Pria tersebut mendekatkan bibir ke telinga Tamara, ia berbisik.
"Tenang, Tamara. Ini aku Theo," bisik Theo di telinga Tamara yang memberontak di dekapannya.
Seketika Tamara berhenti memberontak. Theo melepaskan bungkaman tangannya dari bibir Tamara. Theo membalikkan tubuh Tamara hingga menghadapnya dan mata mereka saling bertemu.
"Theo, kamu kagetin aku aja," kata Tamara.
"Maaf, Tamara. Ayo duduk dulu, ada yang mau aku omongin sama kamu," kata Theo lembut.
Mereka berdua mendudukkan diri di kursi taman lalu tiba-tiba Theo menggenggam tangan Tamara, membuat Tamara gugup dan penasaran akan apa yang mau dibicarakan Theo.
"Tamara, mungkin hal ini akan membuat kamu kaget tapi aku mohon jika kamu menolak jangan menjauh ya dan tetap menjadi temanku," kata Theo dengan tatapan memohon.
"Iya, Theo. Ada apa? Aku jujur bingung maksud kamu, kamu mau bicara apa sih?" tanya Tamara heran.
"Tamara, aku tahu mungkin ini terlalu cepat bagi kamu, aku tidak tahu entah sejak kapan perasaanku untuk kamu tumbuh semakin besar di hatiku dan aku sangat mencintai kamu Tamara. Maukah kamu menjadi kekasihku?" tanya Justin dengan menatap Tamara sambil menggenggam tangan Tamara.
Tamara mendengar penuturan Theo matanya berkaca-kaca. Ia juga memiliki perasaan lebih terhadap Theo di lubuk hatinya paling dalam. Tamara menganggukkan kepalanya membuat Theo langsung memeluk Tamara sambil menghapus air mata di mata Tamara.
"I love you, Tamara. You are mine," kata Theo.
"I love you too," balas Tamara sambil mendekap Theo ke dalam pelukannya.
Theo melepaskan pelukannya lalu ia menatap Tamara kembali.
"Tamara, terima kasih sudah mau menerima cintaku. Tamara, gimana kalau kita makan bersama sebagai kencan pertama kita?" ajak Theo.
"Boleh, tapi jangan kemalaman yang pulangnya," jawab Tamara dengan senyum lebar.
"Iya, kita akan makan bersama di restoran dekat sini kok. Jalan kaki juga sampai kok," balas Theo lembut.
Theo menggenggam tangan Tamara. Mereka berdua berjalan bersama menuju sebuah kafe yang terletak di komplek perumahan yang sama dengan rumah Tamara. Saat sudah di kafe, Tamara dan Theo langsung memesan makanan dan minuman.
"Tamara, aku ada sesuatu untuk kamu," kata Theo sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah lalu ia memberikan ke Tamara.
Tamara menerima kotak tersebut, lalu ia membukanya. Mata Tamara membulat saat melihat terdapat gelang berwarna emas yang ada di dalam kotak tersebut.
"Theoz ini indah sekali. Gelang ini untukku?" tanya Tamara.
"Iya, untuk kamu sebagai pengingat kalau kita sudah jadian. Sini aku pakaikan ke tangan kamu," jawab Theo dengan senyum manis.
Theo mengambil gelang tersebut lalu ia memasangkannya ke tangan Tamara. Senyuman Theo terbit saat melihat gelang tersebut sangat pas dan cocok di kulit Tamara.
"Makasih, Theo dan terima kasih juga sudah mau menerimaku apa adanya," balas Tamara.
"Aku yang seharusnya berterima kasih karena kamu sudah mau menerimaku apa adanya juga," kata Theo.
"Iya, Theo. Kita sama-sama terima kasih," balas Tamara terkekeh.
Tidak lama makanan yang mereka pesan sudah tiba. Para pelayan mulai meletakkan makanan mereka ke atas meja dan setelah itu berlalu pergi. Tamara dan Theo mulai memakan makanannya dengan nikmat sambil sesekali melirik.
"Theo, jangan lirik aku gitu dong. Aku kan jadi malu," kata Tamara dengan pipi yang merona.
"Tamara, pipi kamu merah banget tuh kayak tomat," kata Theo menggoda Tamara.
Mereka berdua saling tertawa bahagia.
"Udah, Theo jangan godain aku terus. Ayo lanjut makan lagi," balas Tamara.
Mereka berdua melanjutkan kembali makannya. Setelah selesai makan, Theo membayar terlebih dahulu makanan mereka lalu ia mengantarkan Tamara ke rumah dia.
"Theo, sampai sini aja ya," kata Tamara.
"Tapi ini masih beberapa blok lagi dari rumah kamu," balas Theo.
"Theo kamu antarkan aku sampai sini aja, soalnya aku takut kalau kakak aku udah pulang dan nanti dia lihat kamu, yang ada nanti kamu dimarahi sama dia," kata Tamara gugup.
"Oke deh, hati-hati ya. Nanti kalau udah sampai rumah kabarin ya," balas Theo lembut.
Tamara mengacungkan kedua jempolnya. Setelah itu, Tamara melambaikan tangan dan langsung berlalu dari hadapan Theo. Saat sampai di rumah, ia melihat kakaknya baru keluar dari mobil berusaha untuk tenang. Justin melihat Tamara langsung menyapa adik tercinta.
"Tamara, kamu habis dari mana?" tanya Justin.
"Aku habis olahraga di sekitaran sini, Kak," jawab Tamara.
Justin mengamati tubuh Tamara dan tidak mendapati ada keringat yang mengucur mengernyitkan dahinya.
"Tamara, ayo makan malam bersama," kata Justin.
"Iya, Kak," balas Tamara.
Mereka berdua melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Sampai di ruang makan, mereka melihat terdapat banyak makanan sudah tersaji di atas meja makan.
"Nona dan Tuan, mari dimakan, semua sudah Bibi siapkan," kata Bi Lauren.
"Iya, Bi. Makasih," balas Tamara.
Justin dan Tamara mendudukkannya di kursi ruang makan lalu mereka mengambil makanan yang ada di hadapan mereka. Justin melihat Tamara hanya mengambil sedikit mengernyitkan dahinya.
"Tamara, kamu kenapa makannya sedikit sekali? Kamu tidak suka ya dengan makanan ini?" tanya Justin.
"Aku lagi diet, Kak. Aku tidak mau badanku menggemuk makanya aku diet, Kak," jawab Tamara.
"Tamara, tubuh kamu tuh perlu nutrisi. Nanti sakit loh kalau kamu makannya dikit," balas Justin.
"Enggak, Kak. Aku enggak bakal sakit," kata Tamara.
"Jangan sampai kakak tahu kalau aku pacaran sama Theo dan habis kencan, bisa habis aku nanti sama kakak dan pasti kakak bakal mengurungku di rumah," gumam Tamara.
Mereka berdua mulai menikmati makan malam. Setelah selesai makan, Tamara berpamitan kepada kakaknya untuk ke kamar duluan. Sampai di kamar, Tamara mengunci kamarnya lalu ia membersihkan diri di kamar mandi. Selesai mandi, ia melakukan panggilan video dengan Theo.
"Hello, Theo. Aku sudah sampai rumah nih, kamu udah sampai rumah belum?" tanya Tamara.
"Sudah nih," jawab Theo dengan senyum manis.
"Theo, maaf ya tadi enggak bisa lama," kata Tamara dengan raut sedih.
"Iya, enggak apa-apa kok. Lagian kan enggak bagus kalau anak perempuan pulang malam banget. Tamara, aku udah rindu aja nih sama kamu," kata Theo.
"Rindu? Perasaan tadi kita baru ketemuan, masa udah kangen aja sih, kamu gombal banget," balas Tamara sambil terkekeh.
"Tapi aku udah kangen sama kamu walaupun kita baru berpisah tadi. Beneran ini, no lie," kata Theo.
"Idih ... idih, baru pacaran udah pintar ngerayu nih. Baru jadian, aku baru lihat sisi kamu yang tukang gombal nih," balas Tamara dengan nada mengejek.
"Aku enggak gombal kok, itu kenyataan, Tamara, kalau aku sangat rindu sama kamu dan saat ini rasanya aku ingin datang ke rumah kamu lalu memeluk kamu lagi," kata Theo.
"Jangan macam-macam ya, Theo. Aku tidak mau kamu diamuk sama kakakku," balas Tamara.
"Iya tenang aja, aku enggak bakal datang ke rumah kamu sekarang soalnya kan udah malam," kata Theo.
"Theo, kamu sedang apa?" tanya Tamara.
"Sedang memandang wajah cantik kekasihku yang selalu menyinari hariku. Makin indah pokoknya kalau ada kamu," jawab Theo.
"Gombal deh. Emang aku matahari apa, menyinari kamu?" balas Tamara.
Tok tok tok