Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Mang Ujang berhenti di kediaman Viano. Mang Ujang melihat Justin dan Tamara masih tertidur berusaha membangunkan mereka.
"Tuan, Nona, ayo bangun. Kita udah sampai rumah," kata Mang Ujang.
Perlahan mata Justin mulai mengerjap dan terbuka sedangkan Tamara masih belum terbangun.
"Tuan, sepertinya nona sangat kelelahan, biar Mang Ujang aja yang gendong bawa ke kamar," kata Mang Ujang.
Justin menatap tajam Mang Ujang. "Tamara milikku, Mang Ujang. Jangan sembarangan menyentuhnya," desis Justin.
"Tuan, bukannya begitu, saya cuma tidak mau nona terganggu tidurnya," kata Mang Ujang menunduk.
"Boleh, Mang. Tolong dibawa ke kamar saya," balas Justin.
"Aku harus cepat besar supaya aku bisa menggendong Tamaraku sendiri," gumam Justin dengan perasaan kesal.
Mang Ujang keluar dari mobil lalu ia membuka pintu mobil. Justin turun dari mobil dan Mang Ujang menggendong Tamara menuju kamar tuannya diikuti Justin di belakangnya. Saat sudah di dalam kamar, Mang Ujang membaringkan tubuh Tamara ke atas ranjang.
"Tuan, saya pamit undur diri ya jika tidak ada yang perlu saya bantu lagi," kata Mang Ujang.
"Iya, Mang. Terima kasih bantuannya," balas Justin dengan wajah datarnya.
Mang Ujang pergi dari kamar Justin sedangkan Justin memutuskan untuk membersihkan dirinya di kamar mandi.
"Eh, kok aku sudah ada di kamar?" kata Tamara sambil mengucek matanya.
Tamara melihat Justin tidak ada di sisinya mendengar suara gemericik air dari kamar mandi meyakini bahwa Justin sedang mandi. Tamara bangkit dari ranjang berjalan menuju jendela kamar. Ia melihat ada kolam renang besar di halaman belakang, ingin rasanya dia bermain di kolam renang.
"Jadi pengen main air," kata Tamara cekikikan.
Tamara mengganti bajunya dengan baju renang, setelah itu ia berjalan menuju ke kolam renang. Sesampainya di pinggir kolam renang, ia menurunkan dirinya ke kolam renang. Tamara mulai berenang tapi tiba-tiba ia merasa air sudah menutupi tubuhnya reflek berteriak panik.
"Kak Justin, tolong!" teriak Tamara yang perlahan tenggelam di kolam renang.
Justin yang baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap mendengar suara teriakan Tamara. Justin mengintip keluar jendela dan betapa terkejutnya ia saat melihat adik kesayangannya tenggelam di kolam renang. Justin melihat tidak ada siapa pun yang menolong Tamara segera berlari menuju kolam renang.
Byurr
Justin menceburkan dirinya ke kolam renang lalu ia segera mengangkat tubuh Tamara yang sudah tidak bergerak dan membawanya ke pinggir kolam lalu meletakkannya di sana.
"Tamara sadarlah. Kakak sudah bilang jangan nakal!" teriak Justin.
Justin naik ke atas lalu ia menekan d**a Tamara dan memberikan napas buatan hingga tidak lama Tamara mengeluarkan air dari mulutnya.
Uhuk uhuk
Tamara membuka matanya dan matanya bertemu dengan mata Justin.
"Tamara, kamu baik-baik saja?" tanya Justin dengan raut wajah paniknya.
Tamara yang baru saja sadar hanya diam saja. Dirinya masih merasa syok dengan apa yang terjadi padanya.
"Tamara, aku bantu ya," kata Justin.
Justin membantu Tamara berdiri lalu ia memapah tubuh Tamara hingga ke kursi berjemur dan meletakkannya di sana.
"Kamu tunggu bentar ya di sini, aku mau mengambilkan minuman dan handuk untuk kamu," kata Justin.
Tamara hanya menganggukkan kepalanya lesuh. Lalu Justin berjalan masuk ke dalam rumahnya. Ia melihat Bi Lauren yang baru saja sampai sambil membawa barang belanjaannya menghampirinya.
"Bi Lauren, tolong bikinkan teh hangat untuk Tamara dan bawakan handuk juga. Tadi Tamara kecebur di kolam renang," kata Justin dengan raut wajah kesal
"Apa? Terus keadaan Nona Tamara gimana, Tuan?" tanya Bi Lauren.
"Sudah sadar, Bi. Tapi kayaknya masih lemah. Lagian di rumah ini kenapa tidak ada yang menolong Tamaraku, kalau sampai Tamara kenapa-kenapa aku akan memenggal kepala kalian semua," kata Justin dengan matanya yang menatap tajam Bi Lauren.
"maaf, Tuan," balas Lauren.
Justin yang masih mengkhawatirkan Tamara yang ia tinggal di halaman belakang berjalan kembali menuju halaman belakang. Justin melihat Tamara menutup matanya berlari kencang menuju Tamara dan langsung mengguncang-guncang tubuh Tamara.
"Kak Justin nganggetin aku!" teriak Tamara.
"Iya, maaf. Kakak pikir kamu pingsan lagi," kata Justin.
"Kak, aku hanya lelah aja jadinya aku menutup mataku," balas Tamara.
Tidak lama Bi Lauren mendatangi mereka sambil membawa, handuk, dan teh hangat di tangannya.
"Tuan, ini teh yang Tuan pesan sama handuk," kata Bi Lauren.
Justin mengambil handuk lalu ia membalut tubuh Tamara yang kedinginan, kemudian ia membantu Tamara meminum teh hangat itu hingga habis.
Dari kejauhan Mang Ujang berlari tergopoh-gopoh menuju tuan dan nonanya.
"Tuan, saya bantu bawa nona ke kamar ya," kata Mang Ujang.
"Iya, Mang. Tolong bawa Tamara, dan satu lagi aku tidak ingin ada yang lalai lagi menjaga Tamaraku," balas Justin.
"baik, Tuan," kata Mang Ujang sopan.
Mang Ujang mengangkat tubuh Tamara yang masih lemas lalu membawanya menuju kamar diikuti Justin dan Bi Lauren di belakangnya. Sesampainya di kamar, Mang Ujang membaringkan tubuh Tamara ke sofa berbahan kulit.
"Mang Ujang balik aja ya, tinggalin Bi Lauren aja buat bantuin aku gantiin baju Tamara," kata Justin.
Mang Ujang yang sudah lama mengetahui bahwa tuannya begitu posesif dengan adiknya menurutinya.
"Bibi bantu gantiin baju Nona ya, Tuan," kata Bi Lauren.
"Iya, Bi, tolong gantiin ya," balas Justin.
Justin berjalan menuju lemari lalu ia mengambil handuk dan beberapa pakaian milik Tamara. Setelah itu Justin memberikannya ke Bi Lauren.
"Nona, Bibi bantu ganti baju ya," kata Bi Lauren.
Tamara menganggukkan kepalanya. Bi Lauren mulai mengelap tubuh Tamara dengan handuknya dan setelah itu ia menggantikan pakaian Tamara. Justin melihat Tamara sudah rapi dengan pakaiannya dibantu Bi Lauren membopong tubuh Tamara ke atas ranjang.
"Terima kasih, Bi, sudah mau membantu aku," kata Justin.
"Iya, Tuan," balas Bi Lauren.
Bi Lauren keluar dari kamar setelah berpamitan ke Justin.
"Kak, aku tidur dulu ya, aku capek," kata Tamara.
"Iya, Tamara. Tapi kalau nanti ada keluhan kasih tahu ke Kakak ya. Kakak tidak mau kamu sampai sakit gara-gara kejadian tadi dan satu lagi jangan pernah membantah Kakak lagi atau Kakak akan menghukummu," desis Justin tajam.
"Iya, Kak," balas Tamara ogah-ogahan.
Tamara memejamkan matanya sedangkan Justin yang masih kesal dengan Bi Lauren dan Mang Ujang yang lalai dalam menjaga adik kecilnya merasa kesal berjalan keluar menuju tempat Bi Lauren dan Mang Ujang berada.
"Bibi Lauren, Mang Ujang," panggil Justin.
Bi Lauren dan Mang Ujang mendengar suara Justin memanggil mereka menghampirinya.
"Ada apa, Tuan?" tanya Bi Lauren dan Mang Ujang berbarengan.
"Bibi dan Mang Ujang ke mana tadi? Kok bisa-bisanya kalian membiarkan Tamaraku celaka?" tanya Justin dengan tatapan tajam.
"Maaf, Tuan. Saya ceroboh karena tadi saya pergi ke pasar dan Mang Ujang mengantarkan saya, Tuan," kata Bi Lauren sambil menundukkan kepalanya.
"Bibi lain kali kalau mau pergi tunggu saya menemani Tamara dulu, lihat sekarang Tamara terbaring lemah karena kecebur, itu salah Bibi dan Mang Ujang yang tidak mengawasinya," balas Justin ketus.
"Iya, Tuan," balas Bi Lauren dan Mang Ujang berbarengan.
"Ya sudah, lain kali jangan sampai ceroboh. Aku tidak suka melihat Tamaraku kesakitan seperti tadi," kata Justin dengan raut wajah marahnya.
Justin yang merasa sangat kesal mengepalkan tangannya dan berjalan kembali menuju kamar. Justin melihat Tamara tertidur dan wajahnya terlihat sangat tenang membuat emosi dalam dirinya yang tadinya memuncak menurun seketika. Ia membaringkan tubuhnya ke ranjang lalu ia mengusap lembut pipi Tamara.
"Maafkan Kakak yang tadi tidak begitu memperhatikan kamu sampai kamu terluka Tamara, maaf," kata Justin.
Justin memeluk tubuh Tamara dan perlahan matanya mulai tertutup menyusul Tamara yang sudah tertidur duluan.