Marcell POV
Kurasakan tubuhku, kehilangan tenaga. Sensasi ini, baru kurasakan lagi. Ini memang bukan pertama kali aku melakukannya.
Aku melakukan hal ini, pertama kali dengan pacarku Natalia Danuarta, kekasihku. Selama 5 tahun kami berhubungan, dan sudah merencanakan untuk menikah.
Tapi saat kami hendak bertunangan, dia jatuh sakit dan dirawat selama beberapa bulan di rumah sakit.
Dan lebih menyedihkan, dia mengidap kanker stadium 4, hidupnya hanya bisa bertahan selama 2 bulan saja. Sebenarnya Aku tetap ingin meneruskan niatku untuk menikahinya, walaupun Nata dalam keadaan berbaring lemah.
Orang tuanya melarang niatku ini, karena mereka yakin ini hanyalah kebahagiaan sementara. Mereka berterima kasih, hingga ajal menjemput putri mereka, masih ada aku pria yang setia mendampinginya.
Yah sudah 2 tahun, kepergian Nata. Kulalui hariku dengan minuman, saat merindukannya. Tapi tidak pernah sampai berhubungan dengan wanita. Karena sekedar ngobrolpun aku enggan. Tapi kenapa dengan wanita ini.
Aku meraba-raba, sisi tempat tidurku. Kurasakan, matahari menembus sela-sela tirai jendela kamar. Kepalaku agak pusing, dan kukumpulkan tenagaku. Mencari ponselku yang terjatuh di lantai di sisi tempat tidurku.
Aku tahu kami melakukan malam yang panas, dan aku merasakan kehangatan kembali, sejak yang kudapatkan dulu dari Natalia, kekasihku yang telah meninggal..
"s**t!!!" ucapku mengumpat.
Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi.
Aku bangun, dan mengedarkan pandangan sekelilingku. Kulihat tidak ada orang lain di kamar ini.
Aku berjalan ke kamar mandi, menyegarkan diri.
Setelah memakai pakaian lengkap, aku berjalan ke meja kecil di kamar.
"Apa-apan ini!!" ucapku tidak percaya saat melihat uang 500rb tergeletak di meja kamar.
Apa wanita itu pikir aku pria yang dibayar buat menyetubuhi wanita. Aku meyakini, bahwa dialah yang harusnya meminta bayaran padaku. Karena mana mungkin wanita baik-baik bisa melakukan hubungan intim dengan pria yang tidak dikenalnya.
Pandanganku seketika tertuju pada seprei kamar ini, aku tersentak dan kaget melihat ada noda darah di seprei ini.
Astaga apa yang kulakukan? Dia masih perawan. Tidak mungkin, jika dia perempuan bayaran, batinku geram dengan diriku sendiri.
Tapi andaikan dia meminta pertanggungjawaban dariku. Mungkin aku juga hanya bisa memberikan dia sejumlah uang yang cukup untuk mengganti keperawanannya yang telah direnggut dariku. Tidak akan mungkin, aku menikahinya. Kecuali kalau dia hamil.
Eitss tunggu dulu... aku sadar, aku tidak memakai pengaman. Astaga semoga saja dia tidak hamil, batinku.
Marcell POV End
***
Diandra POV
”Rumah depan pak," ucapku kepada sopir taksi.
"Iya mbak", ucap pak sopir dan memberhentikan mobilnya tepat depan kost-anku.
Kamarku kebetulan paling depan letaknya. Sedangkan ibu kostku berada di lantai atas. Tiga kamar dibawah untuk kost-an. Sebenarnya rumah ini, tidak dikhususkan buat disewakan.
Ibu kostku memiliki 2 putra dan 1 putri. Semuanya telah berkeluarga, dan pindah di rumah masing-masing, di kota lain karena pekerjaan mereka. Oleh karena itu daripada kamarnya dibiarkan kosong, beliau berinisiatif untuk menyewakan, sekaligus untuk menemani kesunyiannya setelah ditinggal suami yang telah berpulang dan anak-anaknya yang telah mempunyai kehidupan masing-masing.
Sesekali anak-anaknya hanya berkabar lewat telepon ataupun datang berkunjung sesekali. Itupun jarang menginap, kebetulan berkunjung hanya karena ada tugas kantor di kota ini.
Semua penghuni kostku, perempuan dan kami semua telah bekerja. Kesibukan masing-masing membuat kami, jarang mengobrol. Akulah yang paling lama, rata-rata hanya sampai 1 tahun, meninggalkan kostan ini, karena menikah.
Ibu kostku, sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Sering membawakan masakan buatku. Akupun tidak lupa setiap gajian, membawakan makanan ringan buat dia.
Kucari kunci kamarku di tas.
"Kamu, baru pulang" ucap ibu kostku membuatku setengah terkejut.
"Eh.. iya bu," jawabku setengah gusar.
"Kamu nginap dimana? tadi malam ibu tungguin sampe jam 11 loh api kamu gak pulang. Jadi pagar ibu kunci," ucapnya panjang lebar.
"Maaf bu, aku nginep dirumah teman kantorku Nina" menekankan nama perempuan agar ibu tidak menaruh rasa curiga.
"Kebetulan Direktur kami, akan pindah tugas ke kota lain jadi kami adakan acara pesta perpisahan," ucapku lagi menjelaskan.
"Yah udah, istirahat sana. Muka kamu, kelihatan pucat. Mungkin karena begadang," saran ibu kost sambil tersenyum ramah.
"Iya bu, makasih” balasku lemah.
Kurebahkan, tubuhku di tempat tidurku. Mencoba merenungi perbuatan bodoh yang kulakukan semalam. Aku tidak perlu menyesali ini semua. Toh kami berdua sudah dewasa dan bukan karena paksaan. Kuakui, kami sepakat melakukan ini.
Tanpa kusadari air mataku menetes. Toh ini yang kumaui.
Aku memang berjanji tetap menjadi lajang seumur hidupku, batinku menyemangati diriku.
Kubuka satu persatu pakaianku untuk bergegas mandi. Kupegang telingaku, membuka antingku. Akupun sadar, aku hanya memakai satu anting. Yang satunya entah dimana. Ah sudahlah, mungkin terjatuh di suatau tempat.
Diandra POV End
***
Marcell POV
Aku menaiki mobil dijemput sopir yang sudah menungguku di lobby. Semalam memang aku hanya menggunakan taksi karena tidak ingin mengganggu waktu istirahat Pak Asep, sopirku. Hanya dengan satu panggilan, secepat kilat Pak Asep akan menjemput, kapanpun dan dimanapun.
Kupegang anting perempuan semalam, aku menginjaknya tidak sengaja saat meninggalkan kamar. Lumayan membuatku meringis, karena ujungnya yang agak tajam. Kutatap dan kuayunkan, sambil tersenyum sedikit, entah bermakna apa. Akupun tidak mengerti. Seperti Cinderella yang meninggalkan satu sepatunya, perempuan ini malahan meninggalkan antingnya.
Mobilku memasuki halaman yang luas, rumah yang megah berlantai dua. Ayahku seorang pebisnis, mempunyai beberapa perusahaan, salah satunya perusahaan konstruksi.
Aku disambut oleh mamaku tercinta, mamaku hanya ibu rumah tangga biasa. Mama yang rada bawel tapi pengertian. Mungkin karena dia satu-satunya wanita cantik dirumah ini. Aku dua bersaudara, abangku melanjutkan pendidikan magister bisnisnya di New York.
Sehingga hanya kami bertiga dirumah ini, yah dengan dibantu oleh asisten rumah tangga tentunya.
"Kamu, dari mana aja sih, nak. Sampai gak pulang" ucap lembut mama, sambil menepuk bahuku pelan.
Aku hanya memberikan senyuman.
Ibuku tahu, sejak kepergian Natalia, Aku sering menghabiskan waktuku dengan mabuk-mabukan, walaupun tidak tiap hari. Hanya saat aku merindukan Nata, kekasihku.
Hingga menyewa hotel saat aku tidak kuat untuk pulang ke rumah, dan hotel ini telah menjadi langgananku menginap. Pegawai hotel sudah menyiapkan kamar khusus buatku, kapan saja aku ingin menginap.
Yah Hotel NW Centrall, tempatku menghabiskan malam dengan gadis Cinderella beranting.
Setelah memeluk Mama, akupun ke kamarku di lantai atas. Kuganti bajuku yang bau minuman. Mungkin karena bau ini, Mama tidak banyak bertanya. Karena dia sudah tahu jawabannya.
Kuraba saku jasku, sebuah anting kuletakkan dalam lemari koleksi jam tangan mewahku.
Apakah aku harus mencarimu Cinderella? ucapku dalam hati.
Marcell POV End