S E P U L U H

1150 Words
Setelah kami semua menghabiskan sarapan kami, kami pun mengobrol sebentar. Saat mengobrol, aku bisa melihat bahwa Risky sudah mengantuk. Terlihat dari matanya yang sayu dan terlihat lelah. "Iya jadi gitu deh pokoknya, mama juga nggak ngerti si Mia sama Yumiko kenapa bisa anti sosial gitu." ucap Mama menceritakan kedua kucingku yang bernama Mia dan Yumiko yang menjadi kucing penakut setiap ada orang baru yang masuk ke rumah. Yumiko sih tidak terlalu penakut, Mia yang sangat penakut. Aku juga tidak mengerti. Mungkin Mia memiliki trauma sendiri pada saat masih kecil. "Iyaa nggak tau dah kucing ajaib." lanjut Biru. Lalu tidak ingin menempatkan Risky terlalu lama untuk mengobrol, aku pun mengambil piring Risky dan milikku untuk aku taruh di westafel. "Risky belum tidur tuh mah semalem." Aku mengadu pada mama dan membuat Risky membulatkan kedua matanya, mungkin dia kaget aku malah mengadukan itu pada mama, mungkin Risky tidak menyangka aku akan mengatakan hal itu. Lalu aku pun menjulurkan lidahku padanya. "Hah? Kok ga tidur? Kenapa? Nggak nyaman?" Tanya mama lalu menoleh ke arah Biru. "Kamu ga ganti sarung bantal dan sprei, dek?" tanya mama lagi. Biru pun langsung angkat bicara dan memberitahu bahwa dia sudah mengganti sprei nya dengan yang baru. "Udah kok, mah. Itu sprei yang kemarin kan yang mama angkat dari jempuran semalam. Biru lupa angkat." jelas Biru. "Ohh..." Ucap mama sambil membentuk mulutnya seperti huruf O. "Loh terus kenapa Risky nggak bisa tidur?" tanya mama lagi. Risky tercengir, seperti sedang disidang oleh guru saja. "Nggak bisa tidur aja, ma." jawab Risky. "Yaudah sekarang kamu tidur gih." aku langsung meminta Risky untuk tidur. Aku juga sudah melihatnya menguap terus dari tadi. Dari pada dia harus menahan tidur sampai malah. Lalu aku pun teringat, siang ini kita ada janji pergi keluar berdua. Tapi karena Risky tidak tidur, sepertinya perginya diundur untuk sore saja. "Kita keluarnya nanti sore aja kalo gitu, ya." ucapku lagi. Lalu Risky mengangguk. Dia pun menarik diri dari meja makan dan pamit pada mama dan Biru. "Risky tidur dulu ya, ma, Biru." pamit Risky dan langsung dibalas oleh anggukan mama dan biru. "Aku tidur dulu ya, sayang." pamit Risky padaku. Kali ini aku yang mengangguk dan mempersilahkan Risky untuk pergi ke kamar Biru. Tidak lama kemudian Biru menghampiriku yang sedang mencuci wajan, panci dan lain-lain yang kotor tadi. Dia membawa dua piring bekas mama dan bekas dia makan. "Sini biar aku aja kak yang cuci." ucap Biru menawarkan diri untuk melanjutkan cuci piring yang sedang aku lakukan. Lalu aku pun terharu. "Ya ampun adik aku baik banget. Yaudah tolong ya." ucapku sembari pura-pura seperti ingin menangis. "Ih lebay." ucap Biru sambil mengambil alih posisiku. Dia pun membasahi tangannya dan mulai melanjutkan kegiatan cuci piring yang belum selesai ku lakukan tadi. Aku yang sudah mencuci tangan pun mengeringkannya di lap kering yang tergantung dekat westafel yang memang dikhususkan untuk mengeringkan tangan selepas cuci piring atau cuci tangan. Sedangkan mama juga sekarang sudah berdiri dan bergegas ke kamarnya. "Terima kasih sarapannya, kak. Mama mau rebahan dulu sebentar di kamar. Abis itu mama mau langsung mandi." ucap mama sebelum akhirnya menghilang masuk ke kamar. * * * Hari sudah sore menujukkan pukul 4. Aku yang sedang bersantai di ruang tamu sembari membaca komik di web kesukaanku pun harus mengalihkan perhatianku karena Risky sudah bangun dan ikut duduk di sofa sebelahku. "Ini udah jam 4 kok kamu belum bangunin aku?" protes Risky karena tadi pagi aku bilang berangkat sore saja, tapi jam segini pun aku masih belum membangunkannya. Tapi pada akhirnya Risky sudah bangun sendiri, kan?" "Ini kan kamu udah bangun sendiri, toh?" tanyaku. Lalu Risky cemberut. "Tapi kan kamu belum siap-siap. Aku juga baru bangun. Terus mau berangkat jam berapa?" tanya Risky kemudian dan membuatku berhenti membaca komik. Aku pun langsung memikirkan hal yang tadi Risky pikirkan. Iya juga ya, kalau aku saja belum mandi, kita berdua mau berangkat keluar jam berapa? "Aku kok agak males keluar ya." Ucapku lalu Risky menganga. "Sayang! Ini besok aku udah pulang lagi loh. Masa kita nggak ke mana-mana?" tanya Risky sedikit shock mendengar ucapanku. Kini aku memutar kedua bola mataku. Siapa suruh dia malah tidak tidur semalam? "Loh yaa lagian kenapa kamu begadang, coba kalo kamu nggak begadang, kamu nggak perlu tidur lagi dan kita udah di luar kali dari tadi." ucapku balik menyalahkan Risky. "Iya maaf, lagian aku kan nggak bisa tidur." ucap Risky. "Ya gimana mau bisa tidur, toh kamu nya malah main hape terus. Main game pula. Mana bisa tidur kalo kayak gitu?" tanyaku lagi dan kali ini aku benar-benar malah menyalahkan Risky. Risky menghembuskan nafasnya lalu kembali meminta maaf. Ini kalau dilanjutkan kita akan berantem, deh. "Iya iya. Lain kali kalau kamu bepergian jauh begitu, kamu harus tidur. Mau bisa tidur kek, mau nggak kek. Taruh dulu yang penting hapenya dan gausah main hape. Merem. Nanti juga tidur." ucapku dan kali ini Risky mengangguk. "Iya, maaf ya sayang." ucap Risky. "Kamu jadi mandi nggak? Atau kita di rumah lagi malam ini?" tanya Risky kemudian menanyakan apakah kita berdua jadi keluar atau tidak. Aku berpikir sejenak. Sebenarnya kalau aku mandi, kemungkinan kita akan keluar sekitar jam setengah 6 sore lalu kita akan pulang jam 9 malam. Jika dihitung-hitung, kita keluar hanya sekitar tiga jam. Lalu kalau misalnya kita di rumah saja, rasanya sayang sekali karena Risky tidak setiap hari di sini. "Hayoo dipilih-dipilih." ucap Risky padaku dan aku pun akhirnya memilih untuk keluar saja. "Yaudah kita keluar aja. Kita ke sudirman aja, yuk," Ucapku. Untuk pulang, sepertinya aku akan meminta ijin mama untuk pulang lebih larut dari biasanya. Toh besok juga libur, jadi harusnya boleh saja. "Boleh boleh. Yaudah kamu mandi dulu kalo gitu ya. Soalnya kamu kan harus dandan dulu. Aku sih cepet mandinya. Paling abis aku mandi juga aku masih nunggu kamu dandan." ucap Risky menyuruhku mandi lebih dahulu karena aku yang lebih lama siap-siapnya. Yeu! Emang iya? "Ngarang deh. Orang aku kalo dandan cepet kok." balasku pada Risky dan tidak mau kalah. Aku pun langsung ke kamar untuk mengambil handuk dan kemudian langsung mandi. *** Aku masih membuat alis saat Risky selesai mandi. Lalu Risky mengintip ke kamarku sebentar hanya untuk menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ck ck ck... Masih pake alis." ledek Risky. "Ih sana sana, kamu selesai pake baju juga aku udah selesai kok." Ucapku dengan percaya diri yang tinggi. Namun ternyata kepercayaan diriku itu tidak terbukti karena saat Risky selesai pakai baju dan sudah rapih pun, aku masih memakai eyeliner. "Mana? Katanya kalo aku udah pake baju, kamu juga udah rapih?" tanya Risky meledekku. Kali ini sudah terbukti aku yang memang dandannya lama, jadi aku hanya tercengir tanpa menjawab ucapan Riksy lagi. "Maaf ya. Tunggu yaa." ucapku sambil tercengir selebar-lebarnya. "Kamu ga percaya sih, kata aku juga apa. Kamu lama dandannya. Weeekk." Risky meledekku kembali dan aku mendorongnya agar dia keluar dari kamarku. Kalau dia masih di kamarku, aku malah jadi tidak fokus membuat eyeliner. Saat membuat eyeliner. Aku harus memiliki fokus penuh agar eyelinerku tercipta dengan sempurna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD