Zoya terlihat sangat cantik, itu bukan hal baru, tapi sekerang dia terlihat sangat elegan. Tidak ada senyum diwajahnya, berjalan dengan begitu menawan di hadapan para tamu undangan bersama rekan modelnya yang lain secara bergantian, tapi semua tamu bisa dibuat terpukau oleh sosok anggun Zoya. Ekspresi wajahnya sangat kuat, tatapannya hanya terarah ke depan dan saat mencapai ujung panggung, lirikan matanya ke arah kamera dalam satu sapuan waktu sebelum berbalik, itu momen paling mendebarkan bagi mereka yang melihatnya. Sungguh, caranya sangat menawan.
Gerald tersenyum puas dengan hasil fotonya. Sama seperti fotografer lainnya yang langsung mengambil gambar tiap kali model keluar, dia mendapatkan momen yang sangat baik. Ternyata bukan hanya dia, para fotografer lain juga langsung mengecek hasil foto sebelum memotret model lainnya. Mereka menggeleng, karena hasil foto mereka benar-benar hebat. Tidak, mereka juga tahu sebenarnya model itu yang sangat profesional. Mereka akan terkejut, jika mengetahui model cantik yang membuat mereka takjub masih berada di tahun akhir sekolah menengah atas. Dan ini adalah debut pertamanya di runway.
Zian dan Shana bahkan hampir tidak bisa lagi mengungkapkan perasaan mereka. Karena yang ada di panggung itu seperti bukan putri tunggal mereka. Zian bahkan memiliki mata yang berkaca-kaca, dia baru bisa tersenyum lebar setelah menenangkan degupan jantungnya.
"Dia telah bekerja keras, putri kita sangat cantik!" Shana memeluk lengan suaminya, melihat putrinya kembali melintasi mereka. Sedikit, tapi Shana dan Zian sama-sama melihat senyum putrinya. Sangat profesional, padahal ini adalah pengalaman pertama bagi putrinya.
Setelah akhirnya kembali masuk ke area backstage, Zoya tersenyum sangat lebar, dia juga merasa sangat gugup. Karena akhirnya, orangtuanya bisa menyaksikannya berjalan di runway. Rasa senangnya juga mengingatkan atas rasa sakit dihatinya. Saat dulu dia berjalan di runway, tapi tidak ada siapapun yang dia inginkan untuk melihatnya. Kini, dia memilikinya. Dia ingin orangtuanya melihatnya dengan rasa bangga, dan itu nyata.
"Tuhan, aku tidak tahu apakah ini mimpi? Kenapa aku kembali ke masa ini, aku tidak mau tahu. Untuk kebahagiaan ini? Dengan apa aku akan membayarnya? Aku tidak peduli apapun lagi, biarkan aku melihat orangtuaku bersamaku dalam mimpi ini lebih lama lagi, dan aku akan membayarnya dengan apapun itu!" Zoya mengatakan dalam pikirannya, karena yakin Tuhan mendengarnya. Saat itu, bahkan dia merasa bisa mendengar jantungnya sendiri berdetak sangat kencang.
Ketika itu seseorang menepuk punggung Zoya. Dia adalah pelatihnya, sosok wanita yang biasanya selalu terlihat galak dan serius itu tersenyum pada Zoya. "Sekali lagi, tunjukkan dirimu pada mereka, siapa bintangnya!"
Seperti yang dikatakan pelatihnya, semua model pada karya designer ke-tiga itu akan keluar bersama dengan designer mereka menyapa semua tamu.
Zoya menemukan orangtuanya melambaikan tangan padanya, memberikan bunga padanya. Padahal seharusnya mereka memberikan pada designer pada karya tersebut yang sedang speak up di depannya.
Saat itu tiba-tiba ada yang berteriak. "What's your name?" "She is very beautiful, her dress is also very charming!" "This work is very luxurious!"
Designer merasa sangat bangga, hasil karyanya disukai oleh banyak orang. Dia telah bekerja keras untuk menciptakan gaun-gaun yang indah, jadi dia merasa hasil kerja kerasnya terbayar oleh keberhasilannya.
Pada malam itu, ada empat karya designer yang dipamerkan. Bukan untuk mencari yang terbaik, tapi sebagai kolaborasi dalam memamerkan karya designer lokal. Semua orang yang datang merasa puas, karena semua orang telah bekerja keras dalam acara tersebut.
Zoya sudah berada di belakang panggung untuk menghapus riasannya. Tapi sebelum itu, semua model diizinkan bertemu dengan kerabat atau teman dengan gaun mereka hari ini sebelum melepaskannya.
"Sangat bangga melihat lo hari ini. Gue akan berikan pelukan!" Gerald datang lebih dulu dari pada orangtua Zoya. Dia memberikan karangan bunga mawar merah yang tidak terlalu besar, tapi sangat cantik, baru memeluk gadis itu erat. Menunjukkan betapa senangnya dia, memiliki teman secantik Zoya dan semenarik Zoya.
Tertawa, Zoya juga merasa senang. "Kapan Lo siapin bunga ini? Tadi Lo gak bawa bunga pas berangkat!"
Gerald mengangkat bahunya, "Tidak tahu, bunga itu begitu saja ada di tangan untuk diberikan pada gadis paling cantik hari ini!"
"Sialan! Ajaib bener!" Zoya memaki, tapi dia sangat senang. Mencium aroma mawar yang harum, dan menggoyangkannya sambil tersenyum pada Gerald. Sebagai ungkapan terimakasih.
"Biarkan gue buat yang lain iri. Ayo, kita ambil selca!" Gerald sudah mengeluarkan ponselnya, menyuruh Zoya kembali duduk dan dia sedikit membungkuk di dekatnya. Tersenyum ke arah kamera, begitu bangga.
Zoya dan Gerald sadar, setelah ini mungkin akan mendapatkan protes dari teman-teman, karena menyembunyikan momen hari ini dari mereka. Tapi anggap saja sebagai kejutan.
Hanya mengambil tiga foto selca, Zoya meminta salah satunya untuk dikirim ke ponselnya. Dia tahu mungkin ada pihak yang tidak menyukai kebahagiaan yang dirasakannya hari ini, tapi dia masih ingin berbagi pencapaiannya hari ini pada orang-orang yang menyukainya.
Dulu, dia juga selalu rajin mengunggah foto-fotonya di media sosial pribadinya dalam berbagai kegiatan. Dan yang menyedihkan, dia selalu mengunggah foto sendirian. Karena tidak ada yang menemaninya di setiap event seperti itu. Mungkin semua teman-temannya akan mengucapkan selamat kepadanya atau memujinya, tapi tidak ada yang benar-benar ada di sisinya dalam moment tersebut. Kadang Tisa, tapi hanya sesekali Tisa akan hadir dalam sebuah event, karena hampir setiap event berada di luar negeri. Kesendiriannya sebagai yatim piatu benar-benar menciptakan ruang kosong dalam masa kedewasaannya.
Kini, dia memulainya lebih awal. Dia bukan model yatim piatu. Selain mengunggah fotonya bersama Gerald, dia juga mengunggah foto bersama kedua orangtuanya. Kebahagiaan tercermin dari ekspresi wajahnya dalam foto tersebut. Dalam caption, dia menuliskan rasa terimakasihnya, untuk kesempatan yang tidak pernah dia bayangkan bisa terjadi. Dia meminta dukungan juga dari teman-temannya untuk memberikan banyak cinta padanya. Karena ini masih awal dari perjalanannya.
Sore itu, semua teman-temannya melihat unggahan Zoya dalam akun bernama Zoe.Py. Dan mereka terkejut, Zoya mencantumkan hastag dari acara fashion show yang diadakan di Senayan hari ini. Zoya terlihat sangat cantik lebih dari biasanya. Mereka banyak memujinya dalam kolom komentar di unggahan Zoya.
Tisa saat itu akan pergi ke rumah Zoya setelah pulang dari belajar kelompok, dia dibuat terkejut. Pikirnya Zoya sedang patah hati karena video yang baru-baru ini beredar, tapi ternyata gadis itu sedang bersenang-senang. Air matanya mengalir, dia buru-buru menelpon. Tapi tidak tersambung, karenanya dia hanya bisa mengirimkan pesan padanya. "Besok, aku akan benar-benar memukulmu!"
Dia tidak bisa marah, saat temannya mendapatkan pencapaian bagus seperti itu. Berbeda saat dia merasa cemburu karena Zoya tidak mengatakan apapun tentang hubungannya dengan Gerald. Melihat Zoya tidak terpuruk seperti yang dikatakan orang-orang sejak pagi ini, itu adalah hal yang sangat hebat. Zoya menampar mereka yang berpikir dirinya sedang patah hati hanya dengan unggahan kebahagiaannya. Bagaimana mungkin dia tidak ikut senang untuknya.
Tapi berbeda dengan seseorang yang saat ini sedang duduk di bangku pinggir lapangan basket. Dia baru saja melakukan latihan dengan teman-temannya, dan tiba-tiba ada yang memberitahunya untuk segera melihat unggahan seseorang.
Dia tidak merasa bahagia, melihat kebahagiaan itu. Bingung dengan alasan ketidakbahagiaannya, saat ini yang dia rasakan adalah kegelisahan. Mencengkram erat ponselnya, dia melihat gadis itu tersenyum lebar dengan Gerald. Yang sangat sulit dia akui, gadis itu terlihat sangat cantik. Begitu cantik, hingga dia pikir sangat sulit untuk melupakannya.
"Ada apa?" Navo meninggalkan permainan untuk minum. Karena Lander tidak segera kembali masuk ke lapangan, permainannya tidak berlangsung seru. Dan saat mengambil minum, Navo melihat wajah tidak enak Lander.
"Tidak ada, lebih baik kita akhiri permainan. Jangan terlalu lelah, simpan energi untuk besok!" Lander mengatakannya sambil membereskan tasnya. Dia tidak berganti pakaian, langsung saja pergi membawa tasnya pergi dari sana. Mengendari motornya kembali ke apartemennya.
_