Putri tidur

1173 Words
Zoya bangun dengan dipenuhi kebingungan, karena dia melihat ada beberapa orang di sekelilingnya, mereka juga langsung menanyai dirinya dengan banyak pertanyaan.  Zoya tidak merasakan sakit lagi di perutnya, dan dia baik-baik saja. Tapi melihat reaksi orang-orang di ruangan tersebut, dia malah jadi takut sendiri. Orangtuanya, Tante dan omnya, Raksa juga, mereka terlihat sangat khawatir. "Zoya gak apa-apa, Ma!" Meyakinkan mamanya yang tidak mau melepaskan pelukan.  "Mbak, aku keluar dulu!" Tante dan omnya Zoya memilih untuk keluar, karena mereka juga sudah bisa bernapas lega, ponakannya baik-baik saja.  Zian yang menjawab dengan anggukan. Dia kemudian ikut duduk di samping istrinya, mengusap punggung Shana agar kembali tenang. Juga memberikan senyuman pada putrinya.  "Zoya pingsan lagi ya? Itu yang bikin Mama sama papa khawatir? Tapi sekarang Zoya udah gak apa-apa kok!"  Zian mengangguk, karena dia tahu putrinya mengatakan yang sebenarnya. Meskipun beberapa menit yang lalu, dia juga tak bisa berpikir dengan benar karena khawatir.  "Kenapa Zoya tidurnya lama banget! Mama takut!" Shana tidak bisa makan dan tidur, sudah dua hari putrinya tak sadarkan diri. Masalahnya adalah dokter tidak bisa menemukan adanya masalah pada tubuh Zoya. Dan mengatakan Zoya hanya sedang tidur, tapi tidur yang sangat lama. Zoya melihat pada papanya, dia tidak bisa mengatakan apapun. Lebih baik untuk membuat mamanya tenang lebih dulu. Memaklumi ketakutan mamanya, karena orangtuanya hanya memilikinya, mereka tentu tidak menginginkan hal buruk terjadi padanya.  Hari itu semua teman-teman Zoya juga mendapatkan kabar, jika Zoya sudah bangun. Mereka merasa lega, dan ingin datang ke rumah keluarga Pyralis. Tapi ternyata papanya Zoya melarang siapapun datang untuk saat ini. Sampai keadaan Zoya benar-benar bisa dipastikan baik-baik saja oleh dokter.  Raksa satu-satunya yang bisa melihat Zoya pada saat ini. Dia baru berjalan mendekati Zoya di tempat tidur, setelah Zian dan Shana meninggalkan ruangan tersebut.  "Bagaimana perasaanmu? Kamu benar-benar sudah merasa baik?" Raksa sebenarnya bisa melihat Zoya baik-baik saja, tapi dia hanya memastikan apa yang dirasakan oleh Zoya.  "Hem, memangnya berapa lama aku tidur?" Zoya membenahi rambutnya, dan duduk lebih dekat dengan Raksa.    "Totalnya hampir tiga hari, kamu bangun di hari ketiga. Di hari pertama, kamu dibawa ke rumah sakit dan dirawat inap, meskipun dinyatakan tidak sakit oleh dokter. Di hari kedua kamu di bawa pulang, dan Zian berniat membawamu untuk berobat ke luar negeri jika tak kunjung bangun!" Raksa menjelaskan, dia memberanikan diri untuk menatap wajah gadis cantik di depannya.  "Apa?" Zoya menyentuh wajahnya, takut jika ada yang aneh dengan wajahnya.  "Kamu seperti putri tidur. Karenanya, Shana sudah berkonsultasi dengan Dokter hebat yang juga katanya pernah merawat pasiennya yang memiliki waktu tidur sangat lama, seperti koma! Mungkin itu terkait dengan beberapa syaraf di otakmu!" Raksa bisa melihat Zoya tidak setuju dengan apa yang dikatakannya. Artinya Zoya tidak khawatir tentang kondisinya, atau bisa juga Zoya sudah memahami sendiri kondisinya. Zoya sendiri sebenarnya. tidak tahu kenapa dia tidur sangat lama. Tapi yang pasti keadaan ini tidak bagus. Orangtuanya akan khawatir, sedangkan dia tidak mau membuat orangtuanya khawatir. Agar mereka bisa percaya, dia akan hidup dengan baik tanpa mereka kelak. Dulu dia tidak memberikan kepercayaan seperti itu dan bersikap manja, tentu orangtuanya khawatir. Dan itu masih menyisakan sedikit penyesalan. "Sebenarnya hidup gue aja udah aneh. Gue gak perlu dokter, gue akan menjalani kehidupan gue sekarang dengan baik. Sampai nanti gue gak sanggup lagi!" Zoya tidak mau membayangkan bagaimana dia akan kembali mengalami hari berat saat harus menerima papanya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Tapi dia akan mencoba yang terbaik untuk menjalani kehidupan ini seperti mimpi.  "Aku gak tahu apa yang kamu sembunyikan, tapi aku tahu kamu mengetahui sesuatu yang tidak bisa kamu beritahukan. Katakan, benar bukan?" Raksa sudah mengamati tentang Zoya. Bagaimana gadis itu bisa tahu beberapa hal seperti seorang cenayang, mungkin , Zoya juga punya rahasia besar sepertinya. Itu hanya dugaan, tapi Raksa cukup yakin. Terlebih lagi, Shana juga mengatakan tentang sikap Zoya yang berbeda. Zoya mencoba memahami apa yang Raksa katakan. Tapi apa yang dikatakan memang bisa dikatakan benar. Dia tidak bisa mengatakan kalau dia telah menjalani masa ini yang kedua kalinya. Karena dia juga tidak tahu ini nyata atau mimpi. Dia sebenarnya masih hidup atau sudah mati, hingga kembali ke masa ini.  "Gue gak tahu apa yang Lo pikirkan, dan Lo bisa berpikir apapun tentang gue!" Zoya menatap mata laki-laki di depannya. Yang dilihatnya adalah tatapan tulus, dia tidak pernah bisa marah pada laki-laki yang beberapa hari lalu menghindarinya ini. "Jangan jauh-jauh dari gue!"  Raksa tersenyum, dari banyaknya kata, Zoya mengatakan kalimat itu. "Kenapa?"  "Karena Lo bikin gue gak punya temen ngobrol dan temen makan. Kayaknya bukan hanya gue yang merasakan hal tersebut, mama sama papa gue juga!" Zoya tidak tahu siapa Raksa, karena dia tidak bisa menemukan informasi apapun tentang Raksa. Tapi dia tahu, Raksa laki-laki baik. Raksa bangkit dari duduknya. "Gue ambilin makan, ya? Lo pasti laper!"  "Hem, gue juga mau mandi!" Zoya melihat Raksa pergi meninggalkan kamarnya. Dia langsung merebahkan tubuhnya lagi, menatap langit-langit kamarnya.  Zoya hanya diam dalam tatapan kosong. Pikirannya bekerja keras untuk memahami konsep hidupnya yang aneh. Hingga dia jatuh pada kesimpulan, dia akan menikmati kesempatan untuk bersama orang-orang tersayang selagi bisa. Karena tiba-tiba dia berpikir, jika kehidupan yang dijalaninya ini adalah kesempatan, karena mungkin saja dia sebenarnya sudah mati. Mungkin dia juga memiliki waktu terbatas untuk menikmati hidup kembali di masa ini, dimana orangtuanya masih ada dan dia masih bersama orang-orang terkasih.  Selama lima tahun hidup sendirian sebagai wanita dewasa, Zoya sangat kesepian. Dia memiliki kekayaan peninggalan orangtuanya, juga hasil kerja kerasnya menjadi model. Semua hal bisa dimilikinya, kecuali orangtuanya dan orang-orang yang saat ini masih ada bersamanya. Mungkin Tuhan memberikan kesempatan dia memiliki mimpi ini, sebelum mati.  Zoya bangkit dari posisi tidurannya, buru-buru berjalan menuju cermin. Menatap pantulan dirinya. Matanya juga terfokus pada gelang cantik yang seharusnya menjadi milik Luna.  "Gue suka mimpi ini. Jika memang gue akan mati setelahnya, gue gak apa-apa!" Zoya melebarkan senyumnya.  Setelah dia tahu telah tertidur cukup lama, dia semakin takut tidak bangun lagi. Zoya sadar, waktunya dalam masa ini mungkin tidak akan lama. Dan dia akan menikmati masa ini untuk akhirnya mati dengan tenang.  Buru-buru mandi, Zoya juga mencuci rambutnya. Kini dia telah selesai dan akan memilih pakaian yang akan dikenakannya. Pilihannya jatuh pada kaos warna hitam, dan celana pendek.  Zoya menyempatkan membuka ponselnya, sambil membiarkan rambutnya kering sendiri. Ada banyak pesan masuk dari teman-temannya. Terutama Tisa.  "Ayo makan dulu!" Lander masuk dengan membawa nampan yang diatasnya terdapat bubur ayam dan segelas jus.  "Jadwal gue jadi berantakan. Gue harusnya ada sesi pemotretan kemarin. Dan gue melewatkan tiga ulangan harian dalam dua hari!" Zoya mengomel, dia kesal karena Tisa masih sempet mengirimkannya pesan tentang ulangan.  Raksa hanya tersenyum saja. "Oh, Lander juga mengatakan tentang ulangan. Kami bertemu di parkiran, saat aku akan pulang. Dia menanyakan tentang kabarmu, dia terlihat sangat khawatir!"  Zoya tiba-tiba teringat tentang Lander. Dia yakin laki-laki itu sedang merasa bersalah. Karena setiap kali dia kesakitan dan pingsan, pasti saat bersama dengan Lander.  "Lander adalah hal menyebalkan yang terikat erat sama takdir gue!" Zoya menggelengkan kepalanya.  "Mungkin kalian ditakdirkan bersama!"  "Sial, Lo habis ngutuk gue?" Zoya melotot kaget, mendengar ucapan Raksa.  Tertawa, Raksa tidak menyangka respon Zoya seperti itu. "Bercanda!" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD