23 | Persaingan Dua Bosgeng

1053 Words
WAKTU sudah menunjukkan pukul empat sore. Setelah tadinya sempat melakukan beberapa kegiatan, sekarang giliran waktunya untuk makan. Semua murid sudah berkumpul di depan tenda masing-masing. “Aryan, buruan sini! Waktunya makan nih!” teriak Naufan yang kini sibuk membagikan nasi kotak dengan stempel restoran terkenal, yang dibagi panitia kemah tadi. Dia sudah seperti emak-emak yang ngasih makan buat anak-anaknya. Awalnya agak gondok. Kalau sudah tau ujung-ujungnya bakalan dikasih nasi kotak setiap mau makan, ngapain coba dia harus repot-repot bawa beras sekarung, kompor, dan alat memasak lainnya? “Yan, ngapain lo nongkrong di pohon kelapa? Mau nyari wangsit? Atau pesugihan?” kelakar Denta yang sudah duduk melingkar di depan tenda, bersama anak-anak kelasnya. “Enak aja tuh mulut ngomong. Mau metik kelapa gue, tapi susah banget,” kata Aryan, diangguki oleh Naufan dan Alka yang berniat memetik kelapa juga bersama dengan pemuda itu. “Dah, cepetan sini! Lo mau jatah makan lo dihabisin sama galang?” seru Alvaro, membuat Galang langsung mengumpat. “Enak aja. Gue juga bayar kali!” Aryan langsung mengambil nasi kotak, kemudian ikut duduk melingkar di depan tendanya. Menggeser Nafa yang duduk di sebelah Denta. “Modus lo, Bangs*t!” “Awas, Yan. cowoknya ada di sekitar kita sekarang.” “Eh guys, ada yang bawanya shampoo nggak sih? Gue lupa, nggak bawa dari rumah. Masa iya empat hari kemah, gue nggak keramas?” tanya Tsabita yang duduk di sebelah Rafka. Denta angkat tangan. “Gue bawa, tapi lo kayaknya nggak boleh pakai shampoo gue deh.” “Lah, emang kenapa?” “Shampoo gue Sunslik Hijab. Lo kan non-muslim, Nyet,” balasnya tenang. “Nggak ada hubungannya pinter!” balas Aryan nge-gas. “Thanks, gue emang pinter,” katanya sambil mengibaskan rambut. Aryan istighfar aja melihat Denta. “Ngapain lo duduk di sebelah cewek gue?” Suara bass seseorang terdengar. Gasta Nismara Alvredo. Pemuda itu tiba-tiba datang sambil membawa ketiga pasukannya. Nugraha terlihat sudah menegakkan tubuh sambil tersenyum miring menatap para cewek di kelas Denta. Leo belagak sok keren, membenarkan jambul dengan satu tangannya, sedangkan satunya lagi memegang dua nasi kotak. Alex, cowok itu sudah mengambil tempat duduk di sebelah Alka,sepupu Gasta. Rencananya, mereka berempat berniat untuk ikut makan bersama siswa 12 IPS 3. Tentu saja karena paksaan Gasta tadinya. Kedua tangan Gasta sudah terlipat di depan d**a, dengan rahang sedikit dinaikkan. Pemuda itu menatap Aryan tidak suka, membuat semua murid jadi langsung saling senggol seolah memberi kode satu sama lain. “Apa sih, duduk doang lo ributin. Ingat ya, Denta itu temen sekelas gue. Lah lo, ngapain coba ke sini?” balas Aryan sewot. “Nyamperin cewek gue,” balas Gasta langsung pedas. “Pergi lo!” Aryan mendelik jengkel. “Lo pikir lo siapa hm? Main asal ngusir gue? Lo belom tau siapa gue?” kata Aryan sewotan. “Anj*r, nggak ngaca!” Masih nanya lagi dia siapa? Monyet ragunan aja nyadar kalau muka dia mirip Aryan. “Lo tuh yang nggak ngaca!” balasnya lagi. Gasta mendecih saja, enggan meladeni lagi. Kemudian dengan tidak tau diri nyempil duduk di antara Denta dan Hauri. Jadi sekarang posisinya, Denta sedang berada di tengah-tengah Aryan dan Gasta. “Le, nasi kotak gue mana?” tanyanya pada cowok putih itu. Leo yang sudah duduk di sebelah Raghil, langsung menyodorkan nasi kotak milik Gasta. “Gas, lo mau ditikung Aryan katanya,” kompor Galang, membuat Aryan langsung melotot garang. “Iya, Gas. Kata Aryan, lo jelek, dia lebih ganteng,” sahut Hauri. “Gas, masa iya semalam Aryan bilang ke gue, kalau cintanya ditolak, dukun bertindak!” “k*****t lo semua!” pekik Aryan tidak terima. “Lo percaya sama ucapan manusia-manusia ampas kayak mereka?” tanya Denta pada Gasta. Awalnya, cowok itu masih diam, tapi tidak lama langsung tersenyum tipis. “Nggak,” balasnya. Namun hal itu tidak berlaku untuk Aryan. Buktinya Gasta masih melirik cowok itu sinis dari tadi. “Denta lo tau nggak?” pekik Nugraha tiba-tiba. “Nggak!” “Elah, curut antartika, gue belom kelar ngomongnya,” sahutnya sewot. “Apaan?” tanya Denta kepo. “Entar malem kami mau tampil nge-band loh,” kata Nugraha menyombongkan diri. Seperti anak kecil, yang pamer ke temennya, kalau punya mainan baru. “Oh, bagus dong. Ngomong-ngomong urusannya sama gue apa ya?” tanya Denta pedas. “Sempak kuda, gue nih mau sombong ceritanya,” sahutnya jengkel. “Oh.” “Nunu! Gue juga dong. Mau tampil drama jadi putri tidurnya malah,” sahut Denta tidak kalah sombong. Nugraha jadi ngumpat, niat hati pamer, malah dipamerin balik sama Denta. Sedangkan anak-anak lain, cuma menggeleng, tak habis pikir dan mulai memakan nasi kotak mereka. “Heh, yang lain pada anteng makan, kok kelas ini ramai banget sih?” omel Pak Virgo--guru olahraga angkatan kelas sebelas, SMA Sevit. Anak-anak jadi kicep. Sampai bola mata Pak Virgo beralih pada Gasta, Nugraha, Leo dan Alex. “Loh, kamu kan anak didiknya Pak Ryan. Anak Dharma Wijaya kan?” tanya Pak Virgo pada Gasta. “Iya, Pak,” balas Gasta tenang, sambil melanjutkan makannya. “Kenapa di sini? Diusir sama temen-temen sekelas kamu?” tanyanya lagi. “Mau ngapel Denta, Pak!” balas semua anak kompak, membuat Denta sampai berjenggit kaget. Kini bukan hanya Gasta dan geng yang ikut nimbrung ke kelas Denta. Tapi setelah Pak Virgo datang, Dira dan geng dari Dharma Wijaya juga ikut menghampiri mereka. “Denta!” teriak Dira dan Gista yang berlari ke arahnya. Disusul Ivon di belakang mereka. Sontak saja semua anak cowok 12 IPS 3 langsung berbinar cerah, melihat tiga gadis cantik itu. Baru saja mulut mereka hendak menggodai, seruan Alex berhasil membuat mereka mingkem lagi. “Yang tinggi udah cewek gue. Nggak usah macem-macem!” katanya setengah mengomel. Pandangan Alex beralih pada Dira. “Eh, Sayang Dira. Mau nyamperin gue ya?” tanyanya sambil cengengesan. Dira mendelik. “Diem dulu kek lo! Gue botakin nih ya!” ancamnya galak, membuat semua orang tertawa. “Nta, si Karrel berantem!” lapor Gista membuat Denta mengerutkan keningnya bingung. “Hubungannya sama gue?” “Jayden bukannya sepupu lo ya? Jayden anak Cendrawasih,” kata Dira diangguki Denta. Sementara Gasta cuma bengong menatap Denta, seolah mengatakan, lo punya sepupu anak Cendrawasih? “Terus?” “Dia cowok yang lagi berantem sama Karrel. Cepetan, Nta! Parah sih, sampai berdarah-darah,” kata Gista panik, membuat Denta mau tak mau langsung berdiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD