas mengalihkan keadaan.
Poppy mengangguk “aku hanya mampir saja karena merindukanmu.”
Lucas menarik Poppy duduk di pangkuannya dicium perlahan bibir Poppy menyampaikan bahwa dirinya juga merindukan wanita yang ada di pangkuannya, ciuman bibir mereka dapat Lucas rasakan jika Poppy menginginkan lebih tapi entah kenapa Lucas sampai saat ini belum bisa memberikan lebih dengan mengeluarkannya di dalam. Sudut dalam hatinya belum menemukan sesuatu yang menjadi alasan dirinya mengeluarkan cairannya pada diri Poppy, dengan perlahan di akhiri ciuman mereka sambil menatap wajah Poppy yang tampak menahan gairah.
“Aku kira kita akan melakukannya saat ini,” ucap Poppy kecewa.
Lucas tersenyum “nanti jika waktunya tepat dan bukan saat ini karena ini sudah malam ditambah kamu harus pulang.”
Lucas sedikit beralasan karena memang tidak menginginkan Poppy terlalu lama berada di sini karena bagaimana pun dirinya seorang pria yang tidak bisa menahan diri dan juga dirinya adalah keturunan Wijaya yang memiliki gairah besar akan menuntaskan keinginannya untuk melampiaskan hasratnya, meskipun kadang dirinya juga suka melebihi batas pada Poppy tapi tidak kali ini.
“Baiklah aku pulang dahulu,” Poppy mencium singkat bibir Lucas sebelum berdiri dan melangkah keluar.
Lucas membiarkan Poppy keluar dari tempatnya, seolah hal biasa yang mereka lakukan selama ini lagi pula tidak ada siapa pun di tempatnya kecuali gadis pengganggu sahabat adiknya Leo yang juga kepercayaan sang mami.
“Abang bawa perempuan itu ke sini lagi?,” suara Anggi membuat Lucas terkejut karena sempat bernafas lega ketika Poppy melangkah keluar.
“Bagaimana kamu bisa masuk?,” Lucas menatap Anggi tidak suka.
“Perempuan tadi keluar ketika aku akan masuk dengan pakaian mini seperti w************n,” Lucas melotot mendengar perkataan Anggi.
Anggi duduk di sofa Lucas tanpa menunggu persetujuannya membuat Lucas memandang tidak suka, bagaimana bisa Anggi bersikap biasa saja pada dirinya yang berbeda kelamin. Sikap Anggi ini sama seperti sikapnya pada Leo, tapi bukannya berbeda antara dirinya dan Leo bahkan mereka bertemu ketika berpapasan di rumah orang tuanya. Suatu ketika Lucas bertanya pada Anggi kenapa bisa bersikap santai pada dirinya sama seperti Leo jawaban Anggi hanya singkat karena sudah menganggap dirinya kakak sendiri.
“Kenapa malah menonton di sini?,” Lucas bergabung bersama Anggi di sofa.
Tatapan Lucas jatuh pada pakaian yang Anggi gunakan di mana tidak berbeda jauh dengan Poppy meski tidak seksi dan terbuka, tapi entah kenapa justru Lucas tidak menyukai Anggi menggunakan pakaian seperti ini di depan orang lain.
“Bagaimana bisa kamu berpakaian seperti ini keluar dari apartemen?,”
“Cewek abang bisa pakai begitu bahkan turun ke bawah dengan santai kenapa aku jadi masalah?,” Anggi menatap sinis Lucas.
“Dia wanita dewasa dan bisa menjaga diri sedangkan kamu masih bocah.”
Anggi mencibir perkataan Lucas dan tidak peduli dengan alasan yang dibuat karena memang tidak melakukan apa – apa, sikap Anggi yang tidak peduli membuat Lucas menatap tajam karena bagaimana pun Anggi memiliki porsi sama seperti adik perempuannya Zee. Lucas sangat menyayangi Zee sampai menjaganya dengan ketat takut hal buruk terjadi pada Zee ke depannya.
Selama berada di sofa menatap siaran pandangan Lucas selalu mengarah pada pakaian Anggi dan baru kali ini Lucas merasa ada sesuatu dalam dirinya bangkit padahal selama ini bersama Poppy dirinya bisa menahan diri dengan sangat baik. Memberikan berbagai alasan agar tidak berbuat lebih tapi saat ini Anggi di sampingnya dengan pakaian yang mengundang gairah semakin membuat pikirannya melayang pada hal tidak benar.
“Besok aku bareng jangan lupa,” suara Anggi membuyarkan lamunan Lucas.
Lucas bahkan tidak menyadari jika Anggi telah keluar dari ruangannya, setelah tersadar cukup lama Lucas menghembuskan nafas panjang karena pemikiran negatifnya pada Anggi. Lucas meyakinkan dirinya bahwa hanya mencintai Poppy bukan wanita lain karena Poppy sudah sangat sempurna dan cocok sebagai ibu dari anaknya kelak. Poppy dewasa dan sangat mirip dengan Tania sang mami yang dicintainya dalam diam tanpa diketahui oleh orang lain. Lucas memutuskan melangkah ke arah kamar untuk mengistirahatkan diri agar tidak berpikir aneh semenjak kedatangan Anggi dengan pakaian yang mengundang pemikiran negatif.
“Abang udah jam berapa ini?,”
Lucas memandang sumber suara yang teriak di tengah istirahat di ranjang, Lucas menatap tajam sang sumber Anggi yang hanya berlalu ketika melihat dirinya sudah terbangun. Lucas menyiapkan diri untuk berangkat dan terkejut ketika keluar kamar di mana meja makan telah tersedia menu sarapan dan kotak bekal membuat Lucas memandang sekitar mencari keberadaan Anggi yang ternyata tidak ada. Tanpa membuang waktu Lucas langsung memakan masakan Anggi dan meletakkan piring kotor ke tempat cuci piring sebelum berangkat dan tidak lupa membawa bekal yang disiapkan. Keluar dari kamar Lucas menatap pintu apartemen Anggi yang berada di sampingnya dan teringat jika mereka harus berangkat bersama dengan perlahan mengetuk pintu tapi tidak terdengar suara dan ketika melihat jam yang sudah mendekati waktu masuk membuat Lucas meninggalkan apartemen Anggi untuk berangkat ke kantor karena takut terlambat dan potong gaji.