Tentang Pramudia Yang Ternyata...

1014 Words
"Maaf " kata Fitri melepaskan pelukannya walau dalam hatinya masih ingin memeluk pria yang selama ini membuatnya nyaman. "Tak apa, saya mengerti" jawab Pramudia tersenyum membuat Fitri terpesona namun segera tersadar dan mencairkan suasana yang terasa canggung "Oh.. ya bolehkah aku mengetahui mengapa kamu sampai asa disini?" tanya Fitri dengan hati - hati takut menyinggung perasaan Pramudia "hmmm, pentingkah kamu mengetahuinya?" tanya balik Pramudia sambil menghela nafas seakan enggan menceritakan. "Nggak juga sih, tapi kalau kamu memang keberatan untuk menceritakanya tak apa, maaf kalau aku telah menyinggung mu" jawab Fitri tak enak "Nggak, memang aku berniat menceritakan semuanya, namun aku bingung untuk mulai dari mana?" kata Pramudia terlihat nampak bingung "Aku telah bersuami dan belum di karuniai anak , namun kehidupan kami sangat bahagia dan harmonis usia pernikahan kami tidak sebentar sudah 10 tahun, tapii.. semenjak aku menderita penyakit suamiku menjauh dan sikapnya berubah, suamiku seorang pengusaha sukses aku mendampinginya dari nol, itulah sepenggal kisahku" jelas Fitri menceritakan tentang dirinya sampai berada dihutan. "Baiklah, aku ceritakan mengapa sampai ada disini, aku adalah Pramudia seorang konglomerat yang di jebak oleh istri sendiri, karena sifatnya yang serakah dia ingin mengusai semua hartaku bersama kekasih gelapnya, untung masih ada asistenku yang masih setia dan menyelamatkan separuh hartaku yang tidak di ketahui istriku, aku sengaja di sini menyendiri tanpa ada yang mengetahui untuk menghindari bahaya dan teror istriku dan kekasih gelapnya yang bisa saja menghampiriku jika mengetahui aku masih hidup. Aku di bius dan di buang ke jurang, aku kira bakal mati tapi tuhan maha baik, aku bisa selamat, aku senang bertemu dengan mu, serasa mengobati kesepian dan ketakutan yang melanda. Oh, ya panggil saja aku Pram agar tidak canggung" kata Pramudia menceritakan secara gamblang membuat ku terdiam merasakan apa yang dialaminya. "Aku panggil mas Pram saja ya, biar enak di dengar" kata Fitri "Dan aku panggil dik Fitri aja ya, semoga kita menjadi teman baik" timpal Pramudia Aku hanya mengangguk dan tersenyum hangat kepadanya. "Owh, ternyata Pram konglomerat" guman Fitri dalam hati. Senja pun tiba angin berubah menjadi sangat dingin suasana menjadi gelap dan mencekam akan kah turun hujan? Keesokan harinya seperti biasa rutinitas yang dijalani Fitri dan Pramudia, walau mereka tinggal bersama namun tidak melakukan hal yang aneh, mereka masih bisa menjaga hal - hal yang dilarang oleh agama. Walau tidak menutup kemungkinan sebagai manusia yang normal selalu ada hasrat yang bergejolak, tapi baik Fitri maupun Pramudia tidak menampik ada rasa diantara mereka. Kehidupan yang damai tanpa rongrongan dari luar membuat mereka merasa nyaman walau fasilitas yang minim, ma'lum lah namanya juga dihutan jelas jauh berbeda di lihat dari segi manapun juga. "Dik fitri, apa rencana mu selanjutnya?, sekarang penyakit mu sudah sembuh" tanya Pramudia "Aku ingin kembali ke kota mas, aku ingin menuntaskan dendam kepada suamiku dan gundiknya" jawab Fitri menghela nafas "Kamu masih belum bisa mengikhlaskannya..ya dik? padahal jika kamu berfikir, banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dari semua ini" tanya Pramudia kecewa "Bukannya aku tidak ikhlas mas, cuma aku ingin memberi pelajaran kepada mereka berdua yang telah membuatku terpuruk, apalagi ini menyangkut nyawa mas, suamiku tega membuangku mungkin menyangka aku telah mati diterkam binatang buas" jawab Fitri lirih menunduk berusaha menahan air matanya yang hendak keluar. "Baiklah, aku akan coba bantu semampu ku, bersiaplah kita pergi sekarang sebelum sore karena akan memakan waktu lama selama perjalanan" kata Pramudia membuat Fitri terharu sambil menitikan air mata. "Terima kasih mas" Fitri pun bersiap pergi meninggalkan gubuk yang ia tempati. Pramudia dan Fitri berjalan menyusuri sungai dan hutan. "Mas bisa berhenti sebentar untuk istirahat aku capek dan haus?" "Kita istirahat di situ dekat air terjun biar kamu bisa minum" "Iya mas" "Ayo mas, sini..!" seru Fitri sambil mencipratkan air ke arah Pramudia yang sedari tadi mencuri pandang kepada Fitri yang terlihat sangat bahagia memainkan air dan menggoda Pramudia "Ish.., awas ya ternyata kamu nakal juga.." kata Pramudia membalas Fitri. Mereka pun bermain air tanpa ada beban. "Mas, aku kok serasa berat meninggalkan hutan ini, apa mungkin karena suasana tenang tanpa beban hidup yang menghimpit ya..?" desah Fitri mengakhiri main airnya. "Kalau masih berat, ya udah kita habiskan malam ini disini gimana" goda Pramudia mengedipkan sebelah matanya membuat Fitri salah tingkah hingga wajahnya merona, entah mengapa setiap melihat Fitri bahagia dan tersenyum membuat hati Pramudia menghangat, seolah ia ingin selalu melindunginya. Dengan kehadiran Fitri membuatnya melupakan pengkhianatan sang istri kini seakan ada harapan baru dihadapannya. "Ish.., kita pergi sekarang mas aku nggak mau menjadi santapan binatang buas yang kelaparan, apalagi disini ada buaya, dan buaya nya itu dekat sekali malah dihadapan" kekeh Fitri berjalan mendahului Pramudia. Pramudia hanya memitar mata malas dengan ucapan Fitri yang menyebutnya buaya darat, tak mau tertinggal ia pun mengekor di belakang Fitri sambil sesekali menggodanya dengan menggelitik membuat Fitri tertawa kegelian, suasana yang membuat iri yang melihatnya, untung saja hanya mereka saja tidak ada yang melihat kehangatan dan senda gurauan selama perjalanan menyusuri hutan. Senda gurau terlihat hangat sehingga menepiskan kekakuan diantara mereka, sesekali Pramudia mengacak rambut Fitri mesra dan Fitri dengan sikap manjanya. Kehangatan dan kemesraan yang mereka alami kan menjadi kenangan manis yang sulit untuk dilupakan. Akhirnya tak terasa tiba juga dijalan raya. Jalan raya yang terlihat sepi dan mencekam untuk sekarang yang ditakutkan bukan terkaman binatang buas atau makhluk halus namun yang lebih menakutkan bila berhadapan dengan begal. "Mas, kita sudah sampai di jalan raya,memudahkan kita untuk ke kota.., namun kok sepi banget mas gak ada kendaraan yang lewat satu pun apa mungkin ini daerah kawasan begal mas" bisik Fitri hati - hati. Belum sempat Pramudia menjawab tiba - tiba ada bayangan mendekati membuat Fitri tersontak kaget hingga tak sadar memeluk erat Pramudia menyembunyikan wajahnya di d**a bidang milik Pramudia. Sangat terasa hembusan nafas Fitri yang ketakutan, Pramudia mencoba untuk menenangkan Fitri yang sesekali mengecup pucuk kepalanya mencoba memberi kekuatan agar selalu tenang. Fitri hanya bisa pasrah dan berdoa dengan mengeratkan pelukannya agar merasa nyaman dan aman. Namun bayangna itu bukannya menjauh malah semakin mendekat, kami pun mundur perlahan untuk menghindari sesuatu yang mungkin terjadi, semakin kami mundur bayangan itu semakin mendekat, bayangan yang tidak menampakan sosoknya entah manusia atau apa membuat deru nafas kami bersahutan karena tegang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD