Xavier dan Rashi diantar oleh mobil inventaris Marlon menuju ke Bandara Juanda, Surabaya. Rashi tak henti-hentinya tersenyum seperti orang gila. Ia bahkan masih belum percaya bahwa ini nyata. Ia benar-benar akan pergi berdua saja dengan Xavier. Meskipun ini hanya urusan pekerjaan, tapi tetap saja, kan? Kapan lagi kesempatan emas seperti ini akan datang. Rashi sudah terlalu banyak susah seumur hidupnya. Roda itu berputar, Bung. Sudah saatnya Rashi berada di atas, menikmati sisi baik dan bahagia dalam hidupnya. Tuhan memang Maha baik. Sampai di bandara Juanda, Xavier sebenarnya tidak bermaksud meninggalkan Rashi. Hanya saja gadis itu terlalu sibuk mengagumi ketampanan sang Pujaan Hati, sehingga langkahnya yang sudah pendek, menjadi semakin pendek dan lambat. Seperti Barra yang mengagumi