Part 8

1174 Words
Vanessa kembali ke pesta setelah ia merapikan penampilannya yang disebabkan karena ciuman panas Rafael. Dengan lipstik yang rata, ia turun ke bawah dan menemukan Jayden yang sedang mengobrol dengan Putri Leonor dan Pangeran Christian. Vanessa mencoba duduk di samping mereka, tapi tiba-tiba saja James datang dan menahannya. "James, kau sudah kembali?" James mengangguk. "Aku berjanji untuk menemanimu malam ini. Ingin berdansa?" Vanessa langsung mengangguk dan mereka pun berdansa di tengah lantai dansa. "Mana yang lain?" "Di halaman belakang. Kenapa kau baru turun?" tanya James. "Hanya mengecek sesuatu di kamar tadi," ucap Vanessa bohong. "Bagaimana makan malamnya di Istana?" "Good, Raja Felipe sangat ramah. Sebenarnya beliau agak menyinggung pesta ini karena diadakan setelah kita tiba di sini. Padahal beliau ingin mengadakan pesta untuk kami." "Dia kalah karena anaknya," sahut Vanessa. "Yups, dan beliau sedikit sedih karena putri sulungnya lebih banyak menghabiskan waktu dengan kakakmu itu." Vanessa tertawa renyah. "Aku akan membicarakan ini dengan Kak Jayden. Dia memang keterlaluan, mengambil anak Raja dengan paksa." "Apa aku juga keterlaluan mengambil dirimu, Ane?" Vanessa menggelengkan kepalanya. "Tidak." "Kau bisa membatalkan pertunangan ini jika mau. Aku tidak akan memaksamu. Lagipula aku bukan seseorang yang berkedudukan tinggi. Seharusnya kau ditunangkan dengan Pangeran George." Vanessa dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Aku tidak peduli apa pun dengan yang namanya kedudukan, James. Aku ditunangkan denganmu, jadi mari jalani ini dengan sebaik-baik mungkin." James membalasnya dengan senyuman. "Aku pikir kita seharusnya langsung menikah saja tanpa bertunangan." Vanessa tertawa renyah akan hal itu. "Maaf Viscount Severn, aku benar-benar belum siap." "Berapa memang target menikahmu? Mungkin aku harus menunggu." "Hm, setidaknya saat Rafael berhenti mengawasiku." "Apa dia akan terus mengawasimu, Ane?" Pertanyaan James sangat bagus, tapi Vanessa sendiri tidak tahu apa Rafael akan terus mengawasinya. "Kupikir kau tidak tahu," lanjut James. Vanessa mengangguk dan embusan napasnya yang panjang. "Aku bahkan tidak tahu siapa orang yang terus membahayakanku. Tidak ada yang memberitahuku. Katanya, jika aku tahu, itu akan sangat mengejutkanku. Dan kau tahu, James, aku begitu penasaran." James terlihat berpikir cukup lama. "Ingin mencaritahu? Biasanya itu disimpan di kamar seorang pengawal utama. Aku menduga ada sesuatu di kamar Rafael." Vanessa baru saja menyadari hal itu. Dengan reflek ia melepaskan ikatan tangannya pada James. "Kau benar, pasti ada di kamarnya. Setidaknya dia perlu kerangka untuk rencana itu. Bukankah dalam film seperti itu?" James mengangguk pasti. "Ingin kubantu mencaritahu?" Vanessa dengan cepat mengangguk. "Tolong alihkan perhatian Rafael. Aku akan ke kamarnya." "Hm, baik, akan kupikirkan caranya. Aku juga akan mengajak yang lain untuk mengalihkan perhatiannya." Vanessa tersenyum puas. Lalu ia memeluk James sebagai ucapan terima kasih. "Terima kasih untuk bantuanmu. Aku akan menemuimu di halaman belakang jika sudah selesai." "Dengan senang hati, Ane." Vanessa pun melihat James mulai bertindak untuk menemui Rafael. Setelah James berhasil mengalihkan perhatiannya itu, Vanessa dengan cepat naik melalui tangga dan langsung berlari ke kamar Rafael yang berada di sayap kiri rumahnya. Saat memasuki kamar Rafael, Vanessa dibuat terkejut bagaimana rapinya tata letak kamar ini. Sebelumnya Vanessa masuk tanpa mengamati lebih jauh, tapi sekarang dia malah mengamatinya. Dengan hati-hati, Vanessa berjalan mengitari kamar Rafael untuk mencari apa yang dicarinya. Ia tidak lupa untuk membuka lemari milik Rafael yang setidaknya bisa menjadi petunjuknya. Saat Vanessa berjalan ke meja kecil yang ada di sisi ranjang Rafael, ia perlahan membukanya dan menemukan sebuah kotak. Itu kotak yang ia lihat saat dirinya terkena lumpur. Tanpa menunggu lama, Vanessa membukanya dan ia terkejut melihat pistol bewarna hitam legam dengan gagang yang bewarna cokelat. Tanpak elegan dan mematikan. Vanessa mengamati lebih jauh pistol ini. Meskipun ia pernah melihat pistol milik Rafael dan musuhnya, tapi ia masih saja terpukau karena benda berbahaya ini sangat terkait dengan hidupnya. "Letakkan sebelum kau membuat semua orang panik, Vanessa." Vanessa terkejut. Reflek ia berdiri dan menodongkan pistol itu ke arah Rafael yang sedang berdiri di ambang pintu dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. "Akan lebih elegan jika kau memegangnya dengan satu tangan seperti kemarin, Vanessa." Vanessa mengerutkan keningnya. Ia menyingkirkan pistol itu dari hadapan Rafael dan meletakkannya kembali ke dalam kotak. Ia sadar bahwa rencananya gagal saat ini. "Aku curiga James berbicara banyak sekali denganku, sampai aku sadar kau sudah tidak ada. Akhirnya aku memeriksa kamarmu, tapi kau tidak ada di sana. Kemudian alarm kamarku mengirim sinyal dan aku menduga kau ada di sini." "Alarm?" "Di sebelah sana." Vanessa menoleh ke arah pot bunga yang ada di sudut ruangan. Pot itu bewarna cokelat dan di sana terlihat ada sebuah sinar kecil bewarna merah. "Itu bisa mendeteksi jejak kaki seseorang." Vanessa mendecak kesal. Mengabaikan bahwa ia sudah ketahuan, Vanessa langsung berjalan dengan anggun melewati Rafael, tapi tangannya ditahan yang membuat ia menoleh ke arah Rafael. "Aku tidak tahu apa yang kau dan James cari, tapi dengar Vanessa, akan lebih baik jika kau tidak mencaritahu apa pun dan fokus untuk menjauhi dirimu dari bahaya yang ada." "Yeah, salahkan rasa penasaran yang menghantuiku. Itu tidak sepenuhnya salahku." Rafael menghadapkan tubuhnya pada Vanessa. "Dengar Vanessa, musuh kita bukan orang biasa. Bahkan ketika ayahmu memohon kepadaku, aku menolaknya pertama kali." "Lalu kenapa kau menyetujuinya?" Pertanyaan yang Vanessa berikan sejenis skakmat untuk Rafael. "Seharusnya kau menolak itu." "Kau tidak perlu mengetahuinya. Jelasnya, ada hal yang tidak perlu kau ketahui. Aku bersumpah, selama kau tidak tahu, kau akan aman." "Jadi jika aku tahu, aku tidak akan aman?" Vanessa kini yang menghadapkan tubuhnya ke arah Rafael. "Keingintahuanmu akan membunuhmu, itu yang kucamkan. Sekarang kembalilah ke pesta. Jangan biarkan Jayden tahu kelakuanmu malam ini. Dia akan sangat marah." Vanessa memutar matanya jengah. Ia pun keluar dari kamar Rafael dan pria itu mengikutinya sesaat setelah ia merapikan kembali kotak pistolnya. Mereka berjalan menuruni anak tangga satu-persatu. Tepat di anak tangga terakhir, Vanessa  menghentikan langkahnya karena melihat pemandangan yang tidak ia duga. "Itu Lauren," gumamnya. "Kenapa? Kau iri karena tidak bisa berciuman di publik seperti itu?" Vanessa mendesis. "Aku bahkan tidak pernah memikirkannya. Ini sangat aneh ketika beberapa saat yang lalu aku melihat dia cemburu karena kedekatanku dengan Pangeran Christian." "Yeah, itu bisa terjadi kepada perempuan yang cemburu dan mabuk. Siapa pun akan dia jadikan pelampiasan." "Euy, dasar. Aku tidak tahu di mana harga dirinya ketika melampiaskan semuanya ke lelaki lain. Dasar murahan..." "Kau tidak seperti itu, kan?" Vanessa berbalik menatap Rafael dengan tajam. "Aku tidak serendah itu, Rafael Xeaniro." "Jika benar, aku bangga akan hal itu." "Karena itu memang benar." Lalu tatapannya beralih lagi ke Lauren yang sedang berciuman dengan seorang pria yang sepertinya pernah ia lihat. "Aku seperti mengenal pria itu..." "Perasaanmu saja," timpal Rafael. Vanessa akhirnya berpikir seperti itu. Ia lalu menatap Rafael. "Pesta ini mendadak membosankan." "Apa yang ingin kau lakukan?" "Masih ada waktu sampai jam 10, bisa temani aku ke suatu tempat?" "Kau tidak berpikir aku akan melarangmu, Vanessa?" Rafael mengangkat alisnya. "Aku memikirkan itu, tapi ini belum jam 10. Kau harus menurutinya, jika tidak ingin aku melarikan diri diam-diam. Ada banyak jalan menuju Yunani." "Roma," ralat Rafael. Vanessa buru-buru menggeleng. "Aku lebih suka Yunani. Ayok," ajaknya seraya mengajak Rafael keluar dari rumah. "Wait." "Ada apa?" tanya Vanessa. "Aku harus mengambil pistol, untuk berjaga-jaga." Vanessa memutar matanya. "Tidak ada pistol. Kita hanya akan ke gudang. Ayo." Rafael tidak berniat untuk menolak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD