Part 11

1615 Words
Saat pergi dari rumah, Elsa memilih pergi ke panti asuhan yang menjadi tempatnya dibesarkan. Melihat Elsa datang di malam hari dan tanpa mengabari sebelumnya membuat wanita yang mengurus anak-anak di panti asuhan merasa kalau terjadi sesuatu sampai Elsa datang di saat seperti itu. Namun, Elsa mengatakan tidak ada masalah apa-apa. Elsa memberitahu kalau dirinya hanya merasa lelah dengan suasana perkotaan, jadi datang ke sini. Elsa juga mengatakan sudah memberitahu Sean kalau ia datang ke sini.    Wanita berusia 50 tahun dan bernama Yeri itu tidak bertanya apa-apa lagi setelah Elsa menjelaskan semua itu. Yeri masih yakin kalau Elsa sedang menghadapi masalah saat ini, tapi ia tidak akan bertanya apa masalahnya karena Elsa sepertinya tidak ingin menceritakan hal itu.    Elsa menghabiskan waktunya di panti asuhan sembari memikirkan apakah ini sudah saatnya untuk menyerah untuk segalanya. Pengkhianatan Sean telah menyentuh batas kesabaran Elsa, yang membuatnya ingin menyudahi semua ini secara diam-diam.    Setelah berpikir semalaman, Elsa akhirnya mengatakan keinginannya pada Sean. Sedangkan Sean nampak terdiam sejenak setelah mendengar kalimat Elsa. Sean agak tidak menyangka kalau Elsa akan benar-benar menyerah sekarang. Wanita bahkan sudah tahu tentang hubungannya dengan Yuna jauh sebelum ia menghamili wanita itu. Namun, sekarang, dia bersikap seolah baru mengetahui hal itu. Apa rasa sakit karena perselingkuhan dan mengetahui kehamilan Yuna terasa berbeda untuknya?   "Aku pikir, aku bisa bertahan untuk selalu menjadi istrimu, tapi aku mulai kehilangan keyakinan atas hal itu. Jadi, beritahu kesalahanku, lalu kita selesaikan semua ini." Elsa kembali bicara pada Sean. Di saat bersamaan, Elsa merasa kepalanya terasa semakin pusing.   Sean masih belum mengatakan apa-apa. Pria ini hanya menatap Elsa yang juga menatapnya. Ketika Sean akan bicara, Elsa justru jatuh pingsan. Sean dengan cepat menahan tubuh Elsa, agar tidak jatuh ke lantai.    Meski biasanya terlihat tidak peduli pada Elsa, kini Sean terlihat sangar khawatir ketika Elsa jatuh pingsan tepat di depan matanya. Sean langsung mengangkat tubuh Elsa dan membawanya pergi untuk mendapatkan perawatan. ••••   "Istri Anda tidak menjaga pola makannya dengan baik dan itulah penyebanya pingsan. Jika terus seperti ini, maka itu akan membawa pengaruh buruk untuk kandungannya." Itu adalah sedikit kalimat dari penjelasan dokter tentang kondisi Elsa.    Dari pemeriksaan itu, Sean tahu kalau Elsa benar-benar hamil. Tidak ada raut wajah bahagia saat Sean mendengar tentang kehamilan Elsa, sebaliknya, pria ini malah terlihat kesal karena berpikir yang Elsa kandung saat ini pasti anak William.     "Apa dia ingin membalas apa yang aku lakukan?" Sean bergumam sembari menatap Elsa yang saat ini masih terbaring di ranjang rumah sakit.    "William, apa dia ingin menghancurkan karirnya sendiri? Benar-benar merepotkan!" Sean kembali bergumam. Sean tidak peduli jika karir William hancur atau lenyap seketika, selama dia tidak terikat kontrak dengan perusahaannya. Namun, pada kenyataannya William adalah bagian dari K Entertainment dan perusahaan pasti akan dirugikan jika muncul skandal sebesar ini tentang William.    Beberapa saat setelahnya ponsel yang ada di dalam tas Elsa terdengar berdering. Sean mengambil ponsel itu dan nama William terlihat di sana. Karena Elsa pernah menjawab telepon dari Yuna tanpa izin darinya, maka sekarang Sean juga akan melakukan hal yang sama.    Sean menjawab telepon William, tapi ia tidak mengatakan apa-apa sampai akhirnya William mengatakan, "Elsa, apa kau tidak akan datang?"    "Datang ke kantorku sekarang juga! Kita perlu bicara." Dan inilah balasan dari Sean, lalu menyudahi panggilan itu.   Di sisi lain, Elsa yang tadi pingsan terlihat mulai sadarkan diri. Kedua mata Elsa perlahan terbuka dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah Sean yang sedang menggenggam sebuah ponsel dan itu terlihat seperti ponsel miliknya. Namun, bukan itu yang penting, yang penting adalah Sean kini menatapnya dengan tatapan tajam.   "Apa yang terjadi?" Elsa bertanya dengan nada yang lemah.    "Kau pingsan karena tidak menjaga pola makanmu, selain itu, dokter mengatakan kalau kau hamil," jawab Sean.    "Hamil?" Elsa tidak terkejut dengan hal itu, tapi ia takut karena melihat reaksi Sean saat ini. Tadinya, Elsa berharap kalau dirinya sungguh hamil, ia tidak ingin Sean mengetahui hal itu karena akan lebih baik jika tidak melihat reaksi tidak diinginkan dari pria itu.    "Aku akan bertemu dengan William untuk membicarakan hal ini, agar dia tidak gegabah dan melakukan tindakan yang akan merugikan perusahaan," ucap Sean.    "Kenapa harus melibatkan William? Ini anakmu, bukan anak William." Elsa bicara pada Sean.    Sean mengangkat salah satu sudut bibirnya setelah mendengar ucapan Elsa. Dia masih saja menyangkal, pikir Sean. "Apa untungnya kau mengatakan hal itu? Kau pikir, aku akan percaya, lalu berbahagia? Kita tidak pernah melakukan apapun, jadi bagaimana mungkin itu adalah anakku?"   Elsa menangis mendengar ucapan Sean. Elsa pikir sudah semua kalimat menyakitkan itu keluarkan untuknya, tapi Sean kembali bicara dan mengatakan, "Aku tidak menyangka kalau kau akan membalas apa yang aku lakukan dengan cara serendah ini. Sebenarnya, sejak kapan kau berhubungan dengan pria itu? Dan sudah berapa kali kalian bercinta sampai menghasilkan anak?"  "Cukup, Sean!" Elsa memberikan bentakannya. "Ini bukan anak William, tapi ..." Elsa mencoba untuk kembali bicara, tapi Sean menyela kalimatnya.   "Apa itu anak pria lain? Siapa? Biar aku cari orangnya." Inilah yang Sean katakan saat menyela kalimat Elsa.    "Sean, aku bilang, cukup! Kau sudah keterlaluan. Aku tidak serendah itu!" Elsa menekankan kalimatnya.    Sean tidak mengatakan apa-apa setelah Elsa meninggikan suara saat bicara padanya. Sean masih menatap Elsa dengan tatapan tajam, lalu pergi dengan raut wajah yang terlihat marah. Sean tidak tahu kenapa ia tidak bisa mengendalikan kemarahannya saat ini hingga semua kalimat itu keluar dari mulutnya. Entah pantas atau tidak itu dikeluarkan, Sean tidak peduli karena Elsa telah memancing kemarahannya.   Sementara Elsa masih terbaring di sana dengan air mata yang terus mengalir dari sudut matanya. Elsa tidak tahu harus bagaimana lagi agar Sean percaya padanya kalau ia tidak tidur dengan pria manapun, selain dirinya. Kalau saja ia bisa menahan kekesalannya dan tidak mengatakan kalimat yang membuat Sean berpikir ia benar tidur dengan William dan kalau saja William tidak mengatakan sesuatu yang membuat Sean salah paham, Elsa yakin keadaan tidak akan seburuk ini.  ••••   Di tempat lain, William saat ini sudah ada di ruangan Sean. William tidak mengerti kenapa Sean yang memjawab teleponnya, lalu pria itu tiba-tiba ingin bertemu dengannya, sedangkan Elsa tidak menjawab teleponnya saat ditelepon lagi. Meski enggan melihat wajah Sean, tapi William ingin tahu penyebab semua ini terjadi dan karena itulah ia memutuskan untuk datang.    Elsa tidak menjawab telepon William karena Sean masih membawa ponselnya. Saat ini, Sean sudah tiba di kantornya dengan sorot mata yang terlihat menakutkan hingga membuat orang lain takut untuk sekadar menatapnya.    Orang-orang yang bekerja di sini tadi melihat William datang, lalu masuk ke ruangan Sean. Sekarang, Sean datang dengan ekspresi yang begitu menakutkan dan langsung masuk ke ruangannya. Ini membuat mereka berpikir kalau William membuat kesalahan yang membuat Sean marah, tapi mereka tidak melihat skandal apapun dari aktor itu, selain berita menghebohkan kalau dia mengalami cedera saat proses syuting.    Sean masuk ke ruangannya, lalu menutup pintu dengan rapat bahkan sampai menguncinya agar tidak ada yang mengganggunya saat ia bicara dengan William. Sean langsung berjalan ke arah William, meraih kerah bajunya, dan sudah mengangkat kepalan tangannya untuk memukul pria itu tanpa peduli kalau saat ini dia dalam kondisi cedera.    "Apa yang kau lakukan?!" ucap William kesal, lalu mencoba melepas cengkeraman tangan Sean dari kerah bajunya.   Tadinya, Sean mencoba untuk menahan diri, tapi setelah mendengar suara William membuatnya memukul pria itu hingga jatuh tersungkur. "Jangan bertanya padaku apa yang sedang aku lakukan karena ini pantas untukmu!" ucap Sean setelah memukul William.    William mengusap sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Sean. William masih tidak mengerti kenapa Sean melakukan ini padanya, hingga akhirnya pria itu kembali bicara dan mengatakan, "Sudah aku bilang, berhati-hatilah saat kau menjalin hubungan dengan Elsa. Tapi apa? Kau malah menghamilinya. Bagaimana jika ada orang lain yang mengetahui hal itu? Kau bisa merugikan perusahaanku!"    William hanya menatap Sean selama beberapa saat, karena terasa sangat aneh jika dia sampai memberikan pukulan padanya karena rasa marah kalau ia akan merugikan perusahaan. Dan juga, kenapa Sean begitu percaya ada sesuatu di antara ia dan Elsa hanya karena kalimat itu?   William kini bangkit dan berdiri di depan Sean. "Aku ingin bertemu dengan Elsa. Ada di mana dia?" tanya William.    "Untuk apa? Aku tidak nemberikan izin padamu dan Elsa untuk mempertahankan anak itu. Aku mengajakmu bertemu hanya untuk memperingatkanmu untuk tidak melakukan tindakan apapun yang akan merugikan kita semua ...."   "Kita semua?" William menyela kalimat Sean.    "Dengan tidak mempertahankan anak itu, apa kau pikir Elsa tidak akan dirugikan? Dan, kau tidak perlu bersikap sampai seperti ini karena jika apa yang kau katakan tersebar, maka yang paling dirugikan adalah aku, bukan kau. Kau yakin melakukan ini hanya karena perusahaanmu, bukan karena kau marah karena kau beranggapan istrimu dihamili oleh pria lain? Karena kau sudah memberikan perasaanmu padanya." William kembali bicara pada Sean.    Sorot mata Sean terlihat semakin tajam setelah mendengar ucapan William. "Kau tahu apa tentang diriku? Berhentilah bicara omong kosong dan turuti apa yang aku katakan. Gugurkan anak itu, karena Elsa masih menjadi istriku, dan belum saatnya untuk membongkar hubungan kalian. Aku juga tidak begitu baik untuk menerima anak orang lain di dalam keluargaku!" Sean terus menekankan kalimatnya.   Meski hubungan Sean dan Elsa tidak baik, tapi entah kenapa William merasa kalau Elsa tidak seperti yang Sean pikirkan. Bahkan jika saat mabuk Elsa mengakui kalau dia ingin bercinta dengannya, tapi dia juga mengakui kalau itu karena rasa kesalnya pada Sean, dan Elsa bahkan langsung meminta penjelasan tentang kejadian malam itu. Dari sana, William merasa kalau Elsa bukanlah wanita yang akan membiarkan dirinya disentuh oleh pria lain. Lalu, apa yang terjadi?    Saat ini, William bisa saja mengatakan semua kebenaran tentang Yuna, lalu menyudutkan Sean karena buktinya dia telah menghamili wanita lain dan entah apakah Elsa sudah mengetahui itu belum. Tapi tidak, William tidak ingin membongkar itu sekarang karena pertunjukkan untuk Yuna tidak akan seru.    "Ada di mana Elsa saat ini? Aku perlu bicara dengannya." Untuk kedua kalinya William menanyakan keberadaan Elsa pada Sean. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD