Chapter 21

1885 Words
Wajah Farel bagaikan tomat matang, memerah karena malu di depan bawahannya, Miki Shisa. Sedangkan Busran sudah lebih dulu membungkam mulutnya agar tidak menyemburkan tawanya. Miki yang ada di ruangan itu terlihat agak kikuk ke arah Lia kecil. Sret Lia kecil yang hendak keluar dari ruang kerja Farel berhenti, dia memandang ke arah Miki dan berkata serius. "Apakah kamu punya ibu?" Miki mengangguk. "Ya, saya punya ibu." "Berapa umurnya?" tanya Lia. "Delapan puluh tahun, tahun ini." Jawab Miki jujur ke arah Lia. "Apakah ibumu sehat sekarang?" tanya Lia kecil lagi. Miki, wanita 48 tahun itu menganggukkan kepalanya. "Ya, sehat sekarang." Jawab Miki. Lia kecil manggut-manggut. Lalu dia melihat tanpa takut ke arah mata Miki dan berkata serius. "Kau beruntung masih bisa melihat ibumu, jaga dia baik-baik," Sret Lia kecil melirik dengan ekor matanya ke arah Farel yang sedang memerah wajahnya. "Jangan seperti lelaki ini, ibunya sudah sangat tua dan lansia, sudah renta dan lemah, namun dia malah sedang bersamamu di ruangan ini bercerita ria, pulanglah, aku tidak marah padamu, aku maafkan kesalahanmu karena datang kesini dan membuat Farel dan Busran mengabaikan panggilan dari ibu mereka," "Sampaikan salam ku pada ibumu," Buk buk Lia kecil menepuk-nepuk pelan paha Miki sambil berjalan keluar dari dalam ruangan kerja Farel. Tak Tak Tak "..." "???" tanda tanya besar terlihat di raut wajah Miki yang bingung. Ruangan itu sunyi. "Pffftt!" Busran memandang ke arah Miki dan Farel. Wajah bingung Miki dan wajah malu Farel. Sret Farel menoleh ke arah sang adik. "Busran, kendalikan cucu perempuanmu," Glik Glik Farel menggertakkan giginya. "Hahahahahahaha!" Busran tertawa tak karuan. Dia melihat ke arah wajah Miki dan Farel lagi. "Hahahahahahaha! Ada apa dengan wajah kalian?" "Hahahaha! Hmm ehem!" Busran berusaha berhenti tertawa, dia menatap ke arah Miki. "Dia adalah Lia Rahmawati Farikin, cucu perempuanku," ujar Busran serius ke arah Miki. "???" wajah Miki cengo. Dia hanya memandang ke arah Busran dengan pandangan penuh kebingungan. Lia Rahmawati Farikin, bukankah itu nona mereka? Nona muda dari Farikin yang menikah dengan Agri Arelian Nabhan, ayah dari Farel dan Busran. Busran berusaha agar terlihat serius. Dia tahu bahwa ketua keamanan Farikin dan Nabhan ini bingung, sebab Lia Rahmawati Farikin yang Miki kenal adalah hanya sang ibu mereka. "Dia sendiri yang memilih namanya, sudah disetujui oleh ayahku, bahwa cucu perempuanku itu memakai nama ibuku, kau bisa panggil dia dengan sebutan Lia kecil saja," ujar Busran menjelaskan. Miki yang mendengar penjelasan dari tuan mudanya itu mengangguk mengerti. "Dia...em...dia orangnya agak tegas dari sifat ibuku, yah...sekarang dia adalah perwujudan ibuku yang kecil...jadi...memang pemikiran cucuku dengan ibuku agak sama dan...dan kita sebagai anak tidak bisa mengatakan apa-apa, karena dia mendapat dukungan penuh dari ibu dan ayahku, juga karena dia memposisikan dirinya kadang-kadang sebagai ibuku, dan kadang-kadang sebagai cucuku," "Jadi...mohon dimaklumi saja apa yang dikatakan oleh cucu perempuanku itu, bukan mau kita ini terjadi, namun Tuhan sudah memberi jalan ini...yah...mungkin saja dia penghubung antara kami dan ibuku, kau tahu dengan baik bahwa keadaan ibuku tidak seperti orang pada umumnya, jadi kehadiran cucu perempuanku itu sangat cocok dengan kepribadian ibuku." Akhir Busran menjelaskan. Miki melihat ke arah Farel yang mengangguk membenarkan ucapan sang adik, lalu Miki mengangguk mengerti. "Baik, saya mengerti tuan." °°° "Nenek Lia, Lia kecil sudah mengatakan apa yang ingin nenek Lia katakan pada kedua anak nenek Lia," ujar Lia kecil lembut ke arah sang nenek buyutnya. Lia besar manggut-manggut. Dia tersenyum ke arah suaminya. "Suamiku..." "Aku disini Lia," sahut Agri. "Aku senang dengan tubuh kecilku ini...dia sangat manis...." ujar Lia dengan suara rentanya. Agri mengangguk dan melihat ke arah Lia kecil yang sedang memijit betis dari istrinya itu, tangan Lia kecil sangat mungil dan berisi, jari-jari Lia kecil sangat lihai dalam memijit betis nenek buyutnya. Agri tersenyum ke arah Lia. "Ya, dia sangat manis...dia adalah cicit kita..." balas Agri ke arah istrinya. Lia kecil tersenyum senang dengan jawaban sang suami. "Wahai Lia kecil...kenapa kau sungguh manis?" Lia kecil mendongak ke arah Lia besar dan tersenyum cerah. "Lia kecil manis karena nenek Lia juga manis," ujar Lia kecil lucu. "Oh? Hahahahaha." Lia besar tertawa senang. "Gadis yang manis...." ujar Lia besar. Agri mengangguk membenarkan. Sedangkan Jihan Kamala, sang menantu hanya tersenyum geli ke arah Lia kecil. "Cucu Busran ini benar-benar imut dan lucu...ah...kenapa kau tidak melahirkan cucu perempuan untukku? Aku cemburu pada Busran dan Gea, mereka punya cucu yang manis seperti ini," ujar Jihan ke arah Atika yang sedang tersenyum kikuk. "Ehem, kalau Atika mau melahirkan lagi," celetuk Nibras. "Hehehe...yah...yang Allah kasih hanya Aqlam ma...jadi...yah..." Atika terkekeh kikuk. Jihan Kamala mengangguk antusias. "Ya, melahirkan lagi, kamu kan belum menopause jadi bisa dong melahirkan lagi, umurmu saja masih tiga puluhan jadi masih bisa melahirkan," Piw! Wajah Atika melirik ke arah suaminya, dia tersenyum sambil melebarkan bola matanya ke arah Nibras. Nibras yang mendapat pelototan dari istrinya itu hanya bisa cengengesan. "Hehehe...inshaAllah ma, kalau dikasih lagi," ujar Nibras pada akhirnya. Jihan mengangguk antusias. "Pasti dikasih kalau kalian kerja keras, buatkan yang lebih imut dari Lia kecil, biar mama pamerkan nanti ke om kamu Busran dan istrinya, heum!" Jihan bersemangat, diakhir kalimatnya dia mendengus. "Ppffttt!" Busran tak bisa menahan tawa, perutnya sakit ketika mendengar percakapan yang ada di ruang keluarga. Miki tersenyum tipis ketika melihat interaksi antara Lia kecil dan Lia besar. Sedangkan Farel mengangguk kuat dan mendukung ucapan istrinya. "Ya, buatkan papa cucu perempuan yang lebih imut, manis dan lucu dari pada cucu punya om kamu," "Pffftt! Ahahahaha!" Busran tertawa terbahak-bahak. °°° "Ric, kita akan pulang ke Paris besok?" Bushra bertanya ke arah suaminya, Frederic. "Ya, aku hanya minta cuti satu minggu, karena dalam beberapa minggu ke depan kita harus bersiap-siap, aku akan ditempatkan di Denmark, akan diangkat menjadi duta besar Prancis untuk Denmark, aku sudah berbicara dengan presiden sebelum kita kesini," jawab Frederic. Bushra manggut-manggut. "Ya...waktumu terbatas..." ujar Bushra, wajahnya sedikit lesu, sebab sedikit sekali waktu suaminya libur, dan sedikit pula waktunya pulang ke tanah kelahirannya disebabkan oleh pekerjaan sang suami yang seorang diplomat penting. Hap Frederic memeluk istrinya dari belakang. "Sayang, maafkan aku karena selama kau menikah denganku, kita selalu berpindah-pindah tempat tinggal," ujar Frederic. Bushra menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, itu memang sudah resiko menikah dengan seorang diplomat dan wakil negara," ujar Bushra. Frederic tersenyum. "Ya, dan kamu mengambil semua resiko itu hanya untuk menikah denganku, kamu bahkan berhenti dari pekerjaan dan karirmu dan mau dengan sukarela menjadi ibu rumah tangga hanya untukku, dan menjadi ibu dari Marc dan Lia," ujar Frederic. Bushra tersenyum. "Jika aku tidak melakukan itu, maka nasibmu akan sama dengan kakak iparku, Ben. Merelakan kewarganegaraan dan segalanya untuk menikah dan hidup bersama dengan kakak sepupuku, Poko," balas Bushra. "Dan menjadi bapak rumah tangga mengurus anak-anak dan istri," sambung Bushra. Wajah Frederic tersenyum masam. Apa yang dikatakan oleh istrinya ini adalah benar. Ayah Bushra tidak setuju jika Bushra menikah dengan warga negara asing, apalagi orang jauh seperti di Prancis. Keluarga Nabhan yang lainnya pun keberatan dengan maksud Frederic ketika meminang putri mereka. Keluarga dari Baqi juga keberatan, seperti Agil, dan Gilan, sang kembar Gea. Sebab, mereka takut jika Frederic akan membawa pergi Bushra jauh dari Indonesia. Alasan lainnya karena pengalaman dari Popy dan Ben yang membuat bekas ingatan mendalam atas kejadian 16 tahun yang lalu. Busran takut jika anak perempuannya itu akan dibawa lari oleh Frederic ke Prancis. Kedatangan pertama Frederic ke rumah Busran mendapat penolakan mentah-mentah dari Busran, bahkan Busran mengusir halus Frederic dan mengatakan bahwa dia tidak berniat menikahkan putrinya. Flashback "Saya datang ke sini dengan maksud dan tujuan yaitu ingin meminang anak anda, tuan Busran Nabhan," ujar Frederic muda ke arah Busran yang sedang menatap tajam ke arahnya bagai singa menatap daging. Frederic yang melihat tatapan tajam dari Busran itu menjadi gugup, hilang sudah kemampuan berdiplomasinya dan bersilat lidah jika di depan petinggi-petinggi negara lain digantikan dengan kegugupan. "Maaf, saya tidak berniat menikahkan anak perempuan saya untuk saat ini," jawab Busran datar. "..." Frederic kehilangan kemampuan berbicaranya. Sang ayah dari gadis yang dia sukai menolak halus dirinya namun dengan makna jelas. Makna yang diucapkan oleh Busran itu jelas sekali, Busran tidak ingin menikahkan putrinya. "Anak perempuan saya hanya ada satu, tidak bisa dibawa sembarangan oleh orang luar." Ujar Busran lagi. Untuk sementara Frederic menetralkan kadar emosinya. "Saya berjanji akan menjaga baik-baik putri anda dimasa depan," ujar Frederic. "Dengan jaminan apa kamu ingin menjaga putriku? Bagaimana saya tahu bahwa ketika kamu membawanya, kamu akan bersikap baik padanya ketika kalian berada beratus-ratus mil dari sini?" Busran memandang serius ke arah Frederic. Frederic mengambil napas dan memikirkan tujuannya disini. Dia ingat lagi wejangan dari Bushra bahwa jangan pernah menyebutkan bahwa mereka telah berhubungan selama tiga tahun dan sudah memperkenalkan dirinya ke keluarga Frederic, dan jangan mengungkit masa lalu yang terjadi di keluarga Bushra. "Saya adalah orang asli Prancis, inshaAllah saya bisa menjadi imam yang baik bagi Bushra dimasa depan, hanya menikah dengan dia, tidak ada poligami, tidak ada perselingkuhan, tidak ada kekerasan dalam bentuk apapun, kemanapun akan selalu membawa dan menjaganya, dan berjanji tidak akan meninggalkan dia sampai maut memisahkan kami," ujar Frederick. "Aku tahu pekerjaanmu, jadi bagaimana jika putriku ditinggalkan untuk mengurusi pekerjaanmu yang misalnya akan pergi berunding ke meja perang? Bagaimana kamu melindunginya?" Busran menantikan jawaban dari Frederic. Untuk sementara Frederic terdiam. Selama setengah menit, Frederic menjawab. "Keselamatan negara dan istriku setara, namun jika boleh memilih, aku akan memilih istriku, Bushra," Busran terlihat berpikir. Sret Busran, lelaki paruh baya itu melipat tangannya di d**a dan menatap serius ke arah Frederic. "Akan saya ijinkan jika kamu bisa mendapat semua restu dari paman putriku, semuanya tanpa terkecuali." Flashback end. Baru pertama kali dia mengalami hal ini, bahkan ini lebih sulit ketika dia mempertahankan negosiasi beberapa warga negara yang disandera oleh kelompok kriminalitas internasional bersenjata. Belum berperang sudah gugup. Jika meminang seorang anak perempuan dari ayahnya rasanya seperti ini, maka Frederic berjanji bahwa hanya sekali ini saja dia berniat menikah dan meminang pujaan hatinya, tidak ada lagi perempuan-perempuan lain dimasa depan. Awal penderitaannya adalah pergi mengunjungi semua paman dari Bushra tanpa terkecuali. Frederic sakit kepala ketika harus pergi ke keluarga Nabhan yang lain, Farel dan Rafi membombardir dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan sulit untuk dijawab, seperti bagaimana jika mereka ingin agar Frederic masuk warga negara Indonesia jika ingin menikah dengan Bushra. Lalu ada pertanyaan dari Rafi, anak bungsu Agri dan Lia yang kini telah menetap di Makassar, bagaimana jika suatu saat Bushra mendapat diskriminasi di Prancis dan sebagainya. Setelah pertarungan lidah yang melelahkan dari keluarga Nabhan, Frederic pergi ke keluarga Baqi, dia mendapat tatapan tajam tajam bak pisau dari Agil dan Gilan. Lalu pergi ke keluarga Bachtiar, ada Adam Malik yang biasanya takut pada istrinya itu mengeluarkan auman singa ke arah Frederic. Frederic ditantang habis-habis untuk membobol kemananan pertahanan IT dari Indonesia agar Adam Malik Bachtiar tahu sampai mana kemampuan Frederic, sakit kepala, tentu saja. Lalu ke kediaman Farikin, dan banyak sekali paman-paman Bushra yang dari keluarga Farikin, seperti anak-anak dari Arya, Arsyad dan Pasha. Belum lagi Frederic harus pergi dan bertatap muka langsung dengan anak-anak Odwin dan Meisa, sang suami dari Meisa Irawati Farikin, kakak dari Lia Rahmawati Farikin. Lalu harus ke Lampung, kampung halaman dari mendiang ibu Gea, nenek Bushra dari pihak ibu. Ada Andri, Bisma dan Andre  yang paling membuatnya sakit kepala dan hampir menyerah adalah berhadapan langsung dengan Randra Adilan Basri, penguasa Basri Group, orang yang ditakuti oleh siapapun. Apalagi ketika Randra tahu bahwa Frederic bukan orang Indonesia, dia dibuat jatuh bangun oleh Randra. Akhirnya, selama enam bulan dia diputar-putar oleh Busran, dia resmi menikah dengan Bushra Rahmawati Nabhan. Sampai pernikahan mereka yang sudah sembilan tahun itu, tiada sedikitpun Frederic menyinggung perasaan dari istrinya. Tidak akan pernah, dia berjanji. Mendapatkan istrinya saja butuh perjuangan panjang, bagaimana mungkin dia mau melepaskan istrinya? Bahkan di dalam mimpi, Frederic tidak akan pernah mau. "Sayang, aku tidak ingin mengingat lagi bagaimana paman-pamanmu menghajar ku dengan cara mereka ketika aku melamarmu," ujar Frederick. Bushra berbalik dan melihat ke arah suaminya. "Masih kamu ingat dengan jelas juga, hahahahahahaha!" °°° Saya menulis cerita ini di platform D.R.E.A.M.E dan I.N.N.O.V.E.L milik S.T.A.R.Y PTE. LDT Jika anda menemukan cerita ini di platform lain, mohon jangan dibaca, itu bajakan.  Mohon dukungannya. IG Jimmywall Terima kasih atas kerja samanya.  Salam Jimmywall.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD