PERKARA LIMA RATUS RIBU

754 Words
Lampu kamar yang remang-remang ditambah pengaruh alkohol membuatku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Yang kutahu, badannya kekar, dengan perawakan tinggi. Harum parfum yang maskulin, menambah gairah tubuhku. Aku mengelus punggung kekarnya dengan lembut, hal spontan yang kulakukan. Ini bukan diriku, mana berani aku menyentuh orang yang tidak kukenal. Bahkan pacaran pun tidak. Aku menjaga hartaku paling berharga pada setiap pria yang kukenal. Karena aku tidak mau berakhir seperti ibuku, yang ditinggalkan Ayahku. Semua pria itu berengsek. Apa itu kesetiaan. Cinta itu hanyalah khayalan, manisnya hanya di awal saja. Setelah sentuhanku, yang tiba-tiba. Dia berbalik ke arahku. Seketika itu juga dia menarikku paksa dan memelukku erat, dan  berbisik. "Aku merindukankanmu, Nata" ucapnya, dan sebulir air mata jatuh sudut matanya . Akupun menikmati pelukan itu, kubalas walaupun tidak erat. Diapun mulai menciumi leherku. Kurasakan sentuhan ini, nyaris membuat bulu kudukku berdiri. Beralih ke bibirku, dia mengulumnya dengan lembut. Akupun menikmati bibirnya, kami saling menautkan bibir, dan semakin lama semakin intens. Saling memainkan lidah, dan bertukar saliva dengan orang yang saling tidak mengenal. Dengan kekuatannya dia membalikkan tubuhku, saat ini posisiku dibawahnya. Tanpa melepaskan pangutan bibir kami. "Hmm... sshhss," desahku. Menikmati permainan bibir ini dan mungkin esok hari aku akan menyesali hal ini. Aku hanya mengikuti gerakannya, karena ini pertama kali aku melakukannya. Beda dengan pria ini , aku yakin dia player. Kurasakan dari caranya menciumiku seperti orang yang sudah berpengalaman, melakukan hal ini. Sambil terus berciuman, dia memegang salah satu bukit kembarku, meremasnya dengan lembut, dan satu tangannya menahan tubuhnya, agar tidak jatuh menimpaku. "Asshhh.." kuakui ini membuat kakiku menekuk menahan sensasi yang dibuatnya Dia lalu turun menciumi sela-sela kedua pahaku. Kurasakan sensasi yang tidak biasa. Lalu memainkan lidahnya di sela-sela pahaku. "Auchhh..." aku sedikit berteriak. Aku rasakan kenikmatan yang luar biasa Kutarik paksa wajahnya dan menciumnya, dia pun membalas ciumanku dengan kasar. Kami berdua terlena oleh minuman, dalam setengah sadar melakukan hubungan badan tanpa saling mengenal. Tapi ini sudah terlanjur jauh, dan kami tidak memikirkan resiko kedepan bagaimana. Yang dalam pikiran kami mungkin, hanyalah menikmati malam ini saja. Setelah kurasakan, daerah sekitar kewanitaanku yang sudah basah. Dia mencoba memasukkan kejantanannya ke dalam lubang yang sudah basah ini "Asshh..." kami bersamaan mendesah akan kenikmatan duniawi ini. Kurasakan sakit yang amat sangat, saat dia pertama kali memasukkannya. Mungkin dia juga merasakan, sempitnya organ kewanitaanku ini. Setelah kurasakan sakit, dia menarik keluar kemudian pelan-pelan memasukkan kembali, berulang-ulang secara intens. Hingga tidak ada lagi rasa sakit, namun kenikmatan yang sulit kuungkapkan. Keringatnya kurasakan, menetes di sela-sela pahaku. Karena gerakannya yang sangat dahsyat, itulah mungkin ototnya terlatih karena ini. "Hmmm.. pssshhh, Ah...." kurasakan ada yang mengalir di kewanitaanku bersamaan dengan pelepasannya. Kami mencapai klimaks yang sama, kurasakan kewanitaanku berkedut sebelum pelepasan ini. Setelah pergumulan malam itu. Kami pun kehabisan tenaga kemudian tertidur tanpa sehelai benang apapun, hanya ditutupi oleh selimut. Dreet... dret...  Alarmku berbunyi. Iya, aku menyetel alarmku selalu di jam setengah enam pagi karena aktivitasku, setiap hari. Berdandan dan menyiapkan bahan kantor. Hingga berangkat kerja jam tujuh lewat tiga puluh menit. Jarak kantor dengan kostku lumayan dekat, hanya tiga puluh menit dengan taksi ataupun ojek online. Tapi aku jarang memakai ojek online karena keseharianku ke kantor. Memakai rok, diatas lutut membuatku risih akan tatapan orang-orang di jalan. Aku biasa memakai ojek online hanya untuk ke supermarket membeli kebutuhan sehari-hari, tentunya dengan celana panjang jeans. Setelah kubuka mataku setengah dan mencari sumber suara. Akupun berusaha bangun. “Astaga...” kagetku. Apa yang kamu lakukan Dee??? batinku merutuki kebodohanku. Badanku polos, dan penuh kissmark di leher dan di payudaraku. Kuliat pria di sebelahku, tapi tertidur membelakangiku. Dia tertidur di sisi jendela kamar, dan aku tertidur di sisi menghadap pintu keluar. Kukumpulkan tenagaku, dan memunguti satu persatu pakaianku. Perlahan-lahan berjalan dan berjinjit ke kamar mandi. Aku merasakan perih di daerah kewanitaanku. Setelah membersihkan tubuh. Kupakai pakaianku lengkap. Kemudian sebisa mungkin membuka pintu kamar mandi perlahan, jangan sampai menimbulkan suara sedikitpun, sambil kembali berjalan berjinjit. Sebenarnya aku ingin melihat wajahnya dengan jelas, setidaknya aku tahu siapa pria yang mengambil kehormatanku ini. Bukan untuk meminta pertanggung jawaban tentunya. Tetapi kuurungkan niatku. Bagaimana kalau dia tiba-tiba terbangun dan menganggapku wanita rendahan. Mana ada perempuan baik-baik yang mau ditiduri laki-laki yang tidak dikenalnya, hanya karena perjumpaan singkat. Kurasa aku telah mengambil semua barang-barangku dan kuletakkan uang lima ratus ribu, di sebuah meja kecil di kamar. Kurasa uang itu cukup untuk membantu dirinya membayar kamar yang kami gunakan. Siapa suruh mengambil kamar yang mewah. Kurasa biayanya semalam sama dengan biaya hidupku seminggu, batinku. Aku membuka pintu dan bergegas, kembali ke kost-an ku dengan taksi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD