Part 3

1477 Words
Semalam ... William menatap Elsa yang saat ini telah terbaring di ranjang. Pandangan pria tampan ini beralih pada baju bagian atas Elsa yang terbuka dan nyaris memperlihatkan d**a. William masih ingat apa yang tadi ia katakan, yaitu mengajak Elsa bercinta dan ini adalah waktu yang tepat. William berpikir kalau melakukan itu dengan Elsa akan membuat Yuna kesal dan itu bisa membalaskan rasa sakit hatinya, tapi ia tahu itu tidak pantas untuk dilakukan pada Elsa. Elsa juga sakit hati pada Sean, tapi pelampiasan seperti itu bukanlah hal yang dia inginkan. Akal sehat William masih bekerja dengan sangat baik, karena itulah ia membenarkan pakaian Elsa, lalu menarik selimut untuknya. Dari banyaknya orang di dunia ini Tuhan memilih Elsa dan dirinya untuk derita seperti ini. Takdir memang tidak adil. Yang berselingkuh hidup dengan bahagia, sedangkan yang diselingkuhi menanggung penderitaan. Kenapa harus ada perselingkuhan di dunia ini? William menatap Elsa selama beberapa saat, lalu keluar dari kamar itu. Wanita itu sudah bekerja keras sepanjang hari, jadi ia tidak akan mengganggu istirahatnya. Wiliam menutup pintu kamar Elsa dengan sangat hati-hati karena takut mengganggu Elsa. Sekali lagi, William mengingat ada di mana dirinya saat ini dan siapa saja yang ada di sini. Ini adalah rumah Sean dan Yuna sedang berada di salah satu kamar di rumah ini, dia bersama selingkuhannya dan mungkin sedang bercinta. Menyebalkan sekali saat harus mengingat hal itu lagi. "Kenapa kau ada di rumah ini? Kau bahkan keluar dari kamar Elsa." Lalu ada sebuah suara membuat langkah kaki William seketika terhenti. William memutar badannya dan ia melihat Sean yang berdiri tidak jauh darinya. Pria itu melihatnya keluar dari kamar Elsa? Bukankah ini menarik? "Apa yang kau lakukan sampai tidak tahu kalau aku datang? Aneh sekali tuan rumah tidak tahu kalau ada tamu yang datang. Aku bahkan sudah cukup lama di sini. Aura di rumah ini benar-benar tidak baik. Apa rumor keretakan rumah tanggamu dan Elsa benar adanya?" ucap William. "Ada apa dengan tingkahmu ini? Aku perhatikan kau semakin berani padaku. Apa karena popularitasmu yang semakin menanjak membuatmu lupa bagaimana cara menghormati orang yang posisinya lebih tinggi darimu?" William menarik salah satu sudut bibirnya setelah mendengar ucapan Sean. Kalau saja pria itu tahu alasan di balik perubahan sikapnya. "Maafkan aku. Aku agak lelah setelah menghabiskan malam dengan Elsa. Aku permisi." William tersenyum pada Sean, lalu pergi. "Menghabiskan malam?" gumam Sean. Ia tidak percaya kalau Elsa sungguh melakukan hal itu dan itu terjadi di rumahnya. Menjijikan sekali! •••• "Aku hanya mengatakan menghabiskan malam denganmu dan itu memang benar, kan? Semalam, kita minum, jadi aku mengatakan itu saat dia melihat kehadiranku dan bertanya kenapa aku di sana. Memang apa yang Sean katakan padamu? Kita melakukan apa?" setelah diam selama beberapa saat William akhirnya menjawab pertanyaan Elsa. "Sungguh tidak terjadi apa-apa, selain kita minum, lalu kau mengantarku pulang?" Elsa kembali bertanya untuk membuat dirinya sendiri percaya bahwa apa yang Sean katakan tidaklah benar. William tersenyum mendengar Elsa yang berulang kali menanyakan hal yang sama. Meski mulut Elsa mengatakan ingin bencinta dengannya, pada kenyataannya dia tidak pernah menginginkan hal itu. Beruntung hal itu tidak pernah terjadi, atau entah akan sebesar apa kebencian Elsa padanya. Wanita itu terlalu baik, jadi ia tidak akan sanggup melihat kebenciannya. "Sungguh tidak terjadi apa-apa. Apa Sean salah memahami ucapanku? Aku akan bicara lebih hati-hati ke depannya," ucap William. Elsa sudah cukup tenang saat ini. Ia percaya pada William kalau hal itu memang tidak pernah terjadi. Namun, ada hal yang mengganggu pikirannya. "Selain aku dan Sean, apa kau melihat orang lain semalam? Kau juga pasti sudah tahu kalau aku tidak tidur di kamar yang sama dengan Sean. Terjadi sesuatu di antara kami, jadi hal itu terjadi. Tolong jangan katakan ini pada siapa pun." Ingin sekali William mengatakan kalau ia sudah mengetahui itu sebelum datang ke rumah itu. Ia tahu apa yang terjadi, hanya tidak tahu kenapa Elsa masih bertahan dengan pria berengsek itu, padahal dia tidak ada dalam posisi sepertinya. "Aku akan menganggap diriku tidak melihat apapun. Aku bukan orang yang suka membicarakan hidup orang lain karena hidupku saja belum terurus dengan benar, jadi kau tidak perlu khawatir." William meyakinkan Elsa. "Baiklah. Terima kasih," ujar Elsa. "Kau terlalu gampang berterima kasih. Sudahlah, ayo berangkat, kita hampir terlambat. Tidak terjadi apa-apa, jadi fokuslah bekerja. Mengerti?" William menatap Elsa. "Aku mengerti. Ayo." Elsa berjalan mendahului William dengan memasang wajah keceriaan yang palsu. Tidak jauh berbeda dengan Elsa, William juga memasang wajah ceria yang penuh dengan kepalsuan. Orang-orang menganggapnya sebagai sosok pria yang sempurna dan ia harus hidup seperti keinginan orang lain hingga harus menyembunyikan sosok penting dalam hidupnya. Saat akan berangkat ke lokasi syuting bersama William, Elsa dibuat bingung karena sekretaris Sean tiba-tiba menghampirinya dan mengatakan kalau ia tidak perlu berangkat bersama William dan tidak perlu lagi mengurus pekerjaan aktor itu, sebab seseorang telah menggantikannya. "Apa yang terjadi? Elsa adalah manajerku, rekan kerjaku, bagaimana bisa menggantinya tanpa bicara dulu padaku?" William bicara dengan nada kesal pada wanita bernama Lucy itu. "Maafkan saya. Saya hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh Tuan Sean. Ini adalah orang yang menggantikan Nona Elsa, namanya Mina." Lucy memperkenalkan seorang wanita yang seusia dengan Elsa dan dia adalah manajer baru William. "Ahh, orang itu sangat menyebalkan. Apa dia cemburu? Bukankah dia bilang tidak peduli pada Elsa?" William bergumam, kemudian pergi untuk menemui Sean. "Kau mau ke mana?" tanya Elsa dan ia pergi mengikuti William. •••• Saat ini, William sudah berada di ruangan orang dengan kekuasaan tertinggi di tempat ini, siapa lagi kalau bukan Sean. William membuka pintu ruangan Sean dengan sedikit tidak sopan karena tidak menyukai keputusan Sean yang melakukan sesuatu sesuka hatinya hanya karena dia memegang kekuasaan. Sean yang sedang duduk di kursi kebesarannya kini menunjukkan wajah kesalnya karena William yang masuk dengan sangat tidak sopan. "Kau benar-benar tidak punya sopan santun," ucap Sean. "Aku kehilangan sopan santunku karena dirimu. Aku tahu kau adalah pemimpin di sini, tapi apa itu berarti kau bisa mengganti manajerku tanpa bicara dulu denganku? Apa kau marah karena semalam ...." "William, tahan dirimu." Elsa berusaha menenangkan William yang akhir-akhir ini memang seperti tidak cocok dengan Sean dalam hal apapun. Apa yang Sean lakukan saat ini memang kurang tepat karena dia tidak membicarakan hal ini dulu, tapi ia sudah melihat ketidakcocokan di antara Sean dan William jauh sebelum ini dan entah apa penyebabnya. "Keluar kau! Aku ingin bicara dengan mereka berdua." Sean bicara pada Lucy yang baru saja masuk ke ruangannya. Lucy langsung keluar dari ruangan Sean dan menutup pintu dengan rapat. Sedangkan Sean kini kembali menatap William yang terlihat sangat marah dan kesal. Hubungan William dan Elsa sepertinya lebih dalam dari yang ia kira hingga William sangat marah saat Elsa harus digantikan oleh orang lain. "Aku tidak masalah jika kalian menjalin hubungan, tapi aku tidak mau itu terlihat jelas. Sungguh, William, kau bisa mengambil wanita ini, tapi aku tidak mau publik mengetahui hal ini, jadi aku harus memisahkan kalian dalam hal pekerjaan." Sean bicara dengan santai pada William. "Aku bukan barang yang bisa kau berikan begitu saja! Dan aku tidak memiliki hubungan apapun dengan William." Dan Elsa terlihat sangat marah mendengar ucapan Sean. Apa harus serendah itu Sean memandang dirinya? "Tapi aku menganggapmu seperti itu. Sungguh, kau tidak perlu menutupi ini lagi. Aku muak mendengarmu terus menyangkalnya." Sean membalas ucapan Elsa dengan begitu santainya. "Lihat? Seperti inilah hubungan kami. Aku tidak akan menutupi apapun darimu, tapi aku harap kau menutupi ini dari publik. Ini tentang citra perusahaan dan juga dirimu. Apa sudah jelas?" Sean menatap William dan Elsa secara bergantian. "Berapa kali harus aku katakan ...." "Ya, semua sudah jelas. Ini adalah alasan konyol yang dipaksa untuk terlihat baik. Aku sangat memahaminya. Permisi." William menyela kalimat Elsa, lalu keluar dari ruangan itu sembari menggandeng tangannya. Sean yang masih duduk di tempatnya menatap dengan sangat baik bagaimana William menggandeng tangan Elsa. "Menyebalkan," gumam Sean. •••• "Lepaskan aku!" Elsa menepis tangan William dan ia ikut kesal pada pria itu. "Apa yang kau pahami? Kau seharusnya menjelaskan kalau tidak ada apa-apa di antara kita berdua!" ucap Elsa yang menekankan kalimatnya. "Dengar, aku tidak ingin ikut campur dalam masalah kalian, tapi kau tidak lihat bagaimana dia memandang dirimu dan pernikahan kalian? Kau tidak harus menunjukkan sisi baikmu pada seseorang yang tidak menghargaimu. Kau tidak perlu menjelaskan apapun karena Sean tidak akan pernah mau mendengarkanmu. Orang seperti dirinya hanya ingin melihat sisi burukmu saja." William bicara panjang lebar pada Elsa. "Lalu, aku harus membuat diriku tampak buruk di matanya? Aku tidak bisa hidup seperti itu." Elsa membalas ucapan William. "Kalau begitu, berhentilah melakukan semua ini. Kenapa kau harus membuat dirimu menderita?" ucap William dan setelahnya pergi meninggalkan Elsa karena ia harus segera tiba di lokasi syuting. Elsa menatap punggung William, pria yang pergi begitu saja setelah mengatakan kalimat yang membuatnya terkejut dan bingung. William baru mengetahui ketidakharmonisan rumah tangganya, tapi dia bicara seolah sudah mengetahui banyak hal hingga terkesan menyarankan perpisahan dengan mudahnya.  ••••• Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD