Bab 8 | Keras Hati

1372 Words
Sesuai yang diceritakan Wening jika Byan lebih menyukai teh di pagi hari dibanding kopi, lebih menyukai sarapan yang ringan, favoritnya adalah toast dengan topping blueband, iya hanya blueband. Maka pagi ini Kasih membuatkannya. Ternyata wangi roti yang di-toast dengan olesan blueband begitu harum, Byan yang juga baru keluar kamar merasakan nostalgia karena Mamanya selalu membuatkan sarapan itu setiap paginya. “Pagi … Mas …” Itu suara Kasih yang begitu ceria, berbeda dengan semalam, seolah wanita itu telah melupakan kejadian semalam dan menganggapnya tidak ada. Byan masih dengan sikap dinginnya, namun Kasih selalu cekatan dengan menuntun Byan untuk duduk di kursinya. “Kata Oma, kamu paling menyukai sarapan dengan toast blueband dan teh manis hangat. Jadi pagi ini aku membuatkannya. Nanti aku mau belanja, apa ada hal yang kamu inginkan untuk makan malam?” Tanya Kasih dengan nada lembutnya, dia menggenggam tangan Byan dan membimbingnya untuk mengetahui letak teh juga toast-nya. Byan sudah akan bersuara, namun Kasih mendahuluinya seolah tidak ingin mendengarkan apapun ucapan Byan yang kemungkinan besar menyakitinya. “Bukankah semalam sudah kukatakan, aku memang memiliki skenario untuk bisa menjalin pertemanan denganmu, Mas. Terserah kamu menanggapinya seperti apa, namun yang aku tau, jika aku juga ikut melempar benci dan jahat kepadamu, itu akan lebih melelahkan bagiku. Setidaknya, entah bagaimana akhir pernikahan ini nanti, aku tidak bersikap jahat dan memusuhimu. Aku hanya ingin hidup tenang tanpa membenci siapa pun.” Kasih kembali melempar senyumnya walau dia tau Byan tidak bisa melihatnya. Mendengar ucapan Kasih, Byan kehilangan kata-katanya untuk sesaat, namun bukan Byantara namanya jika tidak memiliki hal yang lebih menyakitkan untuk dibalasnya sekali pun dia tau niat wanita itu tulus. “Cih! Kamu terlalu naif, Lavina Kasih! Nikmatilah dongeng indah yang ingin kau ciptakan, aku yang akan menghancurkan dongeng indahmu itu menjadi tangisan setiap malam.” Ucap Byan dengan kejamnya, membuat Kasih menatapnya tidak percaya. Bagaimana bisa pria itu terlihat tidak memiliki perasaan sama sekali, berbeda sekali dengan sosok yang diceritakan oleh Wening. Pria yang dikenal hangat dan perhatian kepada orang-orang di sekitarnya, kenapa begitu kejam padanya, padahal pria itu adalah suaminya, yang seharusnya begitu dekat dengannya, yang seharusnya melindunginya dan menyayanginya. ‘Kasih … Apa yang kau harapkan? Kalian hanya dua orang asing yang menikah karena keadaan, bukan menikah karena cinta.’ Batinnya berbisik perih, menamparnya pada kenyataan yang ada. “Maka kita akan bertarung pada dua hal yang bertentangan, Mas … Hingga kita berada pada akhir permainan ini. Aku penasaran siapakah yang akan menang di antara kita.” Ucap Kasih masih mempertahankan senyumnya, namun kini senyum itu terbalut getir yang nyata, yang Byan bisa melihatnya di sana. Ivan datang untuk menjemput Byan seperti kemarin, Byan langsung beranjak dari sana, tanpa menyentuh sarapan yang Kasih buat sama sekali. Dia pergi tanpa mengucapkan apapun pada Kasih. Membuat Kasih lag-lagi harus meluaskan sabarnya untuk Byan. “Kita masih melanjutkan beberapa meeting pribadi dengan beberapa BoD, Tuan … Untuk mempengaruhi mereka tentang Arvin.” Ucap Ivan begitu mereka keluar dari apartement. “Beberapa berita Arvin yang memiliki skandal dan akan mempengarui reputasinya juga siap kita luncurkan hari ini.” “Bagus … Pastikan semua berjalan sesuai rencana.” Ucap Byantara dengan helaan napas panjang. Pertemuannya dengan para pemegang saham secara diam-diam, selain untuk mempengaruhi mereka tentang Arvin, juga ingin melihat keberpihakan mereka kepada Byan di saat Byan memiliki keterbatasan dalam mengelola perusahaan, nyatanya hampir lima puluh persen dari para BoD itu meragukan kemampuan Byan dan berbalik arah untuk mencari pengganti Byantara. “Sampai waktunya tiba, sampai aku melihat siapa yang perlu aku pertahankan di Wijaya Group dan siapa yang berkhianat. Maka tidak ada ampun lagi bagi mereka.” Byan mengepalkan tangannya dengan tekad yang membara. *** “Kasih…” Panggilan itu menghentikan Kasih yang baru saja keluar dari salah satu supermarket masih dengan troli belanjaannya. Saat melihat jika Arvin yang memanggilnya, Kasih langsung melotot tidak percaya lalu melengos dan kembali melanjutkan langkahnya. “Kasih … Tunggu …” Arvin mengejarnya, bahkan dengan berani menggenggam pergelangan tangan kasih. “Berani sekali dirimu?! Lepaskan!” Kasih berteriak kesal dan menghentak tangan Arvin. “Aku ingin bicara sebentar, Kasih.” Ucap Arvin dengan tatapan memelasnya, namun Kasih langsung mendecih dengan tatapan jengah. “Tidak ada yang perlu lagi aku bicarakan dengan b******n sepertimu.” Ucap Kasih yang sudah akan memesan taksi, namun lagi-lagi Arvin menghalanginya. “Aku minta maaf, sungguh aku sangat menyesal, Kasih. Aku baru menyadari betapa dalam aku mencintaimu. Itu … Itu hanya godaan sesaat yang menyengsarakanku. Aku tidak mencintai Luna sama sekali, dia terus menggodaku dan aku bersalah karena terlena. Mengkhianatimu dan menghancurkan hubungan kita.” Arvin menggenggam tangan Kasih dengan erat, Kasih terus berusaha melepaskan genggaman tangan Arvin. “Lepaskan aku, Arvin! Aku tidak peduli lagi dengan perasaan atau penyesalanmu. Bukan urusanku. Justru karena pengkhianatanmu membuatku tersadar jika kamu tidak seberarti itu dalam hidupku. Aku tidak mencintaimu sedalam itu dan kamu bukan pria yang baik untukku!” Kasih mengatakannya dengan tegas dan tatapannya tajam. Mendengar itu membuat hati Arvin merepih. “Tidak, Kasih! Aku yakin kamu merasakan apa yang aku rasakan, jika kamu masih mencintaiku dan belum melupakanku, kan? Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, dan aku tau bagaimana kamu begitu mencintaiku.” Ucap Arvin lagi membuat Kasih langsung memalingkan wajahnya. “Jangan pernah menemuiku lagi, Arvin!” Kasih menghentak Arvin sekali lagi dan menuding pria itu tepat di depan wajahnya, lalu berlalu dari sana meninggalkan Arvin dengan jantung yang berdetak keras juga emosi yang menguasainya. Bagaimana bisa pria itu mengatakan omong kosong setelah semua yang dia lakukan?! Apakah dia melupakan bagaimana pria itu dengan bangganya membuang Kasih di malam itu saat ketahuan selingkuh, lalu kini kembali datang dengan bualan cinta dan penyesalan? Sial! Kasih tidak akan percaya sama sekali! “Aku akan terus datang dan mendapatkan maaf juga cintamu kembali, Kasih!” Teriak Arvin yang membuat Kasih langsung membalikkan badannya dengan mengacungkan jari tengahnya dan tatapan tajamnya, lalu masuk ke taksi dengan membawa semua belanjaannya. Di sudut yang lain, Byantara memperhatikan semuanya dari dalam mobil. Senyumnya menyeringai mengerikan melihat bagaimana kedua orang itu terlibat kisah cinta yang belum selesai. “Menjijikan!” Desis Byan dengan kilat kebencian, yang dilihat oleh Byan adalah bagaimana Arvin yang mengiba akan cinta dan penyesalan, sedang Kasih yang mencoba jual mahal padahal masih memiliki rasa cinta juga untuk Arvin. “Kita lihat saja, aku akan menghancurkan wanitamu hingga kamu menyesal sampai ke sum-sum tulang, Arvin.” Desis Byan lagi dengan tatapan bencinya. “Pulang sekarang.” Perintah Byan kepada Ivan, membuat Ivan langsung mengangguk dan melajukan mobilnya. Kasih memang sampai lebih dulu dari Byan, wanita itu langsung memasukkan semua bahan belanjaannya, Wening mengatakan jika makanan favorit Byan adalah udang asam manis dan cah brokoli, sebenarnya Kasih alergi dengan udang, namun dia akan tetap membuatkannya untuk Byan dan akan memasak menu lain untuk dirinya. Hatinya sedikit kacau karena Arvin yang kembali mengganggunya, setiap ucapan yang keluar dari mulut Arvin kini sulit untuk dia percayai, karena semua terlihat seperti bualan busuk yang tidak ada artinya. Baru saja Kasih selesai menata bahan-bahan di kulkas, tau-tau Byan sudah pulang, tentu saja dengan diantar Ivan, namun kini Ivan langsung pulang sedang Byan langsung masuk ke kamar. Kasih langsung mengejarnya dan menahan pria itu yang baru saja menuju kamar. “Mas … Makan malam ya nanti, aku akan membuatkan udang asam manis dan cah brokoli kesukaanmu.” Ucap Kasih dengan senyum yang terkembang sempurna di bibirnya dengan mata yang berbinar penuh harap, wanita itu seolah begitu mudah melupakan semua kata-kata menyakitkan yang dilontarkan oleh Byan sebelumnya. Byan langsung membalikkan keadaan dengan mencengkram tangan Kasih yang tadi memegang lengannya, teringat jika tangan itu baru saja menyentuh tangan Arvin membuatnya tanpa sadar menekan dengan kuat hingga membuat Kasih merintih sakit. “Mas …” Bisik Kasih tidak mengerti. “Sampai kapan pun, aku tidak sudi menyentuh masakanmu.” Desis Byan lalu menghempas tangan Kasih, memasuki pintunya dan menutup pintunya dengan keras. Namun Kasih seolah masih belum menyerah, dia mengetuk-ngetuk pintu kamar Byan dan memanggil-manggilnya. “Tidak bisakah kau melunakkan hatimu dan membuka sedikit saja hatimu untuk menerimaku sebagai teman, Mas? Sesulit itukah? Apa yang membuatmu begitu keras membenciku dan memusuhiku? Sungguh aku tidak mengeri…” Kasih berteriak dengan menggedor-gedor pintu kamar Byan, berharap mendapatkan jawaban, namun hanya kehampaan yang ia dapatkan, yang membuatnya mundur perlahan dan memilih kembali ke kamarnya, kembali melewatkan makan malamnya karena Byan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD