Chapter 40

1898 Words
"Halo, ada apa Gaishan?" Busran yang berada di rumah sakit menemani istrinya berbicara lewat telepon. "Papa,Gaishan punya informasi penting untuk semua orang tahu, ini terkait pemburu yang memburu Naufal dua bulan yang lalu." suara Gaishan dari seberang. "Ke rumah sakit sekarang, papa disini." Ujar Busran. "Baik." Sahut Gaishan dari seberang. Klik Busran mengakhiri panggilan. Sret Dia melihat serius ke arah Randra dan yang lainnya. "Para pemburu yang memburu Naufal diketahui latar belakang mereka, Gaishan sedang ke sini." Ujar Busran. Sret Randra menoleh cepat ke arah Busran. Tok Tok Tok Ada suara ketukan di ruang rawat Moti. "Masuk," Busran membuka suara. Ceklek Pintu dibuka dan terlihat seorang wanita berusia tiga puluhan berbaju merah terang, bibirnya sangat merah sekali. Menunduk hormat ke arah Randra. Randra mengisyaratkan untuk mendekat. Tak Tak Tak Casandra Roza, perempuan itu mendekat ke arah Randra dan berbisik. "Mantan napi yang memburu tuan Naufal adalah suruhan dari pembunuh bayaran dari Peru." Sret Randra melihat serius ke arah Casandra. "Siapa pembunuh bayaran yang menyuruh mereka?" tanya Randra dingin. "Elonzo Diego Ramirez, mantan anggota son of devil." Jawab Casandra. "Dimana dia sekarang?" tanya Randra dingin. "Anak buahku kehilangan jejaknya, namun orang-orang dari tuan Rousseau sedang mengejar dia di tempat persembunyiannya, tuan Rousseau juga memburu dia karena masalah dua bulan yang lalu." Jawab Casandra. Randra melirik ke arah Busran, lalu dia mengangguk.  "Tunggu keponakanku Gaishan, dan kau akan tahu informasinya."  "Baik." Cassandra menganggu mengerti. Lalu dia berjalan mengambil jarak, dia berjaga di depan pintu. Randra melihat ke arah Busran. "Anak menantumu sedang memburu pembunuh bayaran yang memberi perintah untuk memburuh Naufal,"  Sret Busran langsung mengangkat punggungnya dari sandaran sofa. "Frederic ...." gumam Busran. °°° "Sial, siapa yang mengejarku?" seorang pria berkulit coklat terlihat berang. "Apakah Basri atau Nabhan?" tanya laki-laki itu ke arah telepon. "Frederic Rousseau, duta besar Prancis untuk Denmark, istrinya adalah Nabhan," jawab seorang pria dari seberang telepon. "Ck! Orang Prancis!" pria itu berdecak tidak suka. "Suruh anak buahmu di sana untuk mengancamnya, buat dia menyesal karena mencoba memburuku!" teriak pria itu. "Baik." Sahut pria dari seberang. Klik Panggilan di matikan. "Akh! Kurang ajar, berani bermain dengan Elonzo, kau akan menyesal, mati kau!" umpat pria itu. °°° "Bagaimana?" tanya seorang pria. "Identitasnya sudah ketahuan, bunuh dia." Ujar Max. Pria yang berbicara dengan Max waktu itu mengangguk mengerti. "Baik," sahut pria itu. Tak Tak Tak Pria itu berjalan menjauh. "Tunggu," ujar Max. Sret Pria itu berbalik ke arah Max. "Lorenzo, aku ingin kau mengingatkan Rousseau, orang Prancis itu." Pinta Max. Lorenzo, pria yang menjadi tangan kanannya itu mengangguk mengerti. "Ya." Tak Tak Tak Lorenzo berjalan menjauh dari Max, dia tahu apa yang harus dia lakukan. "Menyusahkan saja." Ujar Max dingin. Drrt drrt Pria 46 tahun itu melirik ponselnya. "Sayang, aku sudah menunggumu lima jam" terdengar seorang wanita dari seberang telepon ketika Max mengangkat panggilan. "Aku akan kesana sekarang." Ujar Max. "Aku menunggu."  Klik Panggilan diakhiri. Max melihat jam didinding, jarum jam menunjukan pukul dini hari waktu setempat. °°° "Um ...." Chana baru saja bangun dari tidur siang. "Apakah kau haus?" Aqlam dengan senyum menyapa Chana yang baru saja bangun. "Uh?" Chana masih belum sepenuhnya sadar. Dia memandangi Aqlam. "Haus?" tanya Aqlam lagi. "Um ... ya ... sedikit." Jawab Chana. "Aku akan mengambilkan air." Ujar Aqlam, dia dengan cekatan mengambilkan air untuk Chana. Tak Tak Popy mendekat ke arah anak perempuannya. "Chana, apa yang Chana rasakan, apakah badan Chana sakit?" tanya Popy. Chana memandang ke arah Popy. "Um ... tanganku ... tidak bisa lagi ... ma ...." Hap Popy memeluk putrinya cepat. "Sshh ... huh ...." helaan dan hembusan napas dari Popy. "InshaAllah akan sembuh sayang, kakek Ran sudah mendapatkan dokter terbaik dari Amerika, dokter akan datang kesini dan memeriksa tangan kamu." Ujar Popy, dia menahan isak. Hari ini banyak sekali kejadian yang menimpa dirinya.  Beruntung Chana tidak keberatan memanggilnya dengan sebutan 'mama', meskipun Popy tahu bahwa anak perempuannya itu masih terasa canggung dengan sekitarnya karena lupa ingatan. Popy mengingat apa yang dikatakan oleh Ben, bahwa mereka harus sering bergaul dengannya agar sang anak terbiasa dengan sekelilingnya, agar Chana dapat mengetahui siapa saja anggota keluarganya meskipun dia hilang ingatan. "Ini airnya Chana." Aqlam meletakan sedotan putih ke dalam gelas air mineral itu. Chana mengangguk di dalam pelukan Popy dan menyedot sedotan itu. Ben yang melihat kondisi anaknya yang tidak dapat melakukan apa-apa dengan kedua tangannya itu merasa panas di dadanya. Ya, dadanya panas sekali, ada api yang menyala di dalam hatinya. °°° Ceklek Fathiyah memasuki kamarnya. "Hah?" dia mengerutkan keningnya, dia melihat ke arah ranjangnya namun tidak ada sosok gadis kecil yang tadi siang tidur di ranjang mereka. "Lia kecil ...." Fathiyah memanggil Lia kecil. Tak Tak Tak "Ma," suara panggilan bocah 10 tahun ke arah Fathiyah. "Fattah, lihat adik Lia? Tadi tidur di kamar mama dan papa, eh? Itu apa? Yang kamu bawa?" tanya Fathiyah ke arah Fattah, anak semata wayangnya dengan Gaishan. "Ini celana bokser Fattah," jawab Fattah. "Untuk apa kamu bawa-bawa celana bokser kamu?" tanya Fathiyah. Fattah terlihat ngeri dengan sang ibu, di dalam rumah ini bukan cuma sang ayah saja yang takut dengan sang ibu, dia juga sama. "Ini untuk adik Lia," jawab Fattah. "Hah?! Mana bisa Lia kecil pakai celana bokser kamu?" Fathiyah melotot ke arah anaknya. Dia menongka pinggangnya. "Aaiihh ...." Fattah mundur satu langkah, galaknya sang ibu melebihi galaknya nenek Cika, sepupu dari neneknya. "Tadi adik Lia mau pipis, tapi celananya basah-" Tak Tak Tak Fathiyah tanpa kata berjalan mendekat ke arah kamar mandi mereka. Ceklek "Um?" Lia kecil terlihat kikuk di dalam kamar mandi. Sret Fathiyah melihat ke arah bawahnya, dress imut yang dipakai oleh keponakannya itu basah. "Un ... um ...." Lia kecil terlihat gugup, dia menunduk takut, dia takut jika tantenya ini akan marah ketika melihat pakaiannya basah. Fathiyah tersenyum geli, pasti Lia takut kepada dirinya. Karena diantara menantu Nabhan, hanya dialah yang paling galak. Sret Fathiyah jongkok dan mengelus rambut Lia kecil. "Tante Fathi ambilkan baju untuk Lia kecil yah?" ujar Fathiyah ke arah Lia kecil. Sret Lia kecil mendongak, dia melihat senyum menghiasi bibir Fathiyah. "Um ... tante Fathi ... Ariel main air kran ... itu ... bak mandi penuh air ...." ujar Lia kecil dengan aksen Prancis. Sret Fathiyah tersadar. "Ini Ariella." Batin Fathiyah. Dug Dug Dug Jantung Fathiyah bagaikan dipukul drum. Hap Fathiyah menggendong Lia kecil dan memasuki kamar mandi dalam. Srrr  Srrr Sshhh Shhh Benar saja, air di bak mandi atau bath up penuh dengan air. Lantai penuh dengan luapan air. "Main air?" batin Fathiyah. Slash "Lia kecil memiliki kepribadian ganda, bisa saja kepribadian lainnya muncul tiba-tiba, kepribadian baru bisa saja terbentuk." "Untuk sementara ada tiga kepribadian, namun jangan khawatir, Lia kecil tidak akan melakukan bunuh diri jika belum ada kepribadian yang lain." Slash "Ya Allah!" Fathiyah menarik napas lega. Untung saja dia cepat masuk ke dalam kamar mandi, Fathiyah tidak berani membayangkan bahwa yang membuka kran air adalah kepribadian dari Lia kecil, sebab ketika dia masuk ke dalam kamar mandi, dia melihat Lia kecil kikuk dan linglung, seperti ketakutan. Hap Sret Fathiyah memeluk erat Lia kecil. "Hampir saja." Ujar Fathiyah. Ya, hampir saja. Jika Fathiyah tidak masuk dengan cepat ke dalam kamar mandi, mungkin saja itu adalah kepribadian lain dari Lia kecil. Sret "Fattah, ambil handuk baru di dalam lemari, dan bilang bibi Inong belikan baju baru ukuran adik Lia sekarang!"  Fathiyah memanggil sang anak. "Baik, ma." Fattah menyahut. "Lalu celana bokser ini tidak jadi?" gumam Fattah bingung. Tiba-tiba sang adik sepupunya bangun dan menemuinya mengatakan bahwa celananya basah, setelah itu Lia kecil pergi dengan cepat ke kamar mandi.  °°° "Elonzo Diego Ramirez, mantan anggota dari son of devil, dua tahun lalu dia keluar dari organisasinya karena mengkhianati organisasinya sendiri, menurut Frederic, Elonzo ini adalah pembunuh bayaran yang sekarang tidak tahu dia bekerja untuk siapa, kemungkinan jika kita menangkap Elonzo hidup-hidup, kita bisa tahu siapa yang menyuruhnya untuk memburu Naufal, menurut Frederic, Elonzo adalah perantara, jadi komando yang sesungguhnya masih dibelakang layar dan kita belum bisa mengetahuinya, kita harus menangkap Elonzo lalu tahu siapa penyuruh atau bosnya." Gaishan menjelaskan apa yang dia tahu. Randra mengangguk mengerti. "Tidak menemukan kaitan antara kasus Naufal dengan Chana, tapi menurutku ini satu orang yang sama, bos mereka," ujar Gaishan. "Ya, saya pikir juga begitu, pelaku yang mencelakai Chana bisa kabur, berarti mereka sedang mengawasi kita saat ini, Elonzo adalah kriminal paling di cari di Belize, meskipun dia berasal dari Peru, karirnya di Belize terkenal, dia juga yang mendalangi perantara dalam pemasokan Kokian ke Papua lewat Papua Nugini." Casandra yang ikut mendengarkan penjelasan dari Gaishan itu ikut angkat bicara. Semua mata memandang ke arah wanita yang serba merah itu. "Berarti pelaku utama dalam kasus ini adalah bos narkoba, pasar mereka salah satunya di Indonesia." Ujar Casandra. "Cari bos pengedar narkoba, dari negara mana saja, harus periksa satu persatu." Ujar Busran. "Tidak, itu akan makan waktu bertahun-tahun, banyak bos pengedar narkoba di dunia ini, jika kamu ingin mencari nya butuh waktu lama, nyawa keluargaku bukan mainan." Ujar Randra. Yang lainnya mengangguk mengerti. "Jadi kita harus menangkap Elonzo hidup-hidup apapun yang terjadi." Suara Aqlam terdengar dari pintu rawat Moti. "Aqlam." Busran menoleh ke arah Aqlam. "Ada Elonzo, ada bukti." Ujar remaja itu. "Amerika latin merupakan produsen terbesar kokain di dunia, terutama Kolumbia dan Peru, kunci negara di Amerika Latin," lanjut Aqlam. Randra mengangguk mengerti, ucapan Aqlam benar. Drrt Drrt Ponsel Gaishan berdering. "Halo Tia," Gaishan mengangkat panggilan dari istrinya. "Ada kepribadian baru yang muncul dari Lia kecil, yang ini berbahaya, aku tidak tahu apakah dugaanku benar atau tidak, tapi sepertinya yang ini cenderung bunuh diri."  "Apa?!" Sret Gaishan melotot, dia berdiri dari tempat duduknya. "Lalu dimana Lia kecil?" Gaishan bertanya. "Aku akan segera ke rumah nenek Lia, Mentari bilang nenek Lia bisa membuat hati dan jiwa Lia kecil tenang, aku takut Gaishan, tadi aku masuk ke kamar mandi dan Lia kecil sudah memenuhi bak mandi dengan air hingga penuh, airnya meluap." Jawab Fathiyah dari seberang. Glek Gaishan menelan ludahnya. Untung saja istrinya cepat. "Baik, aku akan menelepon Mentari mengenai Lia kecil, hati-hati." Ujar Gaishan. Klik Gaishan mengakhiri panggilan. Lalu dia terlihat menelepon seseorang. Beberapa detik kemudian panggilan tersambung. "Halo Gaishan," "Mentari, ada kepribadian baru dari Lia kecil yang muncul, sepertinya ini yang kita semua takutkan, cenderung bunuh diri." "..." "Apa?!" Mentari yang berada di seberang telepon dan Busran yang berada di dalam ruangan itu melotot kaget. °°° "Nah, sudah jadi ... sekarang kira pergi ke rumah nenek Lia, Ariel mau bertemu nenek Lia kan?" tanya Fathiyah. Glung glung Gadis kecil tiga tahun itu mengangguk. "Ariel ingin bertemu nenek Lia." Ujar Lia kecil senang, aksen Prancis sangat kentara. Fathiyah tersenyum. "Fattah, masuk ke mobil."  "Ok ma."  Fattah, bocah 10 tahun itu mengangguk. "Ariel, kakak Atta bawakan camilan untuk kita nanti di mobil, ini!"  "Um, kita akan makan di mobil." Ujar Lia kecil senang. Hap Fathiyah menggendong Lia kecil dan berjalan ke arah mobil mereka. Hanya ada satu mobil, Fathiyah tidak biasa di kawal oleh siapapun, karena dia pada dasarnya tidak membutuhkan kawalan. "Nyonya, saya akan menjadi supir anda." Ujar salah satu bodyguard Nabhan. "Baik." Fathiyah mengangguk dan memasuki mobil. °°° "Um ... itu apa kakak Atta?" Lia kecil (Ariella) bertanya, dia menunjuk ke arah sebuah restoran. "Itu restoran ice cream, disitu ada ice cream yang enak." Jawab Fattah. "Em ... bolehkah Ariel makan ice cream tante Fathi?" tanya Lia kecil dengan penuh harap. "Tentu saja sayang," jawab Fathiyah. "Putar balik, kita beli ice cream dulu." Pinta Fathiyah. "Baik." Bodyguard itu mengangguk. °°° Ceklek Nibras masuk ke dalam ruang rawat Moti, dia melihat banyak orang yang berada di ruang itu. "Ibas," ujar Busran. Wajah Nibras terlihat serius. "Miki baru saja telepon, Elonzo baru saja ditemukan oleh orang-orang Frederic dalam keadaan mati, baru saja."  "..." Ruang itu sunyi. °°° Fathiyah dan dua orang anak kecil baru saja keluar dari restoran mewah ice cream, karena Lia kecil ingin makan ice cream. Ada dua ice cream di dua tangannya, sedangkan Fattah hanya memegang satu ice cream saja. Fathiyah dan kedua anak mendekat ke arah mobil. Sret Fattah memilih duduk di depan sedangkan Fathiyah mendudukan Lia kecil yang sedang menjilati ice cream ke dalam mobil, namun ada dua sepeda motor mendekat. Set Set Set Mereka menempelkan tiga buah stiker di badan mobil yang akan dia naiki. Set Set Set Ternyata ada tiga stiker lainnya yang ditempelkan, dua di atap mobil dan satu di pintu mobil. "Hei! Lancang!" Fathiyah berteriak marah ke arah dua pengendara motor itu. Sret Fathiyah hendak mencabut lagi stiker yang berada di atap mobil, di bawah atap mobil itu ada Lia kecil yang sedang duduk makan ice cream. Sret Fathiyah berhenti, dia memperhatikan baik-baik stiker itu, ada cahaya kecil yang berkedip-kedip. Brak Bodyguard yang berada di jok kemudi turun, dia melihat apa yang terjadi. "Nyonya saya akan membersihkanya-menjauh dari mobil!" Sang bodyguard itu berteriak ketika dia melihat stiker yang tertempel di mobil. Sret Braaakk Sret "Aah!" Tit Tit Tit BOOOM!  BOOOM!  BOOOM!  BOOOM!  BOOOM!  BOOOM!  °°° Saya menulis cerita ini di platform D.R.E.A.M.E dan I.N.N.O.V.E.L milik S.T.A.R.Y PTE. LDT Jika anda menemukan cerita ini di platform lain, mohon jangan dibaca, itu bajakan.  Mohon dukungannya. IG Jimmywall Terima kasih atas kerja samanya.  Salam Jimmywall.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD