Part 7

1571 Words
Saat akan menikmati makan malamnya, Elsa kembali mual sampai harus kembali meninggalkan makanannya dan lari ke kamar mandi. Tidak hanya mual dan muntah, tapi Elsa juga merasa cukup lelah padahal ia tidak melakukan pekerjaan yang membuatnya lelah, karena hari ini ia memilih untuk tidak masuk kerja.   Kali ini Sean juga melihat Elsa kembali meninggalkan makanannya dan pergi sambil menutup mulutnya. Tadi pagi, Sean memang tidak peduli, tapi sekarang ia mulai penasaran jadi ia mengikuti Elsa dan melihat wanita itu muntah-muntah. Yuna juga seperti itu dan ternyata dia hamil. Lalu, bagaimana dengan Elsa?   "Kau kenapa?" tanya Sean dengan nada dinginnya.   Elsa menoleh pada Sean yang entah sejak kapan ada di belakangnya. "Aku baik-baik saja," jawab Elsa.    Saat Elsa ingin melangkah keluar, ia nyaris jatuh karena tubuhnya merasa lemas, tapi beruntung Sean menahannya. Ini mengejutkan karena Elsa kira Sean akan membiarkannya jatuh, sebab ia tidak pernah melihat kepedulian Sean untuknya.    "Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kau tidak hamil, kan?" ucap Sean yang membuat Elsa langsung menoleh padanya.    Sean adalah pria dan Elsa kira pria tidak begitu memahami tanda kehamilan, tapi sekarang secara mengejutkan Sean mengeluarkan pertanyaan seperti itu. "Jika ya, apa itu anak William? Kalian pasti sudah sering tidur bersama, sebelum akhirnya berani melakukan itu di rumahku." Tapi ucapan Sean yang satu ini membuat Elsa jauh lebih terkejut.    Elsa langsung menepis tangan Sean yang tadi menahan tubuhnya. Elsa menatap Sean dengan wajah marah karena kata-katanya tadi sangat menyakiti hatinya. "Anak William katamu? Aku bahkan tidak melakukan apapun dengannya. Jika kau tidak bisa bersikap lebih baik padaku, setidaknya jangan terus menyakitiku dengan kata-kata seperti itu." Elsa bicara dengan menekankan setiap katanya.   "Tidak melakukan apapun? Kalian melakukannya di rumahku! Dan entah itu yang ke berapa kalinya kalian bercinta." Dan Sean juga menekankan setiap kata yang ia keluarkan.   Bibi Jang yang tadinya ingin berpamitan pulang karena pekerjaannya telah selesai, kini mengurungkan niatnya setelah melihat Sean dan Elsa lagi-lagi bertengkar. Bibi Jang memilih untuk mengirim pesan saja pada Elsa, lalu pergi karena tidak ingin mendapat masalah jika bicara di saat seperti ini.    Elsa merasa sangat lelah dengan pertengkaran seperti ini. Ia muak selalu berdebat dengan Sean untuk sesuatu yang tidak pernah ia lakukan. "Tapi aku melakukan itu denganmu. Kau mungkin tidak sadar, tapi kita telah melakukannya. Itu terjadi saat ...."   "Aku melakukannya denganmu? Aku pasti sudah gila jika melakukannya!" Sean meninggikan nada suaranya.    "Maka saat itu kau memang gila karena terlalu banyak minum. Jika aku memang hamil, maka itu adalah anakmu, bukan anak orang lain." Elsa dengan cepat membalas ucapan Sean. Elsa sungguh menyesal karena ia terbuai suasana saat itu hingga melakukan hubungan intim dengan Sean saat pria itu dalam keadaan mabuk karena kemungkinan besar dia tidak akan mengingat kejadian itu, lalu inilah hasilnya.    Sean kembali mengingat dirinya pernah terbangun tanpa mamakai apapun, tapi ia yakin itu karena efek mabuk dan tidak terjadi apa-apa setelahnya. "Kau pikir, aku akan percaya padamu?"   "Aku tidak memintamu untuk percaya padaku. Aku tidak akan membuang waktuku untuk melakukannya karena aku merasa sangat lelah sekarang." Elsa pergi meninggalkan Sean setelah mengatakan hal ini padanya.   Meski terlihat cukup kuat, pada kenyataannya Elsa sangat takut dan sakit hati karena Sean bahkan tidak mengingat kejadian itu. Elsa benar-benar takut jika ia sungguh hamil, tapi Sean tidak mau mengakui anaknya sendiri. Ia mungkin masih bisa menahan rasa sakit ini, tapi bagaimana dengan anaknya?  ••••   Saat tengah malam tiba, Sean dan Elsa dibuat sangat khawatir dan ketakutan karena kondisi Minji yang memburuk hingga harus masuk ke ruang ICU. Ini adalah kondisi terburuk Minji sejak dinyatakan sakit dan dokter lagi-lagi mengatakan pada Sean dan Elsa untuk mempersiapkan diri.   Meski membenci kalimat dokter, tapi Sean dan Elsa tahu apa yang dimaksud dengan mempersiapkan diri. Dokter sudah melakukan yang terbaik dan ibunya sudah berjuang begitu keras untuk melawan penyakitnya, tapi Sean merasa kalau ibunya sudah lelah karena semua rasa sakit itu. Sean ingin ibunya bebas dari rasa sakit ini, tapi tidak dengan cara ia harus kehilangan ibunya.    Sean duduk seorang diri di kursi itu, lalu menutup wajahnya dengan tangan. Sedangkan Elsa kini terlihat menoleh ke arah Sean dan ia merasa sedih melihat kondisi pria itu, bahkan setelah semua yang dia lakukan. Elsa tidak tahu apakah itu hati nuraninya sebagai manusia, kelemahannya, atau hanya kebodohannya.    Apapun itu, Elsa tidak bisa menahan kakinya untuk tidak melangkah mendekati Sean. Elsa ingin menenangkan Sean, tapi ia tidak tahu harus mengatakan saat ada di depan pria itu. Bodoh! Elsa mengatakan itu pada dirinya sendiri karena tetap maju padahal tidak tahu harus melakukan apa.    Saat menyadari kehadiran Elsa tepat di depannya, Sean yang tadi menundukkan kepala kini mengangkat kepalanya untuk menatap Elsa. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sean dengan nada dinginnya.    "Aku ingin menenangkanmu, tapi aku tidak tahu harus melakukan apa dan kau juga pasti tidak mau menerima niat baikku, jadi akan aku batalkan." Elsa dengan cepat menjawab pertanyaan Sean, lalu pergi meninggalkan pria itu.    "Kau berbuat baik padaku dan berharap aku juga akan melakukan hal yang sama? Maaf, tapi itu tidak akan terjadi," ucap Sean yang membuat langkah Elsa langsung terhenti.   Elsa memutar badannya agar ia bisa melihat Sean lagi. Bohong jika ia tidak berharap Sean akan baik padanya, tapi bukan itu tujuannya berbuat baik. "Tenang saja, aku tidak akan melakukannya. Lagipula, berharap pada orang yang tidak bisa diharapkan adalah kebodohan, kan?" Elsa pun kembali melangkah pergi setelah mengatakan hal ini.    Sean sadar kalau Elsa baru saja menyindirnya, tapi ia tidak terlalu peduli karena mengingat lagi saat Elsa muntah-muntah dan semua ucapannya saat itu. "Apa aku sungguh melakukan itu dengannya? Tidak mungkin. Apa itu berarti jika dia hamil itu adalah anak William? Aku pikir, Elsa adalah wanita polos, tapi dia berani bertindak sejauh itu?" gumam Sean.  ••••   Meski tadinya Elsa terlihat pergi dan menjadi tidak peduli pada Sean, pada kenyataannya tidak seperti itu. Elsa kembali setelah pergi selama beberapa saat, tapi tidak dengan tangan kosong, melainkan dengan minuman hangat yang ia letakan tepat di sebelah Sean.   "Aku memberikan ini untukmu. Kau meminum itu atau tidak terserah padamu," ucap Elsa, lalu duduk cukup jauh dari Sean.    Sean melirik ke arah Elsa yang terlihat menatap suasana di luar lewat kaca yang ada di belakangnya. "Sudah aku katakan, jangan melakukan ini. Kau hanya membuang-buang waktumu." Lalu, Sean mengatakan ini pada Elsa, lagi-lagi dengan nada yang terdengar dingin.   "Itu adalah waktuku, jadi terserah padaku. Aku juga bukan manusia yang bisa berhati dingin," balas Elsa tanpa menatap ke arah Sean.    "Kau sepertinya sangat suka menyindirku," ucap Sean lagi.    Elsa yang sebenarnya merasa sangat lelah, kini tetap menoleh pada Sean yang kembali bicara padanya. "Aku hanya bicara tentang diriku saja, tapi kau justru merasa tersindir. Lalu, apa itu adalah salahku?" tanya Elsa.     Selama beberapa detik, Sean hanya menatap Elsa yang akhir-akhir ini mulai pandai bicara. Sudahlah, Sean sudah mulai muak dengan perdebatan ini, jadi ia memilih untuk diam saja. Awalnya, Sean tidak ingin menyentuh minuman yang Elsa berikan padanya, tapi aroma minuman itu sangat menggoda dan akhirnya ia meminum minuman yang diberikan oleh Elsa.    Sedangkan Elsa yang sejak tadi merasa mengantuk dan lelah, kini terlihat sudah tidur dengan kepala yang bersandar pada jendela di belakangnya. Sean yang melihat Elsa tidur membuatnya tidak mengalihkan pandangannya dari wanita itu selama beberapa saat. Sean nyaris tersentuh atas apa yang Elsa lakukan, tapi ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.     ••••   Karena pikirannya begitu kacau setelah mengetahui kalau putrinya membutuhkan donor jantung membuat William tidak fokus saat melakukan syuting hingga berulang kali melakukan kesalahan. William pun berulang kali meminta maaf pada semua orang karena ia telah membuat proses syuting berlangsung lama dan membuat semua orang semakin lelah.    "Apa yang terjadi padamu? Ini tidak seperti dirimu yang biasanya." Sang sutradara yang bernama Yoon Gihun bertanya pada William.   "Maafkan aku. Jadwalku sangat padat dan itu membuatku lelah. Tapi aku akan baik-baik saja setelah istirahat sebentar." William pun akhirnya berbohong.   "Baiklah. Kita istirahat 15 menit," ucap Gihun.   "Terima kasih." William melangkah pergi setelah mengatakan ini pada Gihun. Tidak peduli berapa lama waktu yang diberikan untuk istirahat, William tidak bisa baik-baik saja setelahnya, tapi ia hanya mencoba untuk memulihkan fokus agar tetap profesional.   "Apa kau ingin makan atau minum sesuatu untuk membuatmu merasa lebih baik?" Mina, manajer baru William baru saja bertanya pada pria itu.    "Tidak. Aku hanya ingin sendiri selama waktu istirahat, jadi tinggalkan aku," jawab William yang saat ini sudah duduk di kursinya.    "Ya," ucap Mina singkat, lalu pergi meninggalkan William.    Saat William sedang menikmati waktunya seorang diri, ia mendapat telepon dari Juna. William pergi ke tempat yang benar-benar sepi saat menerima telepon itu dan perasaannya penuh dengan kekhawatiran saat ini, sebab takut jika telepon itu untuk mengabarinya tentang kondisi Lily yang memburuk.  "Halo, Kakak," sapa William setelah menjawab telepon Juna.   "Aku pikir huhunganmu dengan adikku akan selamanya tidak baik, tapi ternyata hubungan kalian membaik. Lily pasti akan senang jika tahu dia akan punya adik." Namun, apa yang Juna katakan membuat William terkejut, sekaligus bingung.   "Apa maksud Kakak?" tanya William.    "Jadi, Yuna belum memberitahumu? Aku datang ke apartemen Yuna karena untuk memberitahunya tentang kondisi Lily karena dia tidak mengangkat telepon dan aku melihat beberapa alat tes kehamilan di apartemennya."    William benar-benar terdiam setelah mendengar ucapan Juna. Entah sudah berapa lama sejak terakhir kali ia melakukan hubungan itu dengan Yuna, jadi tidak mungkin yang Yuna kandung sekarang adalah anaknya, itu pasti anak Sean. Bahkan saat sudah mengetahui perselingkuhan mereka, William tetap merasakan sakit yang begitu luar biasa saat tahu kalau istrinya hamil anak pria lain. Sebelumnya, William masih berharap pernikahannya bisa diselamatkan, tapi sekarang tidak lagi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD