Tidak butuh waktu lama, Anin dan Dimas pun akhirnya tiba di butik langganan Renata. Butik yang menyediakan gaun – gaun indah dan mahal dengan perancang – perancang terkenal di Tanah Air. Dimas mengajak Anin untuk masuk kedalam butik. Sementara mobil yang mengikutinya berhenti di seberang jalan. Pemuda yang mengendarainya terus menatap kearah Anin dan Dimas yang perlahan masuk kedalam butik. “ Halo,!” sapa pemuda misterius pada seseorang yang menghubunginya lewat Poncel. “ Apa kamu sudah menjalankan rencana yang papa berikan, Ramdan?” tanya seorang pria pada pemuda itu yang memang tiada lain adalah Ramdan, orang yang pernah mengejar – ngejar Anin sebelum Anin menikah dengan Dimas. “ Rencana awal sudah, pa, tapi sepertinya belum ada respon apa pun dari si Dimas dan keluarganya, bahkan s