"Di China?" tanya Tina dengan mulutnya menganga.
"Iya, Tina sayang," kata Tamara sambil menganggukkan kepalanya.
Tekad Tamara sudah bulat dan ia ingin sekali segera pergi menjauh dari Justin yang sangat menyebalkan. Ada rasa risih di hati Tamara, tiap kali kakaknya terus menerus mengekangnya.
"Gila, ya, kamu. Mau ke China, Tamara, kamu enggak salah?" tanya Tina dengan mulut menganga.
"Enggak, aku sudah bertekad akan meninggalkan negara ini dan menjauh dari kakakku," jawab Tamara santai.
Ting tong ting tong
Suara bel masuk berbunyi dan tidak lama guru masuk ke dalam kelas membuat semua murid yang sedang mengobrol kembali ke posisinya semula. Mereka mulai mendengarkan penjelasan guru.
***
Beberapa jam telah berlalu. Suara bell pulang akhirnya berbunyi membuat Tamara, Tina dan Theo berjalan keluar dari kelas menuju lobby Trinity School. Saat sudah di lobby, Tamara melihat mobil yang dikendarai Mang Ujang sudah ada di depan lobby berpamitan pada teman-temannya lalu ia melambaikan tangan dan masuk ke dalam mobil.
"Kak Justin ke mana, Pak?" tanya Tamara.
"Tuan Justin hari ini pergi ke kantor, Nona. Soalnya sementara waktu Tuan harus memegang perusahaan selama Tuan Romeo dan Nyonya Renata pergi ke luar kota untuk pembukaan butik Nyonya di New York," jawab Mang Ujang.
"Oh, oke," balas Tamara.
Perlahan mobil yang dikendarai Mang Ujang mulai menjauh dari Trinity School. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Tamara memijat pelipis yang terasa berdenyut memikirkan tindakan apa yang harus ia lakukan agar semua orang yang ada di rumah menyetujui keinginannya untuk mengambil jurusan pramugari di Cina.
"Nona, apa Nona baik-baik saja?" tanya Mang Ujang yang melihat nonanya seperti sedang ada banyak pikiran.
"Aku baik-baik saja, Mang Ujang," jawab Tamara.
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, akhirnya mobil yang dikendarai Mang Ujang berhenti di halaman rumah. Tamara langsung keluar dari mobil berjalan masuk ke dalam rumah.
"pasti masih pada sibuk sama kerjaan mereka," kata Tamara berjalan menuju dapur. Dia sangat lapar saat ini.
"Eh, Nona udah pulang. Ada yang bisa Bibi bantu?" tanya Bi Lauren melihat nonanya ada di dapur.
"Enggak, Bi. Tamara mau ambil makanan, mau makan di kamar aja," jawab Tamara.
"Nona makan malamnya saya antarin aja. Nona ke kamar duluan aja, pasti capek," tawar Bi Lauren.
"ok, Bi. Aku tunggu di kamar ya," jawab Tamara.
"Baik, Nona," balas Bi Lauren.
Tamara mulai menaiki anak tangga menuju kamarnya. Saat sudah di kamar, ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai bersih-bersih, Tamara keluar dari kamar mandi lalu ia membaringkan tubuh di atas kasur.
"Bosan juga ya sendirian di rumah," gumam Tamara.
Tamara mengambil ponsel lalu ia melakukan panggilan video grup. Tidak lama panggilan tersebut tersambung. Hanya Theo yang mengangkat panggilan tersebut, Tina tidak mengangkat.
"Hai, Tamara. Ada apa?" tanya Theo.
"Hmm, hanya bosan aja. Kok Tina enggak angkat ya?" tanya Tamara.
"Mungkin sibuk bantuin emaknya," jawab Theo.
Sejenak hanya keheningan yang menemani mereka apalagi Tamara merasa canggung jika berbicara berduaan hanya dengan Theo.
"Tamara aku punya berita untuk kamu. Sepertinya aku akan mendaftarkan di tempat kamu untuk melanjutkan pendidikan bersama Tina juga. Aku akan berusaha mencari jurusan yang sesuai dengan diriku dan ada di tempat kalian," kata Theo.
"Loh, bukannya kamu mau ambil jurusan IT ya?" tanya Tamara beran.
"Aku tidak sanggup jika berjauh dari kamu dan Tina. Lebih baik aku mencari jurusan yang sesuai denganku dan ada di tempat kamu juga," jawab Theo.
"Hahaha, kamu aneh banget sih, Theo," kata Tamara sambil tertawa.
"Tamara, ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu berduaan saja," kata Theo.
"Ini udah berdua, Theo. Ngomong aja sekarang," balas Tamara.
"Maksudku, kita berbicara tatap muka. Ketemuan hanya berdua saja dengan kamu tanpa Tina," kata Theo.
Tamara yang merasa semakin canggung dengan Theo buru-buru berpamitan pada Theo lalu ia mematikan ponselnya.
Ting
Tiba-tiba ada pesan masuk dari Theo membuat Tamara langsung membuka dan membacanya.
"Tamara, aku ingin bertemu kamu hanya berduaan. Di rumah kamu ada siapa sekarang?" tanya Theo.
"Aku lagi sendirian di rumah, Theo. Kedua orang tuaku lagi pergi sedangkan Kak Justin mengurusi perusahaan sementara waktu, jadinya dia belum pulang," jawab Tamara.
Tamara melihat pesannya lama tidak di balas menatap tulisan Theo yang sedang mengetik merasa penasaran akan apa yang mau dikatakan oleh Theo.
"Tamara, aku mau bertemu dengan kamu di taman dekat rumah kamu, kamu bisa?" tanya Theo.
Tamara sejenak berpikir. Ia menimbang-nimbang apa yang akan dia jawab ke Theo tapi dirinya teringat tidak ada siapa pun di rumahnya kecuali Bi Lauren dan Mang Ujang akhirnya menyetujui permintaan Theo.
"Iya, aku bisa. Mau ketemu kapan?" tanya Tamara.
"Sekarang aja. Aku jalan dari rumah sekarang," jawab Theo.
"Oke," balas Tamara mantap.
Tamara mengganti pakaian dengan pakaian olahraga. Tamara memakai baju kaos, celana training dan sepatu olahraga miliknya. Ia tidak ingin Bi Lauren dan Mang Ujang mencurigai dia. Setelah selesai mengganti pakaian, Tamara mengambil ponsel lalu ia memakai headsetnya.
"Akhirnya selesai," gumam Tamara.
Tamara berjalan keluar dari kamar menuju halaman rumah, tapi baru saja ia sampai di dapur tiba-tiba ada suara yang memanggilnya.
"Ada apa, Bi?" tanya Tamara.
"Nona mau ke mana? Ini udah mau malam, Non?" tanya Bi Lauren.
"Bi, aku hanya ke taman dekat sini kok. Mau olahraga sebentar. Udah lama enggak olahraga nih, jadi gemuk dikit badanku kayaknya," jawab Tamara.
"Ditemani Bibi ya ke sana. Ini bentar lagi makanannya sudah mau jadi," kata Bi Lauren.
"Tidak usah, Bi. Aku udah bukan anak kecil lagi. Lagian Bibi kan lagi sibuk masak, lanjutin aja, Bi. Tenang, aku tidak kabur kok, hehehe," balas Tamara sambil cekikikan.
"Baiklah, Non, tapi pulangnya jangan kemalaman ya," kata Bi Lauren.
"Iya, Bi, tenang aja," balas Tamara.
Tamara memasang headset ke telinga lalu ia memutar musik di ponselnya. Tamara keluar dari rumah berjalan menuju taman dengan berjalan kaki. Sampai di taman ia melihat taman sangat ramai mencari Theo.
"Di mana si Theo? Kok enggak kelihatan ya," gumam Tamara.
Tamara mengeluarkan ponselnya dari saku celana, lalu ia mengirimkan pesan ke Theo.
"Theo, kamu udah di mana? Aku udah di taman dekat rumahku nih," tanya Tamara.
Greb
Tiba-tiba ada seseorang yang memeluk dari belakang membuat Tamara tersentak kaget. Tamara berusaha melepaskan pelukan itu tapi tenaganya tidak sebanding dengan seseorang yang memeluknya.
"Kamu siapa?" tanya Tamara dengan gemetar.
Tamara merasa takut saat ini apalagi pria yang memeluknya tidak mau melepaskan pelukannya dari Tamara. Ditambah pria tersebut tiba-tiba membungkam mulutnya dengan tangan pria itu saat Tamara mau berteriak.