29 | Tom and Jerry

1445 Words
SUDAH dua minggu semenjak kemah gabungan empat sekolah selesai, hubungan Gasta dan Denta selalu baik-baik saja. Mereka selalu lovey dovey dalam setiap kesempatan, walau tidak sealay Dira dan Alex. Dua Minggu terakhir ini, Gasta berubah menjadi sosok yang lumayan penyayang--perlu digaris bawahi, lumayan. Cowok itu rajin sekali antar jemput dirinya, mengajak kencan di akhir pekan bahkan sesekali Gasta akan berkunjung ke rumahnya untuk menemani Denta menonton drama Korea. Katanya, cowok itu tidak mau melihat--kejadian Aryan dan Denta nonton drakor bersama. Makanya dia yang meluangkan waktu untuk menemani Denta nonton. Meski begitu, tidak memungkiri kedua belah pihak, masih sering cekcok, meributkan hal-hal yang tidak penting. Keduanya sama-sama keras kepala tidak ada yang mau mengalah. Seperti Gasta mengomeli Denta karena cewek itu memberikan makanan untuk Chimy--anak asuh mereka dengan makanan kucing yang tidak bermerek atau mungkin Denta yang mengamuk akibat Gasta tidak mau merekam dirinya yang hendak membuat video endorse. Sore ini hal yang sangat-sangat langka terjadi. Kapan lagi ada pemandangan seperti ini di Gotta Go Kafe. Anak SMA Dharma Wijaya dan SMA Sevit duduk bersama di salah satu bangku. Siapa lagi kalau Gasta CS dan Aryan CS. Ditambah Hauri, Denta, Gista dan Dira. Aryan CS diisi Galang, Aryan, Raghil dan Oky. Sementara Gasta CS, diisi Alex dan Nugraha. Leo tidak bisa ikut karena terserang pilek katanya. Tom and Jerry-nya dua kubu sekolah, alias Gasta dan Aryan akhirnya akur. Sebenarnya bukan akur sungguhan, lebih tepatnya mereka terpaksa harus duduk bersama karena Denta yang meminta. Dari semalam, Denta sudah ada janji dengan Dira, bahwa mereka akan nongkrong bersama. Dira juga bilang, akan mengajak Gasta sekalian. Eh ternyata, siang tadi sebelum pulang sekolah, Hauri juga mengajaknya ke Gotta Go kafe, bersama Aryan CS. Daripada menolak salah satu, akhirnya Denta memutuskan untuk menggabungkan meja dan kursi agar bisa ditempati ramai-ramai. “Apa cuma gue yang kalau makan kuaci, kulitnya dulu yang dijilat, baru dikupas?” kata Galang dengan mimik wajah polosnya. “Oke guys, jadi gue mau nge-review, liptint ini ke kalian. Bagus banget loh.” Denta, gadis cantik berpipi bulat itu masih terus menatap layar ponsel yang merekamnya dan nyerocos tidak mau berhenti. Di tangannya terdapat sebuah liptint hasil endorse dari produk ternama. Denta lupa untuk membuat video liptint ini, jadi sekalian dia buat sekarang. Mumpung dia lagi berada di tempat yang bagus untuk membuat video endorse. Di sebelahnya ada Aryan dan Gasta yang cuma melongo, tidak tau meski berkata apa. Berbeda dengan Dira dan Alex yang justru sibuk membuat tik tok, sampai rusuh tidak terkendali, karena Dira yang mengamuk, gara- gara Alex selalu salah membuat gerakan tangannya. “Halo!” Aryan takmauketinggalan, membuat Denta mengumpat. Dan langsung mendorong wajahnya dengan sebal. “Apaan sih, Yan? Ganggu,” katanya. “Cih, cuma mulut-mulut selebgram emang, yang paling licin sejagat raya,” cibirnya pelan, membuat Denta melotot refleks menabok bahu Aryan. “Dapat endorse, Nta?” tanya Gista langsung nibrung, padahal tadi masih sibuk ngobrol sama Galang. Denta mengangguk, sambil nyengir kemudian. Mengarahkan cermin kaca di dekatnya pada gadis itu, sambil memberikan liptint di tangannya pada Gista. “Cobain deh! Bagus banget di bibir gue,” ocehnya. Gasta yang duduk di sebelahnya cuma melirik. Dalam hati sudah membatin, padahal sama saja seperti liptint-liptint Denta sebelumnya. “Nta, gue juga mau dong. Biar bibir gue yang agak hitam kebanyakan rokok, jadi agak merah,” seru Raghil tiba-tiba, membuat Hauri--pacarnya membelalak tak percaya. “Sekalian, entar videoin gue juga. Terus tag i********: gue, Raghil satu dua tiga,” cerocosnya. Aryan melengos, “Nggak sekalian Ghil, Raghil satu dua tiga sayang semuanya?” protesnya bersungut. “Sumpah, dia yang punya username, gue yang malu,” sahut Denta sambil menggeleng. “Apalagi gue, Nta, yang punya laki bogel begini? Malu, Nyet, malu abis gue,” celoteh Hauri. Raghil mendelik sebal, langsung melengos pura-pura ngambek. Denta tertawa. “Bikin story i********: aja, ah. Udah lama banget, semenjak sering ngirit kuota, gue nggak pernah bikin snapgram,” cerocos Denta lagi-lagi tidak bisa diam. Denta tersenyum lebar, mengambil ponselnya yang tadi sengaja dia senderkan pada gelas kaca, untuk membuat video endorse liptint. Daripada ikut nimbrung obrolan sampah Oky dan Galang, mendingan membuat snapgram saja. Dengan semangat empat lima, cewek itu mulai condong ke kanan, berniat mengajak Gasta berfoto. Tapi Gasta menolak dengan alasan malu. “Bikin snapgram sama gue aja, Nta. Sini-sini foto,” ujar Aryan. Gasta melotot, menganga tak percaya. Apalagi ketika melihat Denta langsung condong ke kiri, tidak ada niatan untuk memaksa Gasta foto seperti biasanya. Malahan, kedua remaja itu tertawa bersama. Pemuda itu sengaja berdehem, membuat kegiatan dua remaja itu terhenti. Denta menoleh, begitu pula dengan Aryan yang langsung menegak salivanya kesulitan, ketika Gasta menatapnya tajam. “Cowok lo serem,” gumamnya. “Serem apanya sih? Orang gemes gitu kok,” bantah Denta. “Seru banget kayaknya,” sindir Gasta. “Jangan salah paham dong, Gas! Masa’ gitu aja lo salah paham sih?” celoteh Aryan. Denta mendelik, memandang Aryan dan Gasta bergantian. “Nggak kok. Mana mungkin dia salah paham. Orang kita fotonya di depan dia. Tadi kan dia yang nggak mau bikin story i********: sama gue,” sahutnya, membuat Gasta melirik sinis ke arah Aryan. “Sekarang mau,” balas Gasta cepat. “Cih, beneran bucin,” gumam Aryan. Denta melongo. Merasa tertegun dengan kalimat Gasta tadi. Sebelum akhirnya gadis itu memilih mendekat pada Gasta. “Udahan ya, Ar! Gue mau bikin snapgram sama cowok gue.” Gasta tersenyum puas. Menyeringai menatap Aryan, dengan wajahnya yang sengak belagu. “Lo cemburu ya?” tanya Denta sambil melirik Gasta, berusaha untuk tidak menjerit karena salah tingkah. Ya gimana nggak salah tingkah, kalau tubuh mereka merapat begini, akibat berfoto dan membuat boomerang. Gasta langsung menoleh, langsung mengangguk kecil. “Hm.” Denta cengo. “Tumben jujur? Biasanya ngamuk-ngamuk nggak jelas doang. Tiap ditanya katanya nggak cemburu,” gumamnya. “Kenapa? Risih kalau gue cemburu?” “Eh, nggak apa. Cemburu aja, soalnya cemburu lo bikin gemes banget,” katanya seolah meleleh. “Beneran gemes?” tanya Gasta sambil menahan senyumnya. “Iya. Cowoknya siapa coba?” kata Denta jail. Aryan yang diam, mendadak mual. “Cowoknya lo kan?” balasnya kalem. “Hah, lo siapa?” Denta pura-pura tidak tau. Berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah padam. Mengabaikan teman-temannya yang sudah geli menatap mereka. “Denta Kalla Nayyira.” Denta yang tengah memegang kamera, langsung ambyar. Saking ambyar-nya, ponsel di tangannya nyaris jatuh. “Ih, gue baper!” katanya merengek. “Kenapa lo yang baper? Emang lo siapa?” tantang Gasta jail. “Loh, lo nggak tau gue?” ujar Denta kemudian menodongkan tangannya pada cowok itu. “Kenalin, nama gue Yuki Kato, mantannya Steven.” “Bukannya lo Denta pacar Gasta?” tanya Gasta sambil menaikkan sebelah alisnya. “Gasta siapa? Aku mendadak tidak kenal. Oh, Gasta bos geng Dharma Wijaya kan? Yang ganteng banget itu?” Gasta tertawa pelan, menyentil gemas kening pacarnya. “Dasar centil.” “Biarin.” “Dah, bubar-bubar!” pekik Aryan sudah tidak tahan dengan kebucinan dua makhluk ini. Melihat Aryan kesal, yang lain justru tertawa. Termasuk Denta. Berbeda dengan Gasta yang malah mencibir sewot. “Nta, masa dari tadi bikin snapgram sama Gasta doang nggak kelar-kelar? Malah ngebucin. Foto sama gue kapan? Tadi baru sekali, Njir” protes Aryan. Denta melengos, sedangkan Gasta mengumpat pelan, karena cowok berambut acak-acakan itu tidak sadar diri. Gasta kan pacarnya Denta, jadi wajar dong foto mesra berdua. Lah, dia memangnya siapa? “Ya udah, sini, kita bikin boomerang bertiga. Pakai filter kesukaan gue aja ya!” seru Denta. “Oke.” Aryan dengan semangat langsung merapatkan tubuhnya pada Denta ketika gadis itu mulai mengacungkan kameranya dengan posisi miring. Ketika Aryan hendak menempelkan pipi kanannya dengan pipi kiri Denta, tiba-tiba saja tangan besar Gasta dengan cepat menampolnya. “Lo ngapain nempel-nempel?” protes Gasta langsung sewot. “Lah, situ juga nempel. Ngapain lo ngegas?” balas Aryan tak mau kalah. “Gue cowoknya.” “Gue temennya.” “Cuma temen kan?” “Cih, baru pacar kan? Belum suami?” Gasta mengumpat, bersiap akan menendang kaki Aryan, namun Denta dengan cepat menabok bahunya. “Udah sih, bikin snapgram doang, kenapa mesti berantem?” omelnya. “Cepetan merapat ke gue lagi! Kita foto sama bikin boomerang bertiga.” Dengan gondok, Gasta dan Aryan langsung merapatkan tubuh mereka pada Denta. Jadi posisinya sekarang, Denta berada di tengah kedua cowok tampan itu. Mereka bertiga foto, dengan pose yang sama. Lalu berlanjut ke foto berikutnya. Aryan berpose digit dua jari. Denta memajukan bibirnya sok mau mencium kamera. Sementara Gasta, memegang gemas kepala Denta. Mereka melakukannya berulang-ulang, karena Aryan dan Denta rusuh, menyuruh fotonya dihapus apabila muka mereka jelek di kamera. Beda hal dengan Gasta yang tetap kalem dan santai. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD