Hari dimana waktu yang telah Zoya tunggu, dia datang lebih awal untuk bersiap bersama para model lainnya. Acara tersebut diadakan di hari Senin pukul satu siang. Tema acaranya gaun malam, jadi tempat itu dibuat seperti malam hari, gelap dengan lampu-lampu yang terlihat seperti bintang bertaburan.
Karena Zoya tidak datang ke sekolah, Tisa beberapa kali menelponnya. Tapi Zoya masih belum bisa mengatakan apapun pada Tisa sampai saat ini. Melupakan perannya sebagai seorang pelajar, saat ini dia sedang menjadi gadis cantik dengan gaun malamnya.
Saat Zoya sedang sibuk dengan persiapannya, di Sekolah, Lander beberapa kali terus menoleh untuk melihat kursi kosong di belakang. Gadis itu tidak datang, apakah karena gadis itu patah hati? Lander ingat kata-kata terakhir yang dikatakan Zoya sore itu, bahkan tamparannya juga masih terasa di pipinya tiap kali mengingat tentang Zoya.
Bukan hanya Lander yang berpikir seperti itu. Anak-anak lain juga berpikir alasan Zoya tidak masuk sekolah, adalah karena patah hati. Semua tahu Zoya begitu menyukai Lander, jadi mereka semua berpikir Zoya benar-benar terluka.
"Kalau sampai terjadi sesuatu sama Zoya, lo harus bertanggungjawab untuk itu!" Tisa datang menghampiri Lander, berdiri di samping mejanya dan memperingatkannya.
Lander tidak bereaksi banyak, dia hanya membalas tatapan Tisa dengan ekspresi datarnya. Karena apapun yang orang lain pikirkan, dia tidak peduli. Karena seseorang lah yang seharusnya menjelaskan semuanya.
"Lo tahu dia suka banget sama Lo. Gue gak tahu apa kurangnya Zoya dibandingkan cewek kemarin. Tapi Lander, lo jahat banget!" Tisa tidak bisa membayangkan jika saat ini Zoya sedang menangis di kamarnya.
"Dengan siapapun gue, itu gak ada urusannya sama Zoya. Jadi seharusnya Lo ingetin temen Lo itu untuk tidak usah berharap pada sesuatu yang tidak bisa digapai!" Lander cukup muak, karena Tisa bukan orang pertama yang menyalahkannya. Beberapa orang juga mengatakan hal yang sama sejak pagi tadi. Mereka menghakiminya karena video yang beredar. Padahal jika pun dia memang memilih wanita yang dia sukai, itu adalah haknya.
Tisa tersenyum sarkasme. Dia mengepalkan tangannya menatap marah pada Lander. "Lo pikir perasaan seseorang bisa dikendalikan begitu saja? Dia suka sama Lo, meskipun Lo nolak dia. Lo pikir itu mudah buat dia? Ingat Lander, Lo mati-matian nolak dia, bisa jadi suatu hari nanti, Lo mati-matian mempertahankannya!"
Sebenarnya Tisa juga tahu perasaan seseorang juga tidak bisa dipaksakan. Jikapun Lander tidak menyukai Zoya, itu haknya untuk menolak. Tapi masalahnya, dia melihat bagaimana Zoya terus menyukai Lander meskipun laki-laki itu sangat freak. Berusaha keras menarik perhatiannya, dan tiba-tiba harus patah, karena ada wanita lain yang dipilih oleh Lander.
"Semoga dari kejadian ini, Lo bisa berhenti suka sama Lander!" Tisa berharap dalam hatinya, dia berniat untuk datang ke rumah Zoya setelah sepulang sekolah nanti. Dan berharap tidak melihat gadis itu sedang menangis.
Setelah Tisa pergi, Lander jadi memikirkan tentang Video yang beredar. Dia mengeluarkan ponselnya, mencari asal-muasal video tersebut. Butuh waktu hingga dia menemukan video itu menyebar pertama kali dari anak-anak di kelasnya.
Berdiri, Lander meminta anak-anak di kelas mendengarkan. Kemudian menunjukkan video di ponselnya. "Siapa yang merekam ini? Mengaku, atau gue bakal buat perhitungan yang akan orang itu sesali!"
Sebenarnya Lander bukan laki-laki yang ditakuti. Dia lebih banyak membaca dan belajar, tidak melakukan kenakalan. Bahkan sampai disebut freak, karena tidak banyak bicara dan hanya terlihat berinteraksi dengan anak-anak pintar atau pun dari anak-anak basket. Tapi karena hal tersebut, seharusnya tidak ada yang perlu ditakuti untuk mengakui tentang merekam video.
"Gue, kenapa? Lo merasa menyesal, karena Zoya mungkin gak akan lagi ngejar-ngejar Lo!" ujar seorang laki-laki mengakui perbuatannya. Dan menurutnya itu tidak salah, dia tidak sedang menyebarkan informasi yang salah. Dan kabar baik untuk para lelaki yang menyukai Zoya, karena Lander bersama dengan gadis lain. Ada peluang untuk mereka merebut perhatian Zoya.
Lander tidak terpancing emosi, dia hanya menghampirinya, dan mengatakan padanya, "Lo gak tahu seberapa besar dampak yang Lo timbulin, menyebarkan video tanpa izin!"
Orang-orang seperti itu sangat banyak di dunia ini. Dengan mudahnya menyebar luaskan video tanpa memikirkan dampaknya. Bahkan yang lebih parah, tanpa mencari tahu kebenarannya.
"Ada apa Lander? Bukannya Lo hanya peduli dengan nilai-nilai Lo itu!" sahut temannya yang lain, mendukung temannya yang merekam video. Karena dia berpikir tidak ada yang salah dengan itu.
Lander meremas ponselnya, berbalik pergi dari kelasnya. Dia tidak mau membuang napas hanya untuk bicara dengan orang-orang tidak punya kerjaan seperti mereka.
Langkahnya membawanya turun ke lantai satu menuju kelas dari gadis yang menyatakan perasaan padanya waktu itu. Seperti dugaannya, dia hanya menanyakan tentang gadis itu pada adik kelasnya, mereka semua langsung berpikir dia dan gadis itu benar-benar memiliki hubungan.
Lander tahu gadis itu dan bertemu pertama kali saat pertemuan untuk olimpiade beberapa Minggu lalu. Karena mereka melakukan persiapan bersama-sama, guru memintanya mengajari adik kelasnya beberapa hal yang belum dipelajari di kelas satu. Dan sepertinya gadis itu menaruh perasaan padanya mulai saat itu.
"Hai, Kak. A~da apa nyari aku?" tanyanya malu, meskipun dia telah ditolak, tapi karena beberapa teman-temannya terus menggodanya tentang kakak kelas tampan itu, dia jadi berpikir untuk tidak apa mendapatkan penolakan. Menyukainya saja juga sudah cukup.
Lander melihat gadis kecil yang menatapnya malu. Sungguh, dia tidak bercanda tentang tidak menyukai gadis cantik atau lebih tepatnya para gadis. Dia tidak memiliki ketertarikan pada mereka untuk saat ini. Tidak ingin berbasa-basi, dia menunjukkan video di ponselnya pada gadis kecil itu.
"Lo juga pasti udah lihat ini. Jika ada yang bicara tentang kita berpacaran, jangan pura-pura tidak tahu. Kita sama-sama tahu, itu tidak benar!" Lander mengatakannya dengan jelas, dia bahkan tidak memiliki ekspresi di wajahnya menunjukkan keseriusan tentang apa yang baru saja dikatakan.
Gadis itu agak terkejut, karena kakak kelasnya itu memperjelas lagi tentang apa yang terjadi saat itu. Dan memang benar dia telah ditolak. Tapi tentang berita yang menyebar karena Video pernyataan cintanya, itu bukanlah kesalahannya.
"Kakak bisa mengatakan hal itu sendiri pada mereka. Karena bukan aku yang membuat mereka berpikir seperti itu dan salah paham!"
Lander langsung merespon cepat. "Pura-pura polos tidak akan membantu. Lo gak memenuhi kriteria gue, sekarang setelah melihat karakter Lo, sebenarnya Lo benar-benar gak masuk kriteria, bahkan untuk menjadi penggemar gue!"
Setelah mengatakannya, Lander langsung berlalu meninggalkan gadis itu. Dia tahu gadis itu sengaja tidak menyangkal kabar salah tentang pernyataan cintanya, yang sebenarnya langsung dia tolak tanpa pertimbangan. Dengan begitu, ada banyak perhatian yang terarah padanya. Memanfaatkan kabar yang mengatakan dia berpacaran dengan kakak kelas atau ketua basket. Lander tahu trik seperti itu, dan menurutnya itu sangat menjijikkan.
Tidak kembali ke kelasnya, Lander pergi menuju lapangan basket. Dia mengambil bola untuk dimainkannya sendiri di lapangan yang sepi tersebut. Besok adalah hari menuju semifinal turnamen basket. Tapi pikirannya malah teralihkan oleh ketidakhadiran Zoya di sekolah hari ini. Membuatnya kesal.
_