Part 6- Pertemuan Sengit

1408 Words
Selama beberapa hari, Elsya merasa tenang karena tak bertemu dengan Alga lagi. Setahunya juga pria itu sedang ada jadwal pemotretan di luar kota dan ijin tidak masuk kuliah selama beberapa hari. Tentu saja ia tahu karena ia rajin memantau akun sosial media pria itu. Ya, anggaplah ia seperti perempuan yang gagal move on, Elsya tidak akan mengelak kok. Sebaik apapun Aksa memperlakukan Elsya sebagai kekasih, hal itu tak akan bisa menggantikan posisi cinta pertamanya yang telah menetap begitu dalam di hatinya. Terdengar kejam memang, tapi ia tetap berusaha untuk mencintai Aksa seperti pria itu mencintainya. Aksa memperlakukan Elsya layaknya seorang putri, saking baiknya sikap pria itu. Elsya jadi tidak enak sendiri karena belum bisa sepenuhnya mencintai Aksa. Hanya sekedar suka, ya selama beberapa bulan hubungan mereka ia hanya bisa menyukai pria itu. Bukanlah cinta. Sampai pria itu selalu mendatangi kampus Elsya hanya demi menjemputnya setiap hari. Padahal Elsya sudah melarangnya tapi pria itu bersikeras untuk menjemputnya. Katanya takut ia kenapa-napa nanti jika pulang sendirian. Mungkin Aksa lupa jika di kampus ini juga ada Brian—sepupunya yang akan jauh lebih sigap jika terjadi sesuatu pada dirinya. Windi menatap curiga pada Elsya yang baru saja menerima telepon dari pacarnya yang menurutnya ganteng itu, mirip oppa-oppa di drama Korea yang sering ia tonton. Padahal rencananya ia ingin mengajak Elsya pergi menonton. Tapi melihat senyum berbunga-bunga di wajah teman barunya itu, harapannya pupus. “ Pangeran lo ngajak pergi ya?” tebaknya langsung ketika Elsya baru saja mengakhiri pembicaraannya dengan sang pujaan hati itu. Elsya mengangguk dengan senyum merekah di wajahnya. “ Aksa ngajak gue buat nyobain menu baru di salah satu kafe langganan kami. Tadi lo mau ngomong apa?” Windi menggelengkan kepalanya ditambah dengan senyuman anehnya. “ Nggak deh. Gue tahu lo nggak bakalan membatalkan janji lo demi gue,” ucapnya dengan ekspresi patah hati. Elsya langsung tertawa, ia kemudian menepuk-nepuk pundak Windi. “ Lain kali kalo mau janjian lo harus lebih cepet. Soalnya cowok gue tuh bucin banget sama gue,” ucapnya penuh percaya diri. “ Idih! Gue baru aja mau ngomong tapi lo keburu girang dapet telepon dari ayang beb!” balas Windi tak mau kalah. “ Udah lah. Gue pacaran sama siapa ya biar ada yang menjadikan gue si nomor satu,” ucapnya berandai-andai. “ Banyak aplikasi dating kok. Masih banyak ikan di laut. Tenang!” Elsya justru menggoda Windi, salah satu kegiatan favoritnya setelah dulu sering menjahili Alga. Ah, lagi-lagi nama itu. Meski Alga telah mengecewakannya berkali-kali dan seolah berusaha menendangnya sejauh mungkin, tapi nama itu akan selalu menjadi yang paling istimewa. Tak melihatnya beberapa hari saja justru membuatnya rindu. Dasar gila! “ Masa gue pacaran sama ikan, lo kira gue nemo! Dahlah gue mau nonton sendirian aja, kali aja ada yang bernasib sama kayak gue. Dah!” Windi langsung melengos begitu saja. Elsya sama sekali tidak sakit hati dengan sikap teman barunya itu. Semakin mengenal Windi, ia semakin mengerti karakter cuek dan apa adanya gadis itu. Ia justru senang dengan karakter teman seperti Windi yang bersikap apa adanya, tanpa dibuat-buat apalagi direkayasa. Berkuliah di jurusan Fashion Design membuat Elsya mengetahui beberapa karakter, terutama dilihat dari penampilan mereka. Kebanyakan jelas memiliki selera pakaian yang modis dan kecantikan serta ketampanan mereka tak perlu ditanyakan lagi, tapi justru itu yang membuat mereka kebanyakan bersikap sombong. Tak jarang mereka menatapnya dengan remeh hanya karena pakaiannya terkesan ‘biasa saja’. Seperti dress yang simpel atau blouse dan jeans. Padahal ia hanya ingin menggunakan pakaian yang menurutnya nyaman. Kecuali di acara tertentu ia memang akan menyesuaikan pakaiannya. Masa iya belajar di kelas aja berasa mau ikut model catwalk. Ah daripada sibuk memikirkan soal mahasiswa-mahasiswi di kampus ini, Elsya memilih untuk segera pergi ke kafe tempatnya akan menemui Aksa. Kebetulan mereka akan bertemu di sana saja karena memang lokasinya dekat dari kampusnya. Aksa katanya akan sampai dalam setengah jam. Gadis itu tak sabar, meski hanya menyukai Aksa. Tapi pria itu berhasil membuatnya nyaman dan sedikit melupakan Alga. Sesampainya di kafe yang bertema hitam putih itu, Elsya langsung mencari kursi kosong. Sayangnya hanya ada satu tempat yang kosong dan anehnya lagi kenapa ia justru bertemu Alga di sini? Alga terlihat sedang bersama beberapa pria lain yang wajahnya seperti tak asing. Mungkin mereka ‘selebgram’ seperti Alga juga. Yang jelas ya mereka bening-bening emang. Pantas saja kafe ini mendadak ramai oleh kaum hawa. Merasa tak punya pilihan lain, Elsya pun akhirnya duduk di tempat kosong itu. Tentu disambut dengan lirikan dari Alga yang menyadari kehadirannya. “ s**l banget gue ketemu dia lagi,” gumamnya yang dapat terdengar oleh Alga karena jarak mereka hanya terpisah oleh sekat. Ia pun memesan minuman sembari menunggu kedatangan Aksa. Lalu memilih untuk menyibukkan diri dengan ponselnya saja sementara meja di sebelahnya terdengar begitu heboh. Sepertinya mereka sedang membuat video konten atau semacamnya. Menit terus berlalu dan tak terasa sudah hampir satu jam Elsya menunggu, tak juga kelihatan batang hidungnya Aksa. Gadis itu semakin tak nyaman karena seharusnya pria itu sudah sampai di sini, kan? Bahkan pria-pria ganteng di sebelah mejanya pun satu persatu mulai membubarkan diri. Namun... “ Gue di sini dulu deh, ngadem.” Suara Alga terdengar saat beberapa temannya mulai membubarkan diri. “ Ngadem apa nyari cewek lo? Pacaran gih biar makin famous!” ledek teman-teman pria itu dan hanya ditanggapi oleh tawa Alga. Elsya memutar bola matanya dengan malas. Mana mungkin tukang pemberi harapan palsu seperti Alga pacaran. Cewek juga ogah pasti diPHP sama dia. Eh tapi dia ganteng sih, ada aja kali yang mau. “ Lo di sini sengaja ngebuntutin gue, kan?” ucap Alga yang duduk tepat di belakang Elsya. Elsya tersentak kaget karena pria itu tiba-tiba berbicara padanya. Apalagi menuduhnya sebagai penguntit. Yang benar saja? “ Sekalipun lo tenar, gue bukan salah satu fans lo. Jadi jangan kegeeran. Gue ke sini mau pacaran, nggak kayak lo numpang ngonten.” Alga terkekeh mendengar balasan sengit dari Elsya. “ Pacaran sama angin? Apa cowok lo transparan?” Elsya mendengus kesal. Salah sekali ia bertemu Alga di sini. Padahal setahunya pria itu masih di luar kota, kenapa tiba-tiba ada di sini? “ Sabar dong. Entar pas ayang gue dateng aja, diem lo.” Alga hanya mengedikkan bahunya. Tak lama kemudian ponsel Elsya berdering, gadis itu langsung semangat mengangkat telepon dari Aksa. “ Halo. Kamu udah dimana?” tanyanya dengan suara yang jauh terdengar lebih manis dibanding saat berbicara dengan Alga. Tapi kemudian ia jadi tak bersemangat saat Aksa mengatakan harus pergi ke suatu tempat karena ada hal mendadak dan tidak bisa pria itu jelaskan saat ini. Intinya mereka gagal pacaran. “ Oh ya udah deh. Hati-hati ya.” Ia menutup teleponnya dengan perasaan kesal. “ Tahu gini gue nonton aja sama Windi. Kena PHP mulu gue dari dulu. Heran!” Alga langsung terbatuk saat mendengar soal PHP. Seolah merasa tersindir. “ Eh tukang PHP keselek,” ucap Elsya yang masih dalam posisi saling membelakangi dengan Alga. Alga berusaha sekalem mungkin. “ Biasanya kalo cowok membatalkan janjinya tiba-tiba, ada dua hal sih yang harus lo pertimbangkan. Antara lo nggak sepenting itu buat dia, atau ada yang jauh lebih penting dari lo.” “ Lagi membicarakan diri sendiri ya?” balas Elsya sengit. “ Sialan.” Mendengar Alga memaki, Elsya hanya bisa tersenyum tipis. Gadis itupun memilih untuk beranjak dari tempatnya dan pergi. Alga hanya bisa menatap gadis itu yang tampaknya sedang menunggu ojek online. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia ingin sekali mengantarnya pulang seperti yang dulu sering mereka lakukan. Sayangnya masa lalu yang indah itu telah berakhir dan ia bukanlah bagian penting dari hidup Elsya lagi. Lagipula jika gadis itu tahu siapa dirinya, dia pasti akan sangat membencinya. Jadi biarlah semua seperti ini. Elsya mungkin membencinya karena sikapnya di masa lalu, asal jangan sampai Elsya membencinya karena tahu siapa orang tuanya. Karena jika sampai seperti itu, Alga tidak tahu siapa yang harus disalahkan. Ia tak pernah meminta ataupun tahu dilahirkan oleh siapa. Bahkan sampai saat ini, kehadirannya di dunia pun tak diinginkan oleh siapapun. “ Ah, sial.” Alga mengacak-acak rambutnya sendiri. Mengingat semua tentang Elsya membuatnya hampir gila. Gila karena terlalu merindukan gadis itu tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Tanpa Alga sadari, Elsya masih memperhatikannya. Gadis itu semakin bingung saat melihat Alga tampak kacau. Ia jelas mengenal baik bagaimana sebenarnya Alga yang sok kuat tapi sebenarnya rapuh itu. Kini ia tidak tahu siapa orang yang Alga andalkan selain dirinya. Kisah mereka telah usai bahkan sebelum mereka memulainya. “ Gue harap lo selalu baik-baik aja, Al. Karena gue tahu, lo nggak pernah menginginkan gue.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD