kopi dingin

529 Words
Malam itu sebenarnya Zoya cukup lelah, tapi banyak teman-temannya yang ingin datang ke rumah. Beruntung ada Gerald yang membantu menjelaskan pada mereka, kalau pada pukul delapan malam saja, dia dan keluarganya baru pulang dari makan malam di sebuah restoran. Setelah kembali, tentu Zoya tidak punya energi lebih untuk berbincang-bincang. Tapi tentu Zoya tetap tidak bisa menolak Raksa untuk datang. Karena anak itu bahkan sudah langsung menghampiri, ketika mereka baru sampai di rumah. "Raksa, bantu tante mengambil bunga di mobil!" ajak Shana pada anak lelaki tampan tersebut. Raksa menurut, dia berjalan menuju mobil bersama Shana. Beberapa buket bunga memang cukup banyak untuk dibawa masuk. "Wah, apakah ini dari penggemarnya?" Shana tertawa mendengar pertanyaan Raksa. "Bukan, ini dari Tante sendiri, dari Gerald, dari salah satu tamu dan beberapa dari para pengusaha yang mensponsori cara ini. Mereka suka dengan penampilan Zoya!" Jadi sebenarnya Zoya belum memiliki penggemar? Shana tidak tahu, tapi dia yakin mulai saat ini Zoya akan memilikinya. Karena akan beredar banyak foto tentang acara fashion show hari ini. Dia sedikit khawatir, sebagai orangtua dari putri tunggalnya, tentu dia mulai memikirkan saat nanti putrinya mulai banyak dikenal melalui acara ini. "Raksa, bisakah kamu memperhatikan Zoya ketika di sekolah? Emh, Tante agak khawatir dia akan sedikit mengalami masalah!" Shana tiba-tiba merasa sesuatu yang buruk bisa terjadi. Raksa mengalihkan perhatian dari bunga-bunga cantik yang akan dia bawa di tangannya. Dia melihat Shana memiliki ekspresi yang kurang baik di wajahnya. Tangannya terulur untuk menggenggam tangannya yang sedang memegang bunga. "Dia kakakku sejak kami pertama kali bertemu, bagaimana mungkin aku tidak menjaganya!" Mendengarkan hal tersebut, Shana akhirnya tertawa saja. Raksa selalu memanggil Zoya dengan sebutan kakak, meskipun Zoya memarahinya. Shana tahu Raksa memiliki rahasia yang dia sembunyikan darinya dan keluarganya, tidak peduli rahasia apapun itu, Shana bisa merasakan Raksa seperti anaknya sendiri. "Ambil ini, ayo masuk!" Mereka membawa semua buket bunga itu masuk. Di luar pagar, seseorang dengan pakaian kerjanya berdiri di sana. Dia mengirimkan pesan pada Zoya. Karena penjaga di rumah Zoya tidak akan mengizinkannya masuk. "Kamu melakukannya lagi, apa yang harus kulakukan dengan itu?" Setelah mengirimkan pesan, dia merasa isi pesannya agak terdengar kejam. Jadi dia mengirimkan pesan lainnnya. "Kamu pasti lelah, beristirahatlah!" Setelah merasa pesannya itu cukup baik untuk dibaca, baru akhirnya beranjak dari sana untuk pulang. Langkah kecilnya itu membawanya ke rumah Zoya, saat seharusnya dia pulang ke rumah. Karena di bandingkan dengan keluarganya yang selalu memberikan dilema padanya, Zoya memberikannya perasaan lain. Gadis itu seperti pahlawan untuknya. Di cafe tempat Alam bekerja, sore ini adalah hari yang sibuk. Ada banyak pelanggan, karena mereka bilang Zoya merekomendasikannya. Mereka semua adalah staf yang bertanggung jawab atas seksi konsumsi. Meskipun mereka telah memesan makanan dan minuman dari sebuah restoran mahal untuk acara besar tersebut, tapi beberapa orang ingin kopi dingin sebagai tambahan yang tentunya permintaan mereka cukup mendadak, hingga membuat staf repot. Dan Raksa tahu, Zoya meminta staf untuk membeli kopi di cafenya, sehingga para staf akhirnya memesan cukup banyak untuk yang lain. Bukankah mengejutkan? Bagaimana Zoya yang bahkan belum pernah datang ke cafe tempat dia bekerja, langsung mempercayai untuk memesan beberapa kopi? Bahkan dengan mudahnya, Zoya membuat yang lain untuk memesan pada mereka. Alam tidak mengerti, dia semakin sulit mengendalikan perasaannya. _
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD