Merasa terkekang

1192 Words
Beberapa menit telah berlalu. Renata membuka kulkasnya. Ia melihat puding coklatnya sudah bisa disantap mengambil puding tersebut dan tiga piring kosong, lalu ia membawanya ke meja makan, kemudian ia meletakkannya di hadapan Tamara dan Justin. "Sayang, ayo dimakan mumpung masih fresh nih, baru jadi," kata Renata dengan senyum lebarnya. Renata memotong puding tersebut kemudian ia membagikannya ke piring yang sudah ia siapkan. "Wah, ini mah kesukaan Justin. Pastinya enak, Ma," kata Justin lalu mulai menyuapkan sepotong kecil puding ke mulutnya. Mereka semua memakan puding tersebut dengan lahap. Rasa manis puding dan teksturnya yang sangat lembut membuat puding tersebut rasanya benar-benar enak. Tidak terasa puding tersebut sudah habis. "Justin, Tamara, apa kalian mempunyai pr?" tanya Renata. Justin hanya menggelengkan kepalanya. "Tamara ada pr, Ma, tapi Tamara enggak ngerti. Kak Justin mau bantuin Tamara enggak?" tanya Tamara. Seketika Justin yang merasa namanya disebut serta ia mendengar bahwa Tamara meminta bantuannya tersenyum lebar dan menyetujui permintaan Tamara. "Kak Justin, makasih," kata Tamara sambil memeluk tubuh Justin. "Sama-sama Tamara," balas Justin sambil membalas pelukan Tamara. "Sudah, jangan pada kelamaan peluknya. Ayo Justin bantuin Tamara," kata Renata. "Iya, Ma. Justin duluan ya ke kamar sama Tamara buat bantuin Tamara ngerjain pr," kata Justin melepaskan pelukannya. Justin mengambil tas Tamara, lalu mereka berjalan sambil saling bergandengan tangan menuju kamar Justin. Saat sudah sampai di kamar, Justin mengambil meja lipatnya lalu ia meletakkannya di hadapan Tamara. "Tamara, keluarkan pr yang mau kamu kerjakan, sekalian Kakak ajarin," perintah Justin. Tamara membuka tasnya lalu ia mengambil buku pelajaran matematika yang berada di tasnya dan meletakkannya di atas meja lipatnya. "Jadi pr matematika gampang itu. Sini mana yang kamu tidak mengerti?" tanya Justin. Tamara membuka lembar demi lembar halaman bukunya hingga berhenti di sebuah halaman yang menampilkan pelajaran tambah-tambahan. "Ini kamu tidak ngerti? Ini kecil banget Tamara," kata Justin. "Ya udah kalau Kakak enggak mau ngajarin, Tamara enggak usah kerjain aja deh," balas Tamara sambil bangkit dari duduknya tapi tiba-tiba tangannya ditarik Justin hingga terduduk kembali ke lantai. "sejak kapan Kakak menyuruhmu pergi Tamara?" kata Justin dengan raut dinginnya. "Tidak ada, tapi Kak Justin seolah-olah ogah ngajarin aku. Aku juga malas sekolah kalau tahu susah gini," balas Tamara kesal. Tak Justin menyentil Jidat Tamara membuat Tamara meringis "Awhh, sakit Kak," kata Tamara meringis. "Sini duduk dekat Kakak sekarang," pinta Justin dengan nada dinginnya. Justin tidak mempedulikan Jidat Tamara yang disentil olehnya. Justin mulai menjelaskan cara menghitungnya dengan menggunakan jarinya. Pletak Justin melemparkan pulpen ke kepala Tamara saat Justin hanya melihat wajah Tamara diletakkan ke meja tanpa mendengarkan penjelasannya. "Sakit Kak, kok dipukul lagi sih?" kata Tamara dengan air mata mulai menetes ke pipinya. "Kamu lagian udah aku jelasin tapi kamu malah tidur. Udah ngerti belum?" kata Justin. Tamara menggeleng-gelengkan kepalanya membuat Justin mendengus kesal. Ia merasa kesal dengan Tamara yang sudah dijelasin capek-capek tapi malah tidur. "Aku bosan Kak. Udah ya, besok aja belajarnya," balas Tamara. Tamara tidak melihat wajah kakaknya yang sudah memerah menahan amarahnya. "Tamara, jangan membuat aku marah. Aku bisa memukulmu lebih dari yang tadi," kata Justin dengan gigi yang bergemelatuk. Tamara menatap ke arah Justin yang wajahnya seperti monster saat ini. "Maaf, Kak. Tolong jelasin ke Tamara ya," balas Tamara mengalah daripada dia dihukum oleh Justin. "Aku harus cepat-cepat besar nih, terus pergi deh dari rumah ini dan meraih cita-citaku. Aku tidak suka dikekang begini," gumam Tamara. "Huft, sini aku jelasin lagi, tapi kamu dengerin ya," kata Justin lembut. Tamara menganggukkan kepalanya, lalu Justin mulai menjelaskan kembali ke Tamara hingga Tamara sudah sangat mengerti dan dapat mengerjakan prnya sendiri. Tidak terasa jam berjalan begitu cepat hingga tanpa sadar waktu sudah semakin sore. "Huft, dia tertidur lagi tapi enggak apa-apa deh yang penting dia udah mengerti," kata Justin. Justin mengambil bantal yang ada di atas ranjang lalu meletakkannya di lantai, kemudian perlahan ia membaringkan tubuh Tamara ke lantai dan kepala Tamara ia letakkan di atas bantal. Justin yang juga mengantuk ikut membaringkan tubuhnya di samping Tamara. *** Matahari perlahan mulai masuk melalui sela-sela jendela kamar membuat Justin yang berada di ranjang bersama Tamara yang di dalam dekapannya mengerjapkan matanya. Ia melihat Tamara masih tertidur tersenyum lembut. "Pagi, Tamara," kata Justin. "Pagi juga, Kak," balas Tamara yang sudah membuka matanya. Tamara beranjak dari kasur lalu ia mengambil pakaian seragamnya dan segera memakainya tanpa memperdulikan Justin yang menatapnya. "Kamu enggak malu lihatin badan kamu sama Kakak?" tanya Justin. "Untuk apa malu, kan Kakak itu Kakakku sendiri," jawab Tamara. "Tamara kalau mau pakai baju itu di kamar mandi, oke. Kakak enggak mau sampai kamu melakukan hal ini di depan orang lain walaupun itu keluarga kita sendiri," balas Justin. Tamara menganggukkan kepalanya. Justin beranjak dari ranjang lalu ia mengganti pakaiannya juga dan setelah itu ia mengajak Tamara ke bawah untuk sarapan pagi dulu bersama orang tua mereka. "Pagi, Ma, Pa," kata Justin dan Tamara berbarengan. "Pagi juga, Nak. Ayo makan dulu, ini udah mau telat kalian," kata Renata. "Oh iya hari ini kalian tidak kami antar ya soalnya mama dan papa ada urusan," kata Romeo. "Iya, Pa," balas Justin singkat. Ia merasa kesal dengan kedua orang tuanya yang selalu sibuk. Mereka semua akhirnya mulai mengambil makanan yang ada di hadapan mereka lalu mereka mulai memakannya dengan lahap. Setelah selesai makan, Tamara dan Justin langsung berpamitan kepada kedua orang tua mereka. "Tuan, Nona, apa masih ada yang tertinggal?" tanya Mang Ujang. "Tidak ada, jalan aja, Mang. Kita udah mau telat," jawab Justin. Perlahan mobil yang dikendarai Mang Ujang mulai melaju dengan kecepatan sedang menuju sekolah Justin dan Tamara. Sesampainya di sekolah, Tamara keluar dari mobil diikuti Justin di belakangnya. Justin mengantarkan Tamara terlebih dahulu ke kelasnya baru ia pergi ke kelasnya. "Jangan berteman dengan anak laki-laki ya. Tidak semua anak laki-laki baik seperti Kakak," kata Justin. "Iya, Kak," balas Tamara. Tamara masuk ke kelasnya. Ia melihat Theo tersenyum kepadanya langsung mengalihkan pandangannya dan duduk di kursinya. "Tamara, kamu masih kesal sama masalah kemarin ya?" tanya Theo. Tamara hanya diam aja tidak menyahuti perkataan Theo membuat Theo mendengus kesal. Tidak lama guru masuk ke dalam kelas dengan seorang murid perempuan yang entah siapa. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo perkenalkan diri kamu, Nak," kata Lea. "Nama saya Tina Kanoi, makanan favorit saya ayam goreng dan hobi saya bermain game dengan papaku," kata Tina. Anak baru tersebut mulai memperkenalkan dirinya dan setelah itu ia disuruh oleh Lea untuk duduk di samping Tamara yang hanya diam saja menatap dirinya. "Nama kamu siapa?" tanya Tina. "Tamara," jawab Tamara singkat. "Eh, kamu kok gitu sih. Tina Kanoi nih yang memperkenalkan diri, dan kamu berani sekali cuekin Tina Kanoi," kata Tina sambil menghentak-hentakkan kakinya. "Iya, Tina. Ini pelajaran udah mau mulai masa kamu ngajak aku ngobrol terus," balas Tamara. Akhirnya Tina diam membuat Tamara menghelakan napasnya. Lea yang melihat kelas sudah mulai tenang memulai menjelaskan pelajaran hari ini yaitu pelajaran matematika. "Semuanya, ayo kumpulkan tugasnya masing-masing," kata Lea. "Bu, saya kan baru masuk mana mungkin saya ngerjain pr itu, Bu," kata Tina sambil mengangkat tangannya. "Kalau kamu tidak perlu, Tina," balas Lea. Tamara memberikan bukunya kepada murid yang berada di depannya lalu ia menyandarkan tubuhnya di kursi. Setelah semua buku terkumpul, buku tersebut diberikan acak kepada semua murid lalu mereka memeriksa pr tersebut berbarengan bersama Lea.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD