Part 10

1477 Words
Sebelum pergi ke rumah sakit, Sean lebih dulu menemui Yuna setelah menelepon wanita itu lagi. Tentu saja mereka bertemu di apartemen pribadi Yuna dan wanita cantik itu benar-benar takut memikirkan kalau William sudah mengatakan semuanya pada Sean, karena di telepon pria itu tidak mengatakan apapun, lalu mengakhiri telepon secara sepihak, dan sekarang datang dengan raut wajah yang tidak terlihat seperti biasanya.    "Kau baik-baik saja? Apa kau ada masalah?" Yuna bertanya pada Sean sembari memberikan perhatian padanya untuk membuat suasana hati pria itu menjadi lebih baik.    "Aku baik-baik saja." Sean baru saja berbohong pada Yuna, karena ia tidak dalam keadaan baik-baik saja sekarang. Sean sedang memikirkan pertengkarannya dengan Elsa dan itu terus berbayang di benaknya, padahal biasanya ia tidak pernah memikirkan hal tidak penting itu.    "Aku belum mengatakannya, kan? Saat kau menelepon untuk pertama kalinya yang menjawab adalah Elsa. Dia melakukannya tanpa sepengetahuanku, tapi, apa kau mengatakan padanya tentang kehamilanmu?" Sean kini bertanya pada Yuna.    Yuna kini tahu itulah kenapa tadi ia tidak mendengar apapun saat menelepon Sean. Elsa, wanita itu benar-benar menyebalkan, pikir Yuna. "Dia diam saja, jadi aku tidak tahu kalau itu Elsa. Aku mengatakan kalau aku sudah menemukan tempat untuk menyelesaikan masalah kita," jawab Yuna.    "Jadi, kapan kau akan melakukannya?" Sean kembali bertanya pada Yuna.    "Secepatnya, tapi untuk waktu pastinya masih aku pikirkan. Kau bisa menemaniku, kan?"    "Akan aku usahakan." Jawaban Sean membuat Yuna menjadi sedikit kesal.   "Akan? Kau seharusnya mengatakan hal yang pasti," ucap Yuna.   "Baiklah, aku akan melakukannya. Kau puas? Aku harus pergi sekarang." Sean langsung pergi setelah mengatakan ini. Suasana hatinya benar-benar buruk saat ini dan bertemu dengan Yuna ternyata tidak bisa memperbaikinya.    "Apa yang terjadi padanya?" gumam Yuna yang masih yakin kalau Sean tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. ••••   Saat tiba di rumah sakit, Sean tidak melihat Elsa ada di sana, padahal tadinya ia berpikir kalau wanita itu sudah ada di sini. Mungkin dia masih di rumah, menangis, dan memikirkan semua kesalahannya. Itulah yang Sean pikirkan saat ini dan ia tidak ingin peduli pada hal itu, karena sepertinya bagus jika saat ini ia tidak melihat Elsa.    Namun, sampai hari berganti dan Sean tiba di rumah, ia tetap tidak melihat Elsa di rumah bahkan Bibi Jang sampai bertanya padanya kenapa sampai saat ini Elsa tidak kembali juga dari rumah sakit, karena biasanya dia pulang untuk makan dan berganti pakaian.    "Dia tidak pergi ke rumah sakit," ucap Sean dan membuat Bibi Jang terkejut.    Setelah bertengkar dengan Sean, Bibi Jang melihat Elsa pergi dan ia pikir itu ke rumah sakit, tapi ternyata tidak. Elsa terlihat cukup sabar menghadapi semua keretakan rumah tangganya dan Elsa yang tiba-tiba pergi tanpa mengatakan apa-apa membuat Bibi Jang takut dia mungkin melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan karena merasa lelah dengan semua ini.   "Kenapa Anda tidak mencarinya? Saya takut terjadi sesuatu pada Nona Elsa," ujar Bibi Jang.    "Untuk apa? Mungkin dia pergi ke apartemen lamanya yang diberikan oleh Ibuku." Sean pergi ke kamarnya setelah mengatakan ini.    Meski Sean mengatakan hal itu, Bibi Jang tetap merasa tidak tenang. Ia melihat sendiri Elsa menangis setelah bertengkar dengan Sean, lalu pria itu pergi begitu saja. Orang yang sakit hati kadang pikirannya tidak jernih dan itulah yang ia takutkan.    Di dalam kamar, Sean tampak terdiam sesaat setelah menutup pintu. Meski mulutnya mengatakan kalau Elsa mungkin ada di apartemennya, tapi seingat Sean, Elsa tidak pernah pergi ke sana dan menginap di sana tanpa di suruh. Apa wanita itu sudah lelah dengan pernikahan ini dan ingin menyerah saja?    ••••   "Pulanglah dan istirahat, biar aku yang menjaga Lily di sini." Juna bicara pada William yang baru saja datang dengan kondisi yang cukup mengejutkan, yaitu kedua tangannya terlihat terluka dan William mengatakan itu karena terjadi kecelakaan saat sedang syuting.    "Aku baik-baik saja. Lebih baik Kakak yang pulang untuk istirahat. Kakak sudah menemani Lily untuk waktu yang lama dan itu pasti melelahkan," ucap William.    "Tidak, aku akan pergi menemui Yuna. Aku akan membawa Yuna kemari, lalu kalian bisa memberitahu Lily tentang kabar gembira itu. Kabar kalau dia akan punya adik pasti bisa membuat Lily lupa sejenak pada sakitnya. Aku pergi." Dan Juna pun pergi.    William memang melarang Juna mengatakan tentang kehamilan Yuna pada Lily dengan alasan ia dan Yuna yang akan mengatakan hal itu secara langsung. Padahal sebenarnya William tidak mau membuat Lily kembali dikecewakan, sebab adiknya memiliki ayah yang lain.    Sebelum mendekati Lily yang sedang terbaring di ranjangnya, William lebih dulu mengirim pesan pada Elsa yang berisikan alamat untuk tempat bertemu nanti malam. William ingin menarik wanita itu kembali ke dekatnya.  ••••   Di tempat lain, tadinya Yuna sedih saat kakaknya datang dan mengatakan tentang kondisi Lily. Namun, Yuna menjadi sangat kesal saat kakaknya membagas tentang kehamilannya. Dari sana Yuna akhirnya tahu kalau kalau kakaknya pernah masuk ke apartemennya, lalu mengetahui kehamilannya, dan memberitahu William tentang hal itu.    "Kenapa Kakak masuk ke apartemenku tanpa izin?" kesal Yuna.    "Itu karena kau tidak pernah menjawab teleponku! Aku tahu, kau sangat sibuk, tapi jangan biarkan kesibukan itu membuatmu jauh dari Lily. William juga sibuk, tapi dia tetap punya waktu untuk Lily. Kenapa kau ...."   "Cukup, Kakak." Yuna menyela kalimat kakaknya. "Aku tidak suka Kakak membandingkanku dengannya," ucap Yuna lagi.    Baiklah, Juna tidak akan membahas tentang itu lagi. "Temuilah Lily, lalu katakan tentang kehamilanmu. Lily pasti akan sangat bahagia karena dia akan punya adik."   Astaga, Yuna tidak mengerti kenapa kakaknya harus mengatakan hal itu. Namun, Yuna bingung, kenapa William tidak membongkar perselingkuhannya? Apa bukan itu pertunjukkan yang dimaksud oleh William? Tapi, apa yang dia rencanakan?    "Yuna?" ucap Juna karena adiknya hanya diam saja.    "Akan aku lakukan secepatnya. Kakak pulanglah dulu, karena aku harus pergi untuk syuting iklan." Meski berkata seperti ini, tapi tentu saja ia tidak akan melakukan hal itu karena kandungannya saja akan ia gugurkan.  ••••   Sudah terlalu lama sejak terakhir kali Sean melihat keberadaan Elsa. Jika wanita itu memang pergi ke apartemennya, maka setkdaknya sekarang dia kembali ke rumah sakit. Namun, saat Sean kembali ke rumah sakit, ia tidak melihat keberadaan Elsa. Sean bahkan sampai bertanya pada perawat apakah Elsa datang ke rumah sakit saat ia pulang, tapi perawat itu mengatakan tidak pernah melihat Elsa.    Dalam pikiran Sean adalah Elsa pasti sudah menyerah setelah tahu kalau ia menghamili Yuna, lalu memilih untuk menyerah. Namun, Sean tidak menyangka kalau wanita itu pergi di saat kondisi ibunya seperti ini. Sean pikir, Elsa sungguh menyayangi ibunya, tapi itu hanya kepalsuan. Elsa hanya ingin menumpang hidup saja. Tapi jika Elsa memang menyerah, ke mana dia pergi?    Sean tidak ingin peduli, tapi ia sialnya ia malah merasa penasaran. Apa Elsa hanya diam di apartemennya atau dia pergi ke tempat lain, Sean ingin tahu hal itu. Dan, apa yang akan ia katakan pada ibunya?    "Elsa ... di mana?" Minji yang keadaannya benar-benar kritis bicara dengan nada yang sangat pelan karena sejak kemarin ia tidak melihat Elsa saat jam besuk tiba.    "Dia akan segera datang." Sean mengatakan ini saat ia bahkan tidak tahu ada di mana Elsa saat ini.    Saat jam besuk selesai, Sean langsung mencoba menelepon Elsa. Meski ia tidak ingin melakukan ini, tapi harus ia lakukan. Melihat kondisi ibunya saat ini, dokter kembali mengatakan ia dan Elsa harus bersiap untuk hal terburuk yang mungkin terjadi. Sean tahu ibunya tidak punya banyak waktu lagi dan itu membuatnya sedih. Di saat-saat terakhir ibunya, Sean tidak mau ibunya sedih karena Elsa tidak ada di sini.    Ketika Sean mengumpat kesal karena Elsa tidak menjawab teleponnya, ia melihat Elsa datang. "Kau pergi ke mana saja? Aku pikir, kau benar-benar menyayangi Ibuku, tapi ..." Sean menghentikan kalimatnya karena Elsa yang melewatinya begitu saja.   "Aku bicara padamu!" Sean yang merasa terganggu dengan sikap Elsa yang seperti ini langsung mencekal lengan wanita itu, agar dia berhenti melangkah. "Kau tidak dengar apa yang aku katakan?" tanya Sean dengan nada yang terdengar cukup kesal.    "Lepaskan aku!" Elsa menepis tangan Sean, karena ia mulai sampai pada titik batas kesabarannya pada pria itu. Kalau saja bukan karena ibunya, maka ia tidak akan pernah muncul lagi di hadapan Sean.   "Aku tidak masalah jika kau ingin pergi, tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Setelah semua yang telah Ibuku berikan padamu, sekarang kau ingin pergi begitu saja saat kondisi Ibuku kritis. Kau sungguh tidak tahu terima kasih, tidak, lebih tepatnya tidak tahu diri!" Sean menekankan kalimatnya.    Elsa menatap Sean yang begitu suka mengatakan hal buruk tentang dirinya. Pria itu bahkan tidak tahu betapa hancur hatinya saat ini dan itu nembuatnya ingin pergi sejenak untuk menenangkan diri. Apa itu juga kesalahan?    "Sebenarnya, apa kesalahanku padamu? Katakan padaku dan aku akan memperbaikinya, lalu kita selesaikan semua ini. Aku sudah lelah dan muak." Elsa berhenti berontak karena ia merasa tidak punya tenaga saat ini.    "Selesaikan semua ini? Apa maksudmu?" tanya Sean.    Elsa diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Sean. Elsa sudah memikiekan ini sejak kemarin dan mungkin ini salah, tapi ia benar-benar sudah lelah. Elsa pikir ini mungkin sudah waktunya untuk menyerah. "Ayo berpisah tanpa sepengetahuan Ibu." Dan inilah jawaban Elsa.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD