Ambisi Risna

1054 Words
Setelah mencium ada yang tidak beres diperusahaan milik mas Danu secepatnya aku menghubungi pak Pramudia, namun sayang yang menjawab istrinya Fia. Rasa kesal di hati menyeruak sampai ke ubun - ubun. Padahal aku sangat kangen sekali padanya. Aku heran mengapa susah sekali mendapatkanya sudah berbagai cara kujalani anehnya si ganteng ini sulit di taklukan. Tanpa pamit ke mas Danu aku langsung pergi menemui Dewi temanku, sengaja ku pergi dan menghindari mas Danu karena aku telah bosan hidup bersamanya. Semakin lama cintaku kepada mas Danu semakin pudar malah nyaris hilang, kini yang ada dihati dan fikiranku hanya nama Pramudia seorang. Ku datangi Dewi, dengan sejuta ide di otak ku, ya.. aku selalu memikirkan berbagai cara untuk menggaet Pramudia agar bertekuk lutut kepadaku. "Ada apa lagi Risna, bukannya hidup kamu udah makmur?" "Kata siapa aku makmur, malah sebaliknya Wi.., mas Danu diambang kehancuran" "Why" "Aku juga heran, lagian bisa - bisanya tuh staf kepercayaannya kalau enggak salah namanya Rudi kabur bawa uang perusahaan" "Kamu, kenapa malah memilih pergi, bukannya mendampingi Danu" "Males, ngapain juga bikin bad mood aja" "Kamu dari dulu memang nggak berubah Risna... Risna" "Trus, rencana kamu apa sekarang?" "Anter aku cari tempat tinggal, sesudah itu ke mbah dukun, please" "Aish.. sudah kuduga.. mau ngapin?" "Yang jelas, aku ingin menikah dengan Pramudia dan menyingkirkan Fia istrinya" "Kamu yakin?" "Yaap, 100℅ sangat yakin" "Dengan konsekwensinya?" "Ya.. Dewi.. kamu tenang aja, aku sangat siap okey" "Kenapa sih, kamu mesti nyari yang belum tentu, kenapa nggak yang udah ada aja Danu, bukannya dulu kamu sangat menginginkanya?" "Kamu tahu Wi, semua karena aku sudah bosan sama mas Danu, dan sekarang aku ingin Pramudia oke.." "Ya udah kalau kamu maunya begitu, aku antar kamu kebetulan suamiku lagi dinas diluar kota, jadi kapan?" " Of course now, oke come on we cap cus" "hhuh, iya ayo.." Lebih cepat, lebih baik itu yang ku harapkan agar keinginanku segera tercapai tuk hidup bersama Pramudia, kami pun pergi menemui mbah dukun. Tiba sudah di tempat mbah dukun, tempat yang sangat jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, seperti biasa suasana sepi, lembab, bau dan kepulan asap kemenyan membuat lengkap sudah suasana menyeramkan. Seperti biasa melakukan ritual mulai dari pemakaian susuk berlian dan mandi kembang. Dewi dengan setia menungguku sampai semuanya selesai ku jalani. "Kamu terlalu berambisi, ini sangat membahayakan dirimu malah nyawa mu jadi taruhannya, kamu yakin dengan semua ini?, begini mbah jelaskan dulu, seandainya serbuk ini yang akan di pakai untuk mengguna - gunai, ada yang membakarnya, maka semua akan sirna termasuk kecantikan mu" "Maksud mbah apa ya..?" "Begini..., kalau kamu bisa menjaga serbuk ini maka kecantikanmu akan bertambah namun jika kamu tidak bisa menjaganya dan malah terbakar api maka bukan hanya kecantikanmu yang sirna, namun kamu juga akan lenyap dari muka bumi ini" "Maksud mbah mati.." "Ya, seperti itu" Petuah mbah dukun bikin aku ingin tertawa keras, masa bilang mati saja bertele - tele, kayaknya si mbah kebanyakan nonton film kolosal. Dewi hanya diam saja namun di wajahnya seakan menyimpan tawa yang siap membludak. Semua ritual, telah selesai dilakukan tanpa terkecuali, kami pun pamit seperti biasa ku sodorkan amplop yang berisi 5 juta rupiah untuk mahar yang dibilang si mbah dukun. Setelah keluar dari tempat mbah dukun kami langsung pergi mencari apartemen kosong untuk ku tempati sementara waktu. "Ha ha ha" Suara gelak tawa Dewi pecah sampai mengeluarkan air mata. "Segitunya, kenapa" "Dari tadi aku menahan tawa, nggak kuaaat.. ha ha ha" "Apa sih yang lucu?, bikin bad mood aja, ketawa sendiri.. gila kamu.." "Ha ha ha, aku nggak pernah habis fikir ternyata si mbah bisa ngelucu juga" "Ngelucu gimana?" "Itu, bilang mati aja bertele - tele, berat amat kayaknya, nyebutinnya.." "Aish.. kirain apa, aku malah dongkol nyita waktu tahu.., mana belum nemuin apartemen lagi" "Ya udah, nggak perlu bingung kali, kalau belum nemu mah, nginep di tempatku aja, lagian gak ada siapa - siapa juga dirumah gimana? " eemmh, ok lah kalau begitu, aku setuju" Susuk yang ku pakai memang lebih dahsyat dari sebelumnya. Semua pasang mata melihatku terpesona, daya tarik yang luar biasa, membuatku sangat percaya diri akan mendapatkan Pramudia. "Wi, malam ini gimana kalau kita keluar nyari udara segar" "Ayo, siapa takut" Malam hari ini kami pergi ke restoran mewah yang menunya terkenal enak dan mahal, tapi tak apalah sesekali saja. Ketika ku duduk dan memesan makanan ku picingkan mata, terlihat sosok idamanku siang dan malam siapa lagi kalau bukan Pramudia. "Aiish, ganteng yang sempurna" gumanku, tak sabar hati ingin menyapa dan memberi kehangatan kepadanya. "Ah.. bikin malu nih kalau kumat" "Apa sih Wi, jangan ganggu deh" "Lihat apa sih, gitu amat lihatnya" "Kamu tahu Wi, dihadapanku ternyata ada pemandangan yang manakjubkan" "Maksud" "Maksudnya, ada pria inceranku" "Pramudia" "Ho oh, tuh lihat ganteng kan?" "Mana.., gendut gitu dibilang ganteng, buka tuh mata lebar - lebar" "Aiish, kamu.. itu bukan yang gendut tapi sebelahnya" "Oh.. god, beneran ganteng yang ini mah Risna, tapi kenapa ada disini?" "Au..ah" "Iih ngambek, samperin gih kali aja langsung tertarik" Tanpa sengaja Pramudia melirik ke arah Risna dan memicingkan matanya meyakinkan dengan yang dilihatnya. Namun tatapannya beralih ke klien nya mungkin sedang membicarakan urusan kantor. Terlihat Pramudia mendekat menghampiri meja Risna. " Bu Risna.." "Pak Pramudia" "Bu Risna ternyata ada disini" "Iya.., emang kenapa pak?, gak boleh ya.." "Bukan begitu bu Risna, maksud sa..-" Belum sempat Pramudia melanjutkan langsung ku serang bibir seksinya, kapan lagi aku bisa nyosor seperti ini, membuat Pramudia terdiam tanpa perlawanan. Rupanya Pramudia sangat menikmatinya, ku lumat bibirnya, ku absen isi mulutnya membuat nya mengeluarkan suara indah, aku sangat senang, namun aktifitas ku terganggu dengan ocehan Dewi membuatku gemas pingin jitak kepalanya. "Woi.., inget masih ada orang nih" Pramudia tersentak kaget, seolah tak menyadari aktivitas barusan. "Maaf, saya duluan, ah ya lupa.., bu Risna sebaiknya pulang dan temui pak Danu, beliau sangat membutuhkan anda, permisi.." "Ish.. yang ku butuhkan itu kamu ganteng bukan Danu yang bangkrut" guman batinku kecewa dengan ucapannya, padahal barusan sudah ku sosor apa belum ada pengaruh juga ni susuk, moga aja nanti malam dia nggak bisa tidur. Kepergian Pramudia membuatku kecewa tapi tak apa lah yang penting udah ku sosor tuh bibir seksinya. "Gila kamu.. Risna main sosor aja, ini tempat umum tahu" " He he he, slow friend maaf refleks lihat bibir seksi bawaannya pingin nyosor mulu" "Iiih, dasar Risnaaa.." Emang, Risna nih gak punya urat malu..nyosor mulu..,, moga aja Pramudia nggak sampai terpengaruh kasihan Fitrinya..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD