Sret
Braaakk
Sret
"Aah!"
Tit
Tit
Tit
BOOOM!
BOOOM!
BOOOM!
BOOOM!
BOOOM!
BOOOM!
Fattah terlempar paksa keluar, bodyguard tadi menendang pintu mobil dan melemparkannya ke luar.
Fathiyah berlari menjauh dari mobil, dua detik setelah teriakan bodyguard, dia menarik paksa Lia kecil yang sedang makan ice krim.
"Aaaaaakkhh!"
"Mama!"
Fattah berteriak kesakitan.
"Fattah!" Fathiyah bangun dari tanah dan menghampiri anaknya.
Mobil mereka meledak. Ya, meledak. Stiker yang ditempelkan di badan mobil mereka itu adalah bom stiker. Tidak kuat ledakannya namun jika digabungkan dengan beberapa striker, maka akan terjadi ledakan yang cukup kuat.
"Ya Allah!"
"Meledak!"
"Mobilnya! Mobilnya meledak!"
Sret
Sang bodyguard yang tadi menendang pintu dan melempar Fattah keluar memuntahkan darah segar. Dia tidak sempat menyelamatkan diri keluar dari mobil karena dia mendahulukan Fattah.
Dia melihat ke arah Fathiyah yang sedang meraih anak laki-lakinya, Fathiyah juga menggendong Lia kecil.
Sret
Bodyguard itu menekan tombol penghubung bahaya yang tersambung ke seluruh bodyguard Nabhan.
°°°
Bip
Bip
Bip
Miki menerima sinyal darurat.
Sret
Dia cepat bangkit dari kursi dan menghubungi sinyal yang dia terima.
°°°
Bip
Bip
Bip
Beberapa bodyguard Nabhan yang sedang berjaga di pintu ruangan Chana dan Moti juga mendapat sinyal yang sama.
Mereka saling melirik.
Lalu salah satu bodyguard mengangguk mengerti.
Sret
Dia melihat ke arah ponselnya.
"Jalan x di restoran y, ini dari Jai." Ujar salah seorang bodyguard.
Tak
Tak
Tak
Dia berjalan cepat masuk ke arah ruang rawat Moti disana ada tuan-tuannya.
Ceklek
Tanpa diketuk, bodyguard itu masuk.
Drrt drrt
Pada saat yang sama ponsel Nibras dan Gaishan berdering.
"Halo Miki,"
"Halo Tia,"
"Tuan, mobil yang dinaiki oleh nyonya Fathiyah meledak di restoran y."
"Gaishan! Aku dan anak-anak diserang!"
"Apa?!"
Kedua putra Nabhan itu saling melotot.
"Kau dimana Tia?" Gaishan hampir berteriak.
"Akh! Sialan! Berani menyeret putraku! Aku bunuh kau!"
Bugh
Bagh
Kretak
"Aaahhh!"
"Fattah! Masuk ke restoran! Mama akan disini! Bawa adik Lia!"
Gaishan tidak mendapat jawaban dari sang istri, yang dia dapatkan adalah suara gaduh dari seberang dan teriakan dari sang istri.
Bunyi pukulan dan retakan tulang.
"Kurang ajar!"
Terdengar suara umpatan Fathiyah dari seberang.
Brak
Klik
Panggilan berakhir.
Wajah Gaishan pucat pasi.
Sret
Tak
Tak
Tak
Sret
"Dimana istriku?" Gaishan berteriak ke arah bodyguard yang masuk tadi.
"Jalan x di restoran Y."
Tak
Tak
Tak
Gaishan berlari seperti angin keluar dari ruang rawat Moti.
"Mobil Fathiyah di bom, ada Lia kecil dan Fattah di dalam." Nibras memandang ke arah keluarga.
Sret
Busran tanpa aba-aba berdiri dan berlari keluar menyusul putranya.
"Ya Allah!" Gea yang berada di dalam ruang kakak perempuan nya itu syok.
Bruk
Pingsan.
°°°
Bugh
"Akh!" Fathiyah berteriak sakit ketika rahang bawahnya menerima sebuah pukulan kuat dari lawan.
Untuk dua detik kepalanya seperti melihat kunang-kunang.
Kreeekk
Fathiyah menarik masker yang dipakai oleh penyerang hingga robek.
Bugh
Kretak
"Aaakkhh!"
Tangan pria yang memukulnya itu dia patahkan.
Tak
Tak
Tak
Dua orang pria berlari masuk ke arah restoran.
Kretak
"Aaaaaakkhh!"
Pria itu pingsan seketika ketika kedua tangannya di patahkan oleh Fathiyah.
Tak
Tak
Tak
Fathiyah berlari masuk ke dalam restoran, orang-orang berlarian tak beraturan.
"Aaaaa!"
"Aaahhh!"
"Aaahhh!"
Teriakan takut dan panik orang-orang.
Tak
Tak
Tak
Fathiyah mencari sekelilingnya, tidak ada penyerang yang dia lihat tadi.
Tak
Tak
Tak
Dia berlari masuk lebih dalam dan mencari mereka. Fattah dan Lia kecil di dalam restoran.
°°°
"Uhm ... hiks ... hiks ... hiks ...." Lia kecil menangis ketakutan. (Ariella).
Fattah dengan tertatih-tatih menggendong adik sepupunya berlari memasuki dapur.
"Aaaahh!"
Koki pembuat ice cream berteriak ketakutan.
Sret
"Hammph!"
Fattah membungkam mulut Lia kecil (Ariella) agar tidak menimbulkan suara, karena dia tahu ada orang yang mengejarnya.
"Sst! Adik Ariel, jangan menangis, kalau menangis, nanti kita ditangkap, diam yah?" Fattah membujuk Lia kecil.
"Hmpph! Hmpph!" Lia kecil tetap saja menangis ketakutan.
Tak
Tak
Tak
"Di sini!"
"Hamp!" jantung Fattah bagaikan dipukul palu.
Seorang penjahat berseru ke arah tempat dia bersembunyi yaitu di bawah meja dapur.
Tak
Tak
Sret
"Aaaahhh!"
Penjahat itu dengan kasar menarik Lia kecil dari pelukan Fattah.
Bungkaman Fattah ke mulut adik sepupunya itu terlepas.
"Kakak Atta! Kakak Atta!" Lia kecil berteriak ketakutan.
Sret
Hap
"Jangan menarik adikku!" Fattah sekuat tenaga menarik kembali tubuh Lia kecil ke pelukannya.
"Bocah sialan!" umpat pria penjahat itu.
Street
"Aaaahhhkkk!" Fattah berteriak kesakitan setelah sepatu bot yang dipakai salah satu penjahat yang menarik Lia kecil itu menendang bahunya.
Kreeekk
Sreeeett
Fattah terseret masuk ke dalam meja itu lebih dalam, kepalanya menimpa kaki meja, namun jemarinya masih dengan erat memegang Lia kecil, akibatnya, baju Lia kecil robek.
"Aaaaaahh!" Lia kecil berteriak kesakitan karena bajunya merasa sempit ditarik kebelakang oleh Fattah, bukan hanya itu, lehernya dicekik oleh penjahat itu.
Bruk
Fattah merasakan kunang-kunang di sekitarnya.
"Kurang ajar! Anakku kau apakan!"
Tak
Tak
Hap
Kretak!
Srek
Dengan sekali putar, leher penjahat yang menarik dan mencekik Lia kecil dari Fattah itu patah. Ya, patah. Fathiyah tanpa sadar mematahkan leher pria itu.
Sret
"Ya Allah!"
Fathiyah tersadar bahwa dia baru saja membunuh orang. Dia sempat terlihat kaku.
"Mom ... hiks ... hiks ... hiks ...." tangisan Lia kecil menyadarkannya.
Bruk
Hap
Fathiyah membuang tubuh pria yang dia patahkan lehernya itu lalu meraih Lia kecil ke dalam pelukannya. Dia melihat ke arah Fattah yang menutup mata, darah keluar dari hidung putranya dan bibir putranya. Seketika tatapan Fathiyah tajam.
Sret
Dia melihat ke arah seorang penjahat yang memegang pisau ke arahnya.
"Biadap!"
Sret
Fathiyah meletakan tubuh Lia kecil yang sedang menangis ketakutan jauh di dalam kaki meja.
Dan....
Bugh
Bagh
Kreeekkkkk
Pisau yang diacungkan oleh pria penjahat itu menusuk meja. Fathiyah berusaha untuk melumpuhkan pria penjahat itu.
Dor
Dor
Dor
"Aaaahhhh!" Fathiyah berteriak kaget.
Sret
Gaishan baru saja menodongkan pistol ke arahnya. Bukan, bukan kearahnya, melainkan ke arah pria yang dia lawan.
"Gaishan." Suara Fathiyah bergetar.
°°°
"Huh! Huh! Huh!"
Busran memeluk cucu perempuannya erat. Lia kecil diberi obat penenang dosis rendah karena menangis ketakutan. Sekarang sang kakek sedang memeluknya.
Tubuh Gea Gemetaran hebat. Ya, gemetaran hebat.
"Huh! Huh! Huh!"
Tes
Tes
Tes
Setiap helaan napas perempuan yang merupakan istri Busran itu, setetes air mata jatuh.
Gea memegang telapak tangan Fattah yang berada di bed rumah sakit.
"Hiks! Hiks! Hiks!" Gea terisak takut.
"Siapa ini? Siapa yang melakukannya? Cucuku! Cucuku!" suara Gea bergetar.
°°°
"Aku membunuh orang."
Semua mata memandang ke arah Fathiyah.
"Aku membunuh orang."
"Dia mencekik leher anak perempuanku."
(Note: anak perempuan dalam konteks ini sama seperti keponakan perempuan, dalam hal ini Lia kecil."
Hap
Gaishan memeluk tubuh istrinya.
"Hiks! Hiks! Hiks!" Fathiyah terisak kuat. Tubuhnya bergetar hebat, seumur hidupnya dia tidak pernah membunuh atau menghilangkan nyawa orang. Entah itu penjahat atau lawannya yang pernah dia temui, preman pasar, begal atau yang lainnya, dia tidak pernah menghilangkan nyawa mereka. Hanya paling parah mematahkan tangan atau kaki mereka saja.
"Bukan salahmu."
"Tidak apa-apa, semua sudah berlalu."
Ujar Gaishan sambil memeluk istrinya.
°°°
"Tuan, ada berita dari Jakarta, keluarga anda." Seorang wanita muda memberi hormat kepada Frederic yang baru saja keluar dari ruang pertemuan antara duta Swedia dan Finlandia.
Sret
Wanita muda itu berbisik ke dekat telinga Frederic.
Set
Frederic memandangi serius ke arah wanita itu.
"Hubungi kedutaan Prancis di Jakarta dan katakan bahwa anggota keluargaku terancam disana."
"Baik."
"Jemput putraku dari sekolah dengan pengawalan ketat."
"Baik."
°°°
"Kejadiannya pada jam empat lewat dua puluh lima menit di jalan x restoran y. Korban yaitu ada empat orang, dua anak-anak dan dua orang dewasa. Modus operandi dengan cara menempelkan stiker peledak di badan mobil korban, korban satu tewas di dalam mobil, dia bernama Jailan Rahmat alias Jai, meninggal setelah satu menit ledakan itu, tiga korban lainnya mengalami luka serius, satu anak berumur sepuluh tahun dislokasi bahu karena tendangan dari pelaku, seorang wanita berumur tiga puluh dua tahun memar parah pada wajah dan badannya, dan satu anak kecil berusia tiga tahun dengan lebam dileher akibat dicekik oleh pelaku." Alamsyah sedang mendengar penjelasan dari ajudannya.
"Tiga pelaku patah tulang kaki dan tangan sementara dua tewas di tempat akibat pembelaan diri yang dilakukan oleh korban, satu pelaku melarikan diri dan ditemukan mati bunuh diri di jalan s." Lanjut ajudan Alamsyah.
Glik
Bunyi gigi-gigi Alamsyah bergesekan.
"Lapor kedutaan besar Prancis, satu orang warga negaranya mengalami korban dalam kasus ini." Ujar Alamsyah.
"Yah pak?" ajudan itu terlihat bingung. Pasalnya tidak ada kewarganegaraan lain yang menjadi korban dalam kasus ini.
"Anak perempuan tiga tahun itu adalah warga negara Prancis dan Indonesia, ayahnya adalah Frederic Rousseau, duta besar Prancis untuk Denmark, gadis itu adalah keponakanku."
"Ha!?" ajudan itu menjatuhkan rahang bawahnya.
°°°
"Apa ini Eric? Putri kita jadi korban? Penjahat! Mereka memburu keluargaku! Kau lihat itu! Mereka tidak puas meledakan restoran itu, mereka ingin meledakan putriku!"
Bushra berteriak histeris ke arah suaminya.
Hap
"Tenang, Lia aman sekarang, dia aman di pelukan kakeknya." Frederic memeluk Bushra yang berontak histeris.
"Haaaaaa! Mereka ingin membunuh putriku! Mereka ingin membunuh Lia! Hiks! Hiks! Hiks!"
Bushra menangis histeris. Staf kedutaan Prancis untuk Denmark menundukkan kepala mereka, tanda berduka. Keluarga Frederic diamankan untuk sekarang. Marc untuk waktu yang ditentukan tidak akan kemanapun.
°°°
Farel berdiri diam di depan ayahnya. Pria 69 tahun itu tidak berani mengatakan maksudnya bertemu sang ayah. Berita yang baru saja dia dengar membuat jantungnya hampir copot. Ya, hampir copot.
"Ada apa?" Agri bertanya.
Farel hampir saja lompat karena kaget dengan suara sang ayah.
"Ssshhh ... huuuhh ...." Farel menarik dan menghembuskan napasnya.
"Ayah,"
Glek
Farel menelan dulu air ludahnya sebelum melanjutkan lagi kalimatnya.
"Cicitmu Lia kecil diburu oleh orang tak dikenal."
Sret
Agri memandang serius ke arah putra sulungnya.
"Masalah apa?" tanya Agri dingin.
"Dua bulan yang lalu." Jawab Farel.
"Beritahu ke seluruh anak cucuku bahwa mereka dilarang keluar rumah."
"Baik."
"Dan bawa Lia kecil ke sini segera." Ujar Agri sambil melirik ke arah sang istri yang sedang tidur.
°°°
Sepuluh menit setelah staf Frederic dari Denmark memberi tahu berita tentang insiden yang terjadi, utusan dari kedutaan Prancis untuk Indonesia terlihat memasuki ruang rawat khusus untuk keluarga.
"Selamat sore tuan Nabhan, saya Diky dari staf bagian konsuler duta besar Prancis datang ke sini karena ingin memberi perlindungan kepada seorang warga negara kami dengan nama Ariella Achtiana Rousseau, umur tiga tahun." Ujar seorang pria berusia akhir tiga puluhan.
Busran melirik ke arah belakang staf utusan itu, lalu dia menunduk melihat di dalam pelukannya, terlihat cucu perempuannya tertidur masih terpengaruhi obat penenang.
Busran mengangguk mengerti.
"Baik."
"Namun cucu saya diakui oleh negara Republik Indonesia, sebagai warga negara Indonesia," ujar Busran.
"Tidak masalah tuan, kami hanya melakukan tugas kami, saya akan melapor ke kedutaan Prancis, seperti yang anda tahu bahwa menantu anda sekarang adalah duta besar Prancis untuk Denmark, jadi status dari anggota keluarga beliau dilindungi oleh hukum diplomatik." Ujar pria itu.
Busran mengangguk mengerti, tentu saja dia tahu itu. Sang cucu merupakan keluarga duta besar dari Prancis untuk Denmark.
°°°
Saya menulis cerita ini di platform D.R.E.A.M.E dan I.N.N.O.V.E.L milik S.T.A.R.Y PTE. LDT
Jika anda menemukan cerita ini di platform lain, mohon jangan dibaca, itu bajakan. Mohon dukungannya.
IG Jimmywall
Terima kasih atas kerja samanya.
Salam Jimmywall.