Chapter 2. Lelaki Pertama, Cinta Pertama

1573 Words
Chapter 2 Lelaki Pertama, Cinta Pertama   Amanda berandai-andai kalau dirinyalah kekasih Austin. Kekasih lelaki semanis dan seromantis Austin adalah mimpinya. Sayang lelaki itu sudah menambatkan hatinya. Dan Amanda pantang merebut kekasih orang, meski Amanda suka setengah mati pada Austin. Makanya dia menyingkir dari kehidupan mereka sebelum perasaannya semakin dalam. Cinta pertamanya. Cinta monyetnya, yang anehnya masih begitu membekas dalam memorinya. Cinta yang bahkan harus di kuburnya sebelum bunganya bermekaran. Apakah mencinta memang sesakit ini? Kalau boleh, dirinya tidak menginginkan perasaan ini saja... Bisakah??? *** "Dia bukan type-ku,” ujarnya lirih. "Oh ya, jadi type-mu seperti apa?” tanya Clara penasaran, karena selama mereka berteman dia tidak pernah melihat sahabatnya itu tertarik dengan lawan jenisnya. Amanda tidak menjawabnya, tapi ingatannya kembali ke saat ia bertemu pertama kali dengan lelaki yang sudah bisa memenjarakan hatinya hanya pada satu nama, Austin Gerald Klein. Pria tampan bermata Hazel, dan selalu tersenyum manis kearah kekasihnya. Lelaki lembut yang matanya hanya tertuju pada kekasihnya. Sayangnya bukan dia kekasih pria pujaan hatinya. Amanda berandai-andai kalau dirinyalah kekasih Austin. Kekasih lelaki semanis dan seromantis Austin adalah mimpinya. Sayang lelaki itu sudah menambatkan hatinya. Dan Amanda pantang merebut kekasih orang, meski Amanda suka setengah mati pada Austin. Makanya dia menyingkir dari kehidupan mereka sebelum perasaannya semakin dalam. Cinta pertamanya. Cinta monyetnya, yang anehnya masih begitu membekas dalam memorinya. Cinta yang bahkan harus di kuburnya sebelum bunganya bermekaran. Apakah mencinta memang sesakit ini? Kalau boleh, dirinya tidak menginginkan perasaan ini saja... Bisakah??? **** "Hai baby, sedang apa?” tanya Austin saat melihat bidadarinya hanya melihat pemandangan dari kaca jendela. Angel memandang ke arah Austin sambil tersenyum. "Tidak, aku sangat bersyukur bisa ada di sini bersamamu,” sahut Angel lembut. Wanita ini sudah jauh berubah tingkah lakunya, menjadi sosok yang tulus dan ikhlas menjalani kehidupan yang diberikan oleh Tuhan. “Terimakasih sayang, tolong tetap di sisiku sebentar lagi.” “Aku berjanji akan selalu menemanimu sweety,” sahut Austin dengan sangat lembut. Dipeluknya tubuh ringkih Angela. Dia percaya semua manusia diuji sesuai kadar nya masing-masing. Apa yang diperbuat manusia pada akhirnya akan kembali lagi pada manusia tersebut. Itulah yang terjadi padanya, dia yang sangat jahat dan licik. akhirnya harus berakhir menjadi p*****r dikarenakan ayah kandungnya sendiri, ayah yang sudah membuat dia menjadi sosok yang tidak tahu balas budi. Sudah menghancurkan keluarga yang sudah merawatnya dengan kasih sayang. Apalagi dia juga sudah membuat Allicia dan Marc salah paham. Dan berakhir terpisah. Tapi dia tidak berhasil, cinta merekalah yang menang. Dia pikir dia tidak pantas mendapat kebahagiaan. Tapi saat Allicia mendapat ancaman dari Sophie yang saat itu berperan menjadi sahabat Allicia. Angel berpikir inilah saatnya dia membalas jasa mereka dan berkorban untuk mereka, apalagi vonis dokter yang menyatakan dia menderita kanker serviks semakin menguatkan mentalnya. Allicia punya keluarga yang akan mengkhawatirkan, sedang dia tidak ada satu orang pun yang akan menangisi kematiannya. Dia bertekad bulat melakukannya, lebih baik dia mati kan? Paling tidak di sisa harinya dia berbuat satu kebaikan. Satu saja, batinnya. Sampai dia melihat sebuah mobil sport berwarna merah maroon melintas dari arah yang tidak seharusnya hampir menabrak Allicia yang bahkan tidak menyadari kedatangan mobil itu karena sedang berjongkok di pinggir jalan hendak mengambil kucing yang akan melintas di jalan raya. Mobil itu melaju dengan sangat kencang, dia mendorong tubuh Cia hingga terjatuh ke trotoar, sedang tubuhnya dihantam oleh mobil merah itu dan terpental di tengah jalan raya. Dia bisa merasakan sekujur tubuhnya seakan terkoyak dan sakit yang tak terhingga. Dengungan di sekitarnya semakin lama semakin tak terdengar, kegelapan melingkupinya. "Hai kau memikirkan apa sweety?” tanya Austin sambil menggenggam tangan Angel yang berada di pangkuannya, Austin duduk jongkok di depan kursi roda Angel. "Hanya memikirkan masa lalu, terima kasih sudah mencintaiku," ujar Angel lembut membalas genggaman hangat tangan Austin, mengecupnya lembut. "Harusnya aku yang mengecupnya sweety, kau membuatku tampak bodoh," gerutu Austin. Angel terkekeh melihat muka cemberut Austin yang hanya akan ditampilkan didepannya dan keluarganya saja. Dan dia merasa istimewa... Angel merasa sangat bersyukur, walau dia tahu waktunya sudah tidak lama lagi, dia hanya ingin egois sekali lagi dengan meminta Austin hanya untuk dirinya sampai nafas terakhirnya. Dia sangat mencintai Austin. Lelaki pertama yang memberikannya begitu banyak luka tetapi lelaki itu pulalah yang mengobati lukanya. Sehingga dia lupa artinya sakit. Dia merasa bahagia...sangat bahagia. Ingin rasanya dia mempunyai anak dengan Austin seperti Allicia dan Marc. Tapi dia tahu itu mustahil, karena penyakitnya ia mengalami beberapa kali operasi untuk mengangkat rahimnya supaya kanker tidak menyebar, tapi meskipun dia harus menjalani beberapa kali operasi dan terapi. Kanker itu masih saja menyebar dan menjadi sangat terlambat untuk di obati. ** Hari ini benar-benar menjengkelkan bagi Amanda bagaimana tidak? baru saja dia mengendarai mobilnya dengan tenang. Sebuah mobil menyerempet mobilnya tiba-tiba, dia pasti seorang pengendara yang mengendarai mobilnya ugal-ugalan sampai membuat mobilnya lecet parah, bisa dicincang daddynya nih. Gerutu Amanda kesal. Gak cuma itu, izin berkendaranya juga terancam diambil paksa. Padahal kan bukan dia yang salah, dia sudah berkendara dengan benar sesuai ketentuan, tapi daddynya pasti nggak mau tahu soalnya ini sudah kesekian kalinya dia membuat mobilnya lecet karena kebut-kebutan, tapi itu dulu karena sejak peringatan daddynya yang terakhir dia udah insaf gak ikut kebut-kebutan liar lagi...suer deh. Amanda nggak bohong. Amanda mah anak baik. "Heh keluar kamu," kata seorang pria sambil mengetuk kaca mobilnya keras untung kaca mobilnya tebel anti pecah udah lulus test kok beneran deh he...he...Author mengigau. "Ya ampun apalagi sih maunya nih orang udah menyerempet mobil aku sekarang mau mecahin kaca mobil aku lagi," batin Amanda geram, diapun membuka kaca mobilnya dekan kasar, melihat orang yang sudah membuat hari indahnya menjadi tiba-tiba berantakan. Belum pernah ngerasain dicabein kali nih orang. 'Tapi bagus deh, dia kan bisa minta ganti rugi' batin Amanda riang. Seorang pria tampan yang seperti familier di matanya, mata hazelnya, bibirnya yang sexy, rambut brunettenya. Rahang yang kokoh dan hidungnya yang mancung, sebuah perpaduan yang maha sempurna, batin Amanda takjub. Tanpa disadarinya matanya tak berkedip menatap makhluk sexy di depannya. Tapi Amanda seakan pernah melihatnya. Kenapa lelaki ini tampak tidak asing ya, pikir Amanda dengan gaya berpikirnya, dia sampai lupa memarahi lelaki itu. Amanda memandang lelaki di depannya penuh selidik. Dimana dia pernah bertemu dengannya? Tanyanya dalam hati. Dia menepuk jidatnya keras saat ingatannya kembali kepada sosok pria di masa lalunya. Membuatnya sedikit meringis. Bodoh!! Tentu saja itu kan Austinnya. Cinta pertamanya. Yang bahkan sampai sekarang tak mau pergi dari pikirannya. Sebuah pemikiran yang langsung menghantam nadinya membuatnya ling-lung. Ekspresinya tak tertolong!!!! Apa dia bermimpi? Apa karena baru saja memikirkan cinta pertamanya, maka dia menghayalkannya? Iya! Dia pasti sedang berhalusinasi. Tidak mungkin lelaki yang di depannya ini pria itu. "Hallo nona, malah bengong, makanya kalo masih tidur itu nggak usah sok-sokan bawa mobil ya kan jadi nyusahin orang lain," kata Austin si ganteng yang mulai detik ini jadi si nyebelin, udah salah nyolot lagi, bikin naik darah aja batin Amanda makin dongkol nyesel tadi udah muji. Wah hilang sudah rasa kagumnya dulu, tentang betapa lemah lembutnya lelaki di depannya ini dengan kekasihnya, dan itu membuatnya jatuh cinta pertama kali. "Heh tuan sok, yang bawa mobil ugal-ugalan siapa? Bukannya minta maaf malah nyerocos nggak jelas, harusnya saya yang marah tuh lihat mobil saya lecet, kalo baru bisa bawa mobil tuh ya gak usah sok-sokan ngebut,” Sahut Amanda emosi jiwa dianya Amanda menatap netra hazel itu dengan tajam. Tapi jangan salah, benak Amanda sudah jumpalitan menahan rasa ingin memeluk tubuh yang sangat dirinduinya ini. "Wah modus baru nih, mau memeras saya? minta berapa?” sahut Austin tuh cowok dingin, dinginnya ngalahin salju di kutub utara, untung ganteng kalo nggak pasti udah kena toyor Amanda dari tadi tuh cowok songong. Kesel Amanda lama-lama. Untung cinta. Apa ini sikapnya dengan orang asing? Austin bahkan tidak mengingat pernah sekali bertemu dengannya. Siapalah Amanda bagi Austin, dia hanya remaja yang baru beranjak dewasa. Sedang dia punya kekasih yang dewasa walau wanita itu...Sakit. "Ini tuh bukan soal uang tapi anda mesti benerin mobil saya ya tuan, pokoknya nggak ada alasan dan saya nggak ada maksud buat meres tuan, emang tuan sapi yang bisa diperas susunya buat diambil air susunya," wah Amanda makin ngawur nih, somplaknya kumat. Diam-diam cowok dingin sedingin kulkas itu tersenyum. Cewek  nih boleh juga batinnya tapi buru-buru dia menampilkan wajah datar lagi, jadi Amanda tidak melihat senyum itu. "Ok, saya telepon bengkel dulu buat ambil mobil anda," kata Austin lagi. “Dan saya bukan sapi, ingat itu! Masak tidak bisa membedakan dasar orang aneh.” Amanda tersenyum masam menanggapi omelan Austin. Nih laki, syeyem juga ih. "Tunggu dulu, gimana saya tahu kalau tuan nggak bawa kabur mobil saya, saya ikut anda ke tempat anda biar saya tahu kemana buat cari anda," nggak salah kan Amanda, he...he... Bilang aja kamu cari kesempatan buat dekat sama pujaan hati. Tawa jahat "Ok, tapi kita ke kantor dulu ada meeting penting yang harus saya hadiri, dan gara-gara anda saya terancam rugi jika saya sampai terlambat, ayo masuk," kata laki-laki tadi sambil membuka pintu penumpang, "awas saja jika saya telat anda harus ganti rugi." "Terus mobil saya gimana?” tanya Amanda bingung dia bahkan tidak menanggapi ancaman Austin. "Sini kunci mobil kamu biar sopir saya yang mengaturnya," katanya sambil mengambil kunci mobil dari tangan Amanda, tidak sengaja tangan mereka bersentuhan seperti ada aliran listrik mengaliri tangan mereka apa ini ? Batin mereka berdua. Biasanya kalau sudah ada aliran listrik biasanya ada... Tagihan listrik!!! wk...wk... Becanda say.... Biar pada kagak ngantuk. Merekapun memasuki mobil keren Austin. Amanda mah pasrah bang.... Mau langsung dibawa ke KUA juga oke aja lah...   >>Bersambung>>
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD