Dua Puluh Satu

1135 Words
Dia menjadi jauh lebih buruk. Dia semakin depresi, putus asa, dan membenamkan dirinya dalam tidur selama dua belas jam sehari. Untuk melawan kejenuhannya, dia hanya bisa mengingat-ingat kenangan indah yang pernah terjadi dalam hidupnya. Permainan futbol yang pernah dia mainkan semasa SMA, misalnya. Dia berlagak menjadi penyiar radio, mengumumkan aksi-aksi, berbicara layaknya orator. Dia meneriakkan nama-nama teman yang satu regu dengannya. Semuanya disebut, kecuali nama Hiro Akada. Dua belas pertandingan untuk musim kelas sebelasnya, tiga belas pertandingan untuk musim kelas sepuluhnya. Furuya Satoru adalah pemain yang sangat diperhitungkan namanya di lapangan. Setelah membayangkan pertandingan-pertandingan itu, dan usai menuntaskan siarannya, Furuya Satoru mulai menulis surat. Dia setidak-tidaknya menargetkan bahwa dia harus menulis lima surat dalam sehari. Dia membaca Kitab Suci selama berjam-jam dan berusaha menghapal setiap ayatnya. Saat Eijun mengajukan berkas tebal di persidangan, Furuya Satoru membaca setiap katanya. Dan untuk membuktikan atau sekadar mengapresiasi usahanya itu, dia menulis surat-surat panjang untuk mengucapkan terima kasih kepada pengacaranya. Tapi usai dia dikucilkan selama satu tahun, dia mulai takut kehilangan setiap kenangannya. Riwayat skor yang pernah dia peroleh selama pertandingan mulai pupus. Nama-nama teman yang pernah satu regu dengannya mulai terlupakan. Dia sudah tidak mampu melafalkan ke-27 kitab di dalam Pejanjian Baru. Dia merasa malas untuk menyingkirkan frustasinya. Pikirannya mulai tidak keruan, sering melantur tidak jelas. Jam tidurnya menjadi bertambah menjadi enam belas jam dalam satu hari. Dia hanya memakan setengah dari makanan yang diberikan oleh penjaga penjara. Pada tanggal 14 Maret 2004, dua kejadian hampir menjatuhkannya keluar tebing. Faktor pertama berawal dari surat ibunya. Panjangnya sekitar tiga halaman, dengan tulisan tangan yang teramat dirindukannya, dan baru membaca halaman pertama, dia berhenti. Dia merasa tidak sanggup untuk mennyelesaikan surat itu. Dia sebenarnya ingin dan dia merasa harus membaca surat itu, namun matanya tak kuasa fokus dan pikirannya tak mampu mencerna dengan baik setiap kata di surat itu. Dua jam setelahnya, dia menerima berita kalau Mahkamah Banding Kriminalitas Kanto menegaskan tentang keputusan bersalah yang dijatuhkan padanya. Dia menangis begitu lama, lalu dia berbaring di ranjang dan menatap langit-langit dengan kondisi setengah tak sadar. Dia tidak bergerak selama berjam-jam. Dia bahkan menolak makan siang. Pada suatu pertandingan yang terakhir di kelas sepuluh, tangan kirinya terinjak oleh seorang pemain yang berbobot 100 kilo. Tiga jarinya remuk dan patah. Rasa sakit itu langsung menyergapnya hingga dia nyaris pingsan. Seorang pelatih turun tangan dan membalut tiga jari itu menjadi satu. Furuya Satoru sudah bisa kembali bermain. Selama hampir seluruh babak kedua, dai bermian seperti orang yang kerasukan. Rasa sakit itu membuatnya gila dan memunculkan gerutuan setiap deruan napasnya. Di antara permainan-permainan, dia berdiri kaku dan memperhatikan si penyerang merunduk, dia tak pernah sekalipun menggoyangkan tangannya, dia tak pernah menyentuhnya, dia tak mungkin membangkitkan rasa sakitnya yang mampu membuat air matanya mengalir. Dari suatu tempat, dia menemukan tekad baja dan ketangguhan yang sangat luar biasa untuk menyelesaikan pertandingan. Meskipun dia lupa dengan skor akhir pertandingan itu, dia bersumpah untuk menggapai ke dalam sekali lagi, ke dalam jiwanya dan lapisan-lapisan alam bawah sadar otak yang mengecewakan dirinya, dam berusaha menemukan kemauan untuk menghentikan dirinya dari meluncur ke dalam ketidakwarasan. Dia berhasil memunculkan tekad untuk membangkitkan tubuhnya dari ranjang. Dia merebahkan dirinya ke lantai dan melakukan tiga puluh kali push-up. Ditambah dengan lima puluh kali sit-up setelahnya. Dia melakukan lari di tempat sampai kakinya tak mampu terangkat lagi. Dia mengulangi itu selama beberapa kali hingga tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Dia duduk sejenak dan membuat jadwal. Setaip jam lima pagi dia melakukan olah jasmani dan bekerja nonstop selama enam puluh menit. Tiba pukul 06.00 dia harus menulis paling tidak dua surat. Pukul 06.30 pagi, dia harus menghapal sebuah ayat baru di Kitab Suci. Itu adalah aktivitas harian paginya. Ambisinya adalah mencapai seribu kali push-up dan sit-up dalam satu hari. Dia akan menulis sepuluh surat, bukan hanya ditujukan semata-mata pada keluarga dan teman dekatnya. Dia akan menemukan beberapa pena baru. Dia akan membaca buku paling tidak satu buku dalam satu hari. Dia mulai merancang untuk memotong setengah bagian dari jam tidurnya. Dia sedikit demi sedikit akan menulis jurnal. Target-target itu dicetak sedemikian rapi, diberi label “Daily Activity”, lalu direkatkan di dinding. Furuya Satoru sangat bersemangat sekali mematuhi dan menuntaskan jadwal itu. Setiap pagi menjelang, dia sigap menyerangnya. Setelah satu bulan, dia sudah mencapai 1.500 push-up dan sit-up dalam sehari. Hasil dari latihan itu memunculkan otot-otot yang terasa menyenangkannya. Pun latihan itu membantu darah kembali lancar mengalir ke otaknya. Dia rutin membaca dan membuka lembaran-lembaran baru untuk tulisannya. Seorang gadis di Tokyo mengirimkan sepucuk surat kepadanya. Tidak menunggu waktu lama, Furuya Satoru langsung mengirimkan balasan. Gadis itu bernama Kyoko. Dia masih berumur lima belas tahun dan orang tuanya menyetujui korespondensi itu, meski mereka tetap memonitor surat-suratnya. Saat Kyoko menyelipkan selembar foto dirinya di antara surat-suratnya, Furuya Satoru langsung jatuh cinta. Dia dengan cepat melakukan dua ribu push-up dan sit-up, terbayang dalam benaknya jika suatu saat dia bisa bertemu dengan Kyoko. Setiap goresan tinta dalam jurnalnya dipenuhi dengan adegan romantis dan e****s sepasang kekasih sedang mereka mengilustrasikan tengah berkeliling dunia. Kyoko menulis satu kali dalam sebulan. Dan untuk tiap surat yang dikirimkannya melalui pos, paling tidak dia mendapatkan tiga surat sebagai balasan. Minami Satoru membuat keputusan bahwa dia beserta keluarganya yang lain tidak akan memberitahu Furuya kalau ayahnya sedang sekarat karena penyakit jantung. Tapi pada salah satu kunjungan rutinnya, dia memberitahu Furuya bahwa ayahnya sudah tiada. Berita itu membuat dunia Furuya mulai retak sekali lagi. Mengetahui bahwa ayahnya telah meninggal sebelum dia keluar dari penjara dengan nama yang sepenuhnya bersih termat berat untuk dipikul. Dia mulai membangkang terhadap jadwal yang dibuatnya. Dia membolos sehari, dan kemudian bertambah. Dia merasa tak kuasa menghentikan atau sekadar menahan isak tangisnya. Tubuhnya selalu gemetaran. Kemudian Kyoko mengabaikannya. Surat-surat dari gadis itu biasanya tiba sekitar tanggal sembilan setiap bulannya. Untuk suatu alasan yang mungkin tidak akan pernah diketahui Furuya. Dia mencoba mengirimi beberapa surat, tapi tak ada balasan satu pun. Dia mencoba menghibur diri dengan kemungkinan-kemungkinan. Mungkin karena para sipir penjara telah mengotak-atik surat untukknya. Kemungkinan itu justru malah menciptakan tuduhan serius. Bahkan dia tak segan dengan memberitahu pengacaranya—Robert Eijun—agar mengeluarkan beberapa ancaman. Tetapi lambat laun dia tahu sendiri bahwa Kyoko telah pergi. Dia semakin terbenam dalam depresi yang gelap dan panjang. Dia sudah tak punya minat untuk menjalankan rutinitas seperti biasanya. Dia tidak makan walau hanya setengah, dia sudah pantang makan. Dia kuat untuk tidak makan selama sepuluh hari, tapi pada akhirnya menyerah ketika tidak seorang pun yang terlihat peduli. Selama berminggu-minggu, dia tidak latihan, tidak juga menulis dan membaca, mungkin hanya menulis surat pendek untuk ibunya dan Robert Eijun. Tidak lama setelah itu, dia juga melupakan detail skor pertandingan futbolnya. Dia hanya mampu mengingat ayat di Kitab Suci, itu pun hanya beberapa ayat yang terkenal saja, tidak banyak. Dia lebih sering menatap langit-langit selama berjam-jam, sambil bergumam, “Yesus, aku kehilangan pikiranku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD