Bagian 10

1088 Words
Ketika Hilston sudah di makamkan siang tadi,  Darren masih berada sendiri di kamarnya yang berada di mansion ini, sudah beberapa hari Darren tak kembali ke penthouse. Nancye mengetuk pintu kamar dengan santun, meskipun tak di persilahkan masuk Nancye tetap masuk dan melihat Darren sedang terbaring di sofa dekat jendela kaca. "Aku membawakanmu makanan, since this morning you did not eat anything," kata Nancye sembari duduk di hadapan Darren dan masih memegangi nampan berisi sepiring makan dan segelas air putih. "Kembalikan saja. I do not want to eat." "Kenapa sih kamu kayak anak kecil saja?" "What you do not hear to? Kembalikan makanan itu, aku tak mau makan!" "Aku tau kamu sedih karena ayahmu meninggal, but at least eat something." "Kau cerewet juga," kata Darren sembari mencicipi satu sendok makan yang di bawa Nancye. "Gitu donk," kata Nancye dengan senyum manisnya. Di balik pintu, Kirey melihat kedekatan Darren dan juga Nancye, sejak tadi ia sudah merayu Darren agar mau makan sesuatu, namun ia tak pernah berhasil. Melihat Nancye berhasil membujuk Darren membuat hatinya sedikit memanas. "What do you see?" tanya Rosaline. "Aunty? Tidak lihat apa-apa," kata Kirey sembari melihat sekeliling karena tak ingin terlihat mengintip Darren serta Nancye di dalam sana. "Aunt tahu, kau menyukai Darren, bukan?" "Tidak mungkin, Aunty, saya adalah sahabatnya, tidak ada perasaan di antara kami," kata Kirey. "Aunty tahu, Kirey, kalau kau memiliki perasaan kepada Darren, Aunt malah ingin menawarkan bantuan, Aunt akan membantumu memisahkan Darren dan juga wanita kampung itu," kata Rosaline. "Memisahkan Darren dan juga wanita itu? Tapi … mereka tak ada hubungan apa-apa, Aunt," kata Kirey. "They did not have anything to do, namun kita tak tahu suatu saat nanti wanita itu bisa saja menguasai Darren, lihat saja sejak pagi kau sudah berusaha merayu Darren agar mau makan tapi dia tak mau, bukan? Dan lihatlah wanita itu, ketika wanita itu yang merayunya sekali dia langsung mau. What it does not matter to you?" tanya Rosaline mencoba menghasut Kirey.. Sejenak Kirey terdiam dan mencerna setiap perkataan Rosaline. "Benar juga apa yang di katakan, Aunty. Aku tak mau dan tak akan pernah rela jika Darren jatuh ketangan perempuan itu, dia tak akan pernah pantas buat Darren." Kirey membatin. "Kenapa kau diam saja?" "Iya, Aunt. Aku tak akan pernah rela jika Darren di kuasai oleh wanita itu, mohon bantuannya, Aunty," kata Kirey sembari menggenggam tangan Rosaline. "Baguslah. Sebenarnya aku tak perduli Darren bersama wanita yang mana karena aku tak pernah punya urusan dengannya, namun wanita itu adalah wanita kampung dan miskin, aku tak mau jika sampai harta Darren Hilston menjadi milik wanita itu, jika Kirey bersama Darren dia tak akan pernah menguasai harta Darren karena ia sendiri adalah wanita yang kaya raya, dan dari keluarga terpandang." Rosaline membatin. **** Di kamar Nancye masih menemani Darren. Darren tidak mengatakan apa pun sejak tadi, namun Nancye masih berusaha membuat Darren kembali tenang dan tak bersedih lagi. "Kapan kita kembali ke penthouse?" tanya Nancye sembari menatap Darren yang masih memejamkan matanya, namun tak tertidur. "Aku tak akan kembali, mulai hari ini kita akan tinggal di sini." "Di istana ini?" "Istana?" tanya Darren sembari membuka pejaman matanya.. "Aku mengatakan ini istana karena memang benar-benar mirip istana seperti yang sering ku tonton." "Kau ada-ada saja," kata Darren seraya menggeleng. "Apa kau ingat? Tiga bulan lagi kontrak kita selesai." "Tiga bulan lagi?" "Hem. Apa kau lupa? Aku sudah bersamamu tiga bulan." "So, maksud kamu?" "Aku hanya sekedar mengingatkan." "Aku hanya punya waktu tiga bulan untuk membuat Nancye tetap di sisiku, aku tak ingin kehilangan dia. Namun, perasaan apa ini? Rasanya tak seperti kehilangan Daddy." Darren membatin. "Kenapa kau diam saja?" "Aku hanya diam, apa aku harus bicara terus, seperti dirimu?" "Ya, tidak juga, sih, namun setidaknya kau harus menghargaiku, aku sedang berada di hadapanmu jangan menganggap tak ada orang ." "Badan sebesar dirimu tentu saja ku lihat." "Aku besar?" "Lantas, kamu kecil?" Nancye tersenyum dan Darren menyambut senyuman itu dengan perasaan. "Seharusnya aku yang membuatnya tertawa, namun malah sebaliknya, aku yang dibuatnya tertawa." Nancye membatin. "Aku akan ke kamar," kata Nancye, sembari melangkah keluar kamar dengan senyum terukir wajahnya. Di luar Rosaline sudah menunggu Nancye yang baru saja keluar dari kamar, ketika Nancye hendak melewatinya, Rosaline menggenggam lengan Nancye begitu kuat sampai membuat Nancye meringis sakit. "Ada apa, Aunty?" tanya Nancye yang tak mengerti apa kesalahannya. "Siapa kamu? Beraninya berada di mansion ini? Kau bukan keluarga, namun kenapa berada di sini? Apa kau tak bisa pulang saja?" tanya Rosaline dengan tatapan mengintimidasi. "Tapi … saya dan Darren ada urusan jadi saya belum bisa pergi." "Pergi saja sana! Kenapa bawel, sih?" Darren melihat Rosaline sedang memarahi Nancye yang kini sedang menunduk. "Ada apa ini? Kenapa kau menyuruhnya pergi? Seharusnya kau yang pergi dari rumah ini." "Aku ini ibumu, Darren, tega kau mengusir ibumu?" "Kau bukan ibuku! Kau hanya istri simpanan ayahku." "Jadi … kau membela wanita ini? Dan memarahiku?" "Jika kau masih menginginkan tinggal di mansions ini, jangan pernah mengusik kehidupanku, dan jangan pernah mengganggunya!" kata Darren penuh penekanan. Rosaline lalu berlalu pergi dari hadapan Darren juga Nancye dengan wajah kesal. Kirey melihat hal itu dan hanya bisa membulatkan matanya karena Darren membela Nancye segitunya sampai Rosaline di omeli dan di ancam. "Apa kau menyukai wanita itu, Darren? Kenapa kau begitu membelanya sampai kau membuat Aunt kesal?" Kirey membatin. "Kamu ke kamar saja dan istirahat," kata Darren sembari memegang kedua pipi Nancye. "Kau yang harus beristirahat, karena beberapa hari ini, kau jarang makan dan minum serta beristirahat." "Aku pria, dan kau wanita, di antara pria dan wanita, wanitalah yang lemah." "Tapi, aku tidak–" "Tak usah memulai berdebat." "Well." Nancye melangkah masuk ke kamarnya. "Perhatiannya manis dan aku senang dia membelaku dari wanita itu, wanita yang menganggap dirinya sebagai seorang Ibu," batin Nancye seraya tersenyum. "Aku di sini, tapi Darren tak memperhatikanku dan melihatku sekali saja, yang ia lihat hanya wanita itu. Aunty benar, wanita itu akan menguasai Darren suatu saat nanti." Kirey membatin, hendak berjalan menuruni tangga. "Apa yang kau lakukan seharian ini? Leduardo mana?" tanya Darren. "Dia sudah pulang." "Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat kesal?" "Aku tidak kenapa-napa." "Aku ingin minum, temani aku minum." "Kenapa tak minum sendiri?" "Hei, ada apa, Kirey? Kau kesal padaku?" Darren terlihat heran dengan sikap sahabatnya itu. Kirey tak menjawab dan kembali melanjutkan langkah kakinya menuruni tangga. "Ada apa dengannya? Kenapa tak seperti biasanya?" tanya Darren kepada dirinya sendiri. BERSAMBUNG. . . Jika kalian suka jalan ceritanya jangan lupa tekan like / love ya, karena dari love / like kalian, saya bisa berkarya dan memberikan cerita-cerita yang lebih baik lagi. Salam cintaku. Irhen Dirga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD