31. Class Meeting

1188 Words
Jadi tugas pertama Elin dalam kegiatan clubnya adalah melakukan patroli di sekolah. Di bahu tangan para anggota club sudah melingkar nama club penelitian. Saat menjalankan tugas patroli mereka harus mengenakan identitas agar mudah dikenali. “El, karena ini tugas pertamamu sebaiknya kamu melakukan patroli bersama Mahdi. Dan ini daftar tugas yang harus kamu ceklis saat sudah selesai mengerjakannya. Mahdi akan membantu dan menjelaskan, mengerti ‘kan?” Riga menunggu jawaban Elin yang memberi anggukan kepala. “Tanyakan apa saja, dan percayakan padanya.” Pesan Riga “Kau pikir dia anak kecil.” Tak tahan Mahdi melihat Riga dengan sikap berlebihannya. “Oke Riga, aku mengerti.” Elin sengaja mengacuhkan Mahdi. Sikap tak bersahabat Mahdi pada Elin masih belum berubah atau mungkin bertambah buruk, mungkin juga itu perasaan Elin saja. Lalu Riga pergi meninggalkan dua orang yang saling tidak akur itu. Rute area patroli Mahdi dan Elin meliputi fasilitas sekolah di luar gedung utama. Sementara Riga bertanggung jawab pada bagian dalam gedung utama. Elin dan Mahdi mulai berjalan melakukan tugasnya. “Tapi, bukankah ini biasanya tugas bagian keamanan sekolah?” Di sekolah lama Elin seperti itu, perawatan fasilitas sekolah menjadi tanggung jawab pengurus gedung. “Apa pun kegiatan club yang bermanfaat, pihak sekolah pasti memberi dukungan dan izin. Lalu dengan club kita melakukan berbagai kegiatan positif dan memberi contoh baik, menghasilkan sumber dana bagi club, juga menunjang nilai partisipasi keaktifan di sekolah.” Dengan kata lain yang coba Mahdi sampaikan adalah kegiatan ini sombiosis mutualis. Benar juga, Elin paham sekarang. Club sekolah baik inti atau perkumpulan tidak bisa hanya sekedar senang-senang dan main-main. “Lalu saat camping bagaimana?” Elin penasaran bagaimana kegiatan club saat berkemping mereka kemas dalam laporan club. “Camping? Itu...” Tunggu, saat itu Mahdi bukan anggota club jadi ia juga kurang tahu pasti detail ceritanya. Apa boleh buat ia mengatakan hal yang teringat saja dari cerita Iki ketika mereka melakukan camping. “Untuk MT, kami juga melakukan campaign global plogging di area yang menjadi lokasi camping.” Mahdi rasa penjelasannya sudah mencukupi. “Lalu kenapa club vakum selama itu hingga dana dihentikan?” Tanya Elin lagi. “Sudah tanya-jawabnya, kita kerjakan tugas dulu.” Mahdi menghindar menjawab pertanyaan Elin. “Tapi Riga katakan padaku tanyakan apa pun padamu...” Gumam Elin yang langkahnya tertinggal karena Mahdi berjalan lebih cepat. Di lapangan sekolah berbagai kegiatan olahraga memenuhi dan menyemarakkan suasana class meeting. Kompetisi di gelar, ini saatnya ajang adu kemampuan dan bakat fisik. Di lapangan tengah bisa Elin lihat beberapa anak yang berasal dari kelasnya sedang bertanding bola sepak, termasuk Iki berada di sana menguras keringat mengejar bola. “Iki menyukai olahraga?” Tidak pernah terpikir oleh Elin, Iki anak seaktif itu. Karena kerjaannya di kelas banyak bengong tidak jelas dan tidak menunjukkan ketertarikan pada apa pun. Ah, jika Elin mengingat-ingat. Iki memang tidak pernah absen dari mata pelajaran olahraga, padahal di pelajaran lain ia suka tidak berada di kursinya atau dengan sengaja datang terlambat. “Elin!” Panggil Mahdi. “Kenapa kamu melamun di sana? Cepat kemari.” Perintahnya tidak sabar. Jangan salah mengerti, Elin bukan melamun karena asik memperhatikan Iki. Tapi ia melihat sosok lain yang menarik perhatiannya. Carol tidak biasa terlihat di tempat umum yang ramai dan terbuka, biasanya keberadaan Carol tidak dapat ditemukan pada waktu bebas. Dan hal yang tidak biasa terlihat itu membuat Elin penasaran. *** Secara garis besar yang club penelitian lakukan dalam kegiatan tugas mereka berpatroli adalah pertama, memeriksa fasilitas umum di sekolah dalam keadaan baik dan layak, bila ditemukan kerusahan akan mereka catat sesuai keterangan kondisi fasilitas itu. Contohnya seperti fasilitas mesin penjual minuman, toilet, CCTV, alat-alat olahraga dan lain sebagainya. Kasus paling banyak ditemukan seperti fasilitas yang dirusak dengan mencorat-coret menggunakan pilok, itu mengganggu keindahan sekolah maka harus segera diganti atau dibersihkan. “Selanjutnya apa? Apa masih banyak tersisa?” Tanya Elin kelelahan, kakinya pegal. Rasanya ia sudah mengelilingi seantero SOPA. Dan pekerjaan ini ternyata cukup melelahkan karena harus berpatroli di kawasan SOPA yang luas, memeriksa satu demi satu setiap fasilitas yang ada dalam daftar. Mungkin Elin sudah meremehkan kegiatan club perkumpulan. Tidak, sejak awal Elin memang tidak ingin ikut kegiatan club kalau saja dia bisa memilih. Mahdi melihat list pada lembaran kertas yang dipegangnya. “Kita masih harus memeriksa alat perlengkapan olahraga di ruang penyimpanan, letaknya di dalam aula.” Terangnya, menjawab pertanyaan Elin. Elin berpegangan pada apa pun yang berada paling dekat dirinya, mendengar kabar buruk dari Mahdi hampir membuatnya ambruk. “Apa? Aula juga?” “Kau lelah? Perlu kita istirahat dulu?” Mahdi lihat Elin sudah bermandi keringat karena cuaca panas mulai menyerang, mereka sudah berada di area terbuka hampir 3 jam dan tanpa rehat. “Tidak, aku ingin ini cepat selesai. Ayo, kita ke aula sekarang.” Ajak Elin, sebelum hari semakin siang. Terlepas dari apa saja yang club penelitian lakukan, bagi siswa lain yang terpenting dan menjadi pusat perhatian adalah kompetisi yang masih berjalan. Di aula sedang berlangsung tanding basket, begitu masuk ke dalam aula gema sorak dan dukungan membahana. “Apa pertandingannya seseru itu?” Pikir Elin. Ketika dilihat lagi-lagi sosok yang pertama tertangkap dalam pandangan mata Elin adalah Iki. Dan bila disimak dengan seksama sorakan penonton itu jelas menggaungkan satu nama. “Iki lagi?” Ucap Elin tak mempercayai penglihatannya. Dirinya yang berjalan keliling area sekolah saja begini lelahnya, bagaimana dengan Iki yang sudah ikut dua cabang pertandingan olahraga. “Gorila, apa dia tidak lelah?” Gumam Elin. “Kau tidak tahu Iki itu sangat suka olahraga? Bukan hanya suka tapi dia juga mahir dalam banyak cabang olahraga.” Ya tidak ada yang meragukan bakat olahraga Iki, sekali pun Mahdi tidak mengatakannya Elin bisa melihat kemampuan Iki di lapangan. Ya hal itu tidak aneh buat Elin, yang gadis itu maksudkan, “Apa dia tidak merasa lelah?” “Apa kamu merasa lelah saat melakukan hal yang kamu sukai?” Baiklah, Elin dan Mahdi memang bukan teman bicara yang cocok. Apa pun yang Elin katakan selalu Mahdi patahkan dengan segera. “Tampaknya pertandingan ini sudah jelas hasil akhirnya.” Sorakan kembali membahana ketika tim Iki memenangkan pertandingan, dengan angka yang berhasil Iki cetak di detik-detik akhir pertandingan. Perbandingan nilai terlampau jauh bagi tim yang tertinggal untuk mengejar angka. Tapi hal lain yang mengganggu pikiran Elin adalah sorakan dan dukungan penonton yang mayoritas datang dari kaum wanita ini apakah ditujukan untuk Iki. “Apa popularitas Iki memang sebesar itu?” Elin bicara pada dirinya tapi suaranya terlampau jelas. Mahdi teringat pesta malam tadi. “Kenapa? Kau cemas karena tunanganmu itu punya banyak penggemar?” Walau Mahdi tahu jelas bukan itu alasannya. “Tunangan, tunangan...” Gerutu Elin dalam hati. Padahal hampir saja ia melupakan status tunangan itu karena dibuat sibuk dalam kegiatan club. Elin memilih tidak ingin berkomentar dan menunjukkan minim minat pada topik ini. “Kau beruntung dan bisa merasa tenang karena sepanjang hidup Iki, juga dalam lingkup kesehariannya hanya ada satu nama teman wanita yang ia anggap ada dan akui keberadaannya.” Hal yang sama berlaku pada empat sekawan dan begitu juga Mahdi. “Oh, baiklah... Dan aku tidak berharap untuk tahu siapa dia.” Dalam pikiran Elin tidak ambil perduli, berlalu pergi sebelum Mahdi berkata lebih banyak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD