Basi!

1004 Words
Malam itu Zoya diantarkan Orangtuanya, Raksa dan Gerald ke Bandara. Di sana sudah ada maneger Zoya yang juga sudah menunggu. Terburu-buru Raksa mengomeli Zoya sepanjang perjalanan dari rumah ke Bandara. Dibandingkan Orangtuanya, Raksa memang yang paling khawatir saat mengetahui tentang foto editan tersebut, dan saat dia mencarinya, Zoya sudah tidak berada di sekolah. Pulang ke rumah, dia langsung mencarinya di rumah, dan Zoya juga tidak pulang. Belajar dari pengalaman, dia memang tidak langsung pergi mencari. Karena papa dan mamanya Zoya yakin putri mereka akan pulang sebelum keberangkatan ke London. Itu impian Zoya, pasti Zoya akan pulang. Bahkan Shana dan Zian agak speechless, karena begitu Zoya pulang, Raksa tidak berhenti mengomel. Memarahinya karena tidak memberikan kabar, seperti orang tua pada anaknya. Jadi sebenarnya, Shana dan Zian hendak menegur Zoya pergi tanpa memberikan kabar, tapi Raksa mendahului dan bukan hanya menegur, tapi juga memarahinya. "Dia akan menangis nanti, sudah ya!" Shana tidak bisa menahan tawa saat Gerald mengatakan hal tersebut pada Raksa. Sungguh, anak-anak memang sangat lucu. "Sayang, baik-baik di sana. Papa akan datang nanti bersama mama. Jika terjadi sesuatu, langsung hubungin papa, okay?" Zian menahan untuk tidak menunjukkan air matanya. Karena ini pertama kalinya dia melepaskan Zoya pergi cukup lama dan untuk menekuni kariernya. Mengangguk, Zoya memeluk papanya, kemudian mamanya. "Mama ajak saja Raksa jika butuh teman untuk belanja, jangan rindukan Zoya terlalu cepat. Nanti Zoya akan tidak betah di sana!" "Jangan khawatir, gue juga suka makanan gratis. Apalagi makanan di rumah Lo!" Gerald menyahut, dia mendapatkan tepukan dari mamanya Zoya. "Pa, tolong jangan terlalu keras pada kasus foto editan itu. Cukup buat mereka mengerti kalau candaan itu juga bisa disebut pelecehan!" Zoya ingat harus mengatakan ini, karena yakin papanya mungkin akan mengambil tindakan hukum. Dia tidak mau itu. "Kamu juga jangan terpengaruh dengan itu, fokus pada karirmu, sayang!" Zian memang sangat marah saat melihat foto itu tadi, tapi melihat sikap dewasa putrinya dia sekarang bisa merasa lega, artinya foto itu tidak melukai mental putrinya yang sedang semangat dalam dunia permodelan. Zoya menyeret kopernya pergi mengikuti langkah maneger-nya. Semakin banyak orang ingin menjatuhkannya, semakin ingin dia menampar mereka dengan pencapaiannya. — Raksa sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Dia mengeluarkan mobilnya dari garasi, kemudian langsung menuju rumah Zoya. Seperti biasa, dia akan minta makan, tapi dia melupakan sesuatu. Kalah mulai pagi ini, dia tidak akan melihat kakak cantiknya. Ketika baru sampai di sekolah, dia mendengar kalau kasus foto editan itu tidak jadi sampai ke kantor polisi, tapi anak-anak yang terlibat dalam mengedit, menyebarluaskan pertama kali kena sanksi dari sekolah. Beberapa orang menanyakan tentang Zoya padanya, karena mereka penasaran bagaimana kondisi Zoya setelah foto editan kemarin telah mempermalukannya. Tidak mau menjelaskan apapun, Raksa hanya memberikan senyum tipis pada orang yang benar-benar peduli, dan ekspresi datar bagi yang berpura-pura peduli. Anak-anak tidak melihat Zoya pada hari itu. Mereka yang telah ikut menertawakan jadi merasa bersalah. Mereka sadar, kalau candaan mereka kemarin sangat tidak lucu. Mereka juga jadi khawatir, mendengar Zoya izin ke pergi ke luar negeri. Mereka pikir, Zoya pasti sangat terluka hingga tidak mau pergi ke sekolah dan mengasingkan diri ke luar negeri. Hanya Tisa, para Guru dan Raksa yang tahu, kalau Zoya ada urusan pekerjaan. Kenapa mereka tidak membocorkan tentang yang sebenarnya, adalah karena ingin memberikan efek jera dan agar tidak melakukan tindakan bullying dalam bentuk seperti itu lagi pada Zoya. Itu permintaan Zian agar merahasiakannya. — "Katanya Zoya gak masuk hari ini, gara-gara yang kemarin ya? Parah si anak-anak!" Navo membuka topik itu saat mereka baru selesai latihan basket dan sedang duduk beristirahat di tengah lapangan. "Iya, untung gue gak ikut-ikutan!" sahut temannya yang lain, dia adalah penggemar Zoya, jadi kemarin dia juga tidak senang dengan perbuatan anak-anak yang menganggap pelecehan sebagai candaan. "Gue udah bilang, cewek itu mau sekuat apapun, pasti akan rapuh jika diperlakukan tidak baik. Wajar kalau Zoya terluka. Kalau itu cewek gue, udah abis orang-orang b******k itu!" Navo menggelengkan kepalanya menyangkan perbuatan anak-anak. "Jadi, karena dia bukan cewek Lo, dia gak berhak dapat pembelaan?" Lander bertanya dengan tatapan sinis pada teman-temannya. Navo jadi gugup, dia seperti sedang disalahkan atas kata-katanya. Dan saat Lander mengoreksinya, dia sadar dirinya tidak ada bedanya dengan orang-orang yang menertawakan Foto editan sebagai bahan candaan. "Maaf, gue emang t***l!" "Kalian baru ngomong gini pas masalahnya udah diatasi sama pihak sekolah, kemarin kalian kemana? Ada bantu Zoya? Gak kan? Kalian speak up saat masalahnya udah dingin. Basi!" Lander bangkit dan meninggalkan mereka setelah mengungkapkan kemarahannya. Pergi menuju ruang ganti, Lander melemparkan handuk kecil ke lantai. Marah yang rasanya hampir membakarnya. Sebenarnya dia tidak akan terlalu marah, jika tidak mendengar ucapan teman-temannya di lapangan tadi. Navo masuk dan mengambil handuk di yang tergelatak di lantai. Dia tahu Lander sangat kesal. Karena sebenarnya Lander dikenal bermulut pedas dan freak, tapi Lander juga dikenal orang untuk jarang menunjukkan amarahnya seperti tadi. "Gue tahu gue salah. Bayangin gimana Zoya kemarin tetap bisa tersenyum dan tetap berada di sekolah sampai sekolah berakhir, dia pasti sudah sangat menahannya. Harusnya gue gak diem aja!" Navo tidak tahu kenapa dia harus menjelaskan hal tersebut pada Lander, hanya saja dia seperti merasa harus mengatakannya. "Semoga dia baik-baik aja!" Navo baru selesai bicara, tapi Lander sudah lebih dulu pergi meninggalkannya. Yah, seperti itulah Lander, sangat sulit untuk memahaminya. Beruntung dia sudah mengenalnya lumayan lama, sejak dia bergabung dalam tim basket. Sudah kebal dengan sikapnya itu. "Lo kayaknya udah jatuh cinta sama Zoya. Siapa yang gak jatuh cinta dengan cewek secantik dan sebaik dia?" Navo bergumam dan menghela nafas panjang. — "Lo pasti tahu alasan Zoya keluar negeri. Kemana dia, dan sama siapa?" Lander menekan Tisa dengan sedikit amarah agar menjawab pertanyaannya. "Apa peduli lo? Lo siapa? Apa Lo lupa kalo Lo selalu minta dia menjauh? Sekarang dia menjauh, lo sok nyariin!" Tisa tidak menyukai sikap Lander, jadi dia tidak berbaik hati padanya. Lander mengumpat, karena Tisa tidak akan memberikan jawabannya. Sekarang, apa yang sebenarnya terjadi. Kemana Zoya pergi? Padahal kemarin dia melihat gadis itu sudah baik-baik saja. Apa benar seperti kata Navo, Zoya sangat terluka? Mencoba meneleponnya, Lander tidak dapat tersambung. Dan itu membuatnya semakin kesal saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD