Yuuna masih sabar dalam tertundukknya, tidak merekomendasikan dan meluruskan, karena ia tidak ambil pusing dengan cibiran tersebut.
“Mungkin saja dia lajangkan? Makanya dengan tidak tau malunya datang ke pesta ini, dan berani menampakkan muka di depan kekasih asli kekasihnya, ”hina tamu tersebut, kata-katanya lancar keluar dari bibir merah menyala.
“Mencari muka huh… coba saja lihat sendari tadi dia hanya menunduk… hahaha… kurasa wajahnya sangat buruk dan saat ini terbakar menjadi merah, ya… mau bagaimana lagi itu ulahnya sendiri…” cibir tamu lainnya.
Sungguh ini mulai kelewatan, jantung Yuuna sudah mulai bergemuruh tidak tenang dan berkeringat lebih banyak dari sebelumnya. Dadanya menjadi orang yang mendengar komentar buruk tentang dirinya. Tangan Yuuna bergerak gelisah dan Reza melihatnya karena ia masih berdiri di belakang Yuuna. Reza pun geram mulut, itu sudah mulai kelewatan.
“w************n pasti terlahir dari rahim yang murahan juga jadi begitulah mereka yang tidak memiliki rasa malu untuk melakukan siklus hidup mereka yang sangat serba murahan,” sindir tamu wanita itu dengan nada sombongnya, ia melipat layanan ke meja dengan tubuh yang membusung dan satu tangan menopang dagunya sambil memperhatikan gerak-gerik Yuuna yang membelakangi mereka.
“Huh… benar sekali, jika tidak begitu mereka tidak bisa hidup dan merasakan hidup enak, miris sekali…” komentar tamu lainnya.
Reza muak, ia berdiri tegap dan berbalik melihat tamu yang dari tadi menghina Yuuna dengan memberikan komentar-komentar jahat meraka. Sedangkan Reina memicingkan matanya, menatap tajam tamu yang menghina Yuuna. Ia tidak terima sahabatnya dihina seperti itu, padahal mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Mulut kalian tidak pernah sekolah?” Sindir Reina sambil senyum miring dengan tatapan matanya tajam.
Salah satu tamu wanita yang tadi menuduh Yuuna dengan berbagai hinaan pun diam. Mereka diam tetapi tatapan mereka masih menunjukkan kesombongan dan menghina orang yang ia tatap.
Tamu lainnya menyengit dan mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan terheran dengan ucapan Reina tadi. Mereka muali berbisik-bisik yang Reina sendiri tidak ambil pusing dengan bisikan-bisikan itu.
“Maaf Nyonya Charlotte… sepertinya anda salah paham,” ujar Reza sambil tersenyum pada wanita berlipstik merah yang tadi menghina-hina Yuuna.
Wanita bernama Charlotte itu tersenyum kesalahan ucapan maaf dari Reza. Charlotte memandang remeh pemilik pesta itu. Reza tatapan that that the semula is smile but now IA menatap tajam pada wanita sombong itu.
“Tidak perlu meminta maaf kepada Tuan Reza, sepertinya Tuan Reza memiliki urusan yang agak memalukan dan juga sulit, harus menyelesaikan di luar pesta ini,” ujar Charlotte dengan wajah sombong dan merasa paling benarnya.
“Ah… ternyata dia tidak sekolah, otaknya sanggat dangkal,” sindir Reina sambil cemberut dengan kedua alis tertaut seperti ekspresi memprihatinkan wanita bernama Charlotte itu. “Aku jadi prihatin…” seru Reina. Sungguh ucapan Reina itu memancing keadaan semakin tegang dan panas untuk Charlotte sendiri.
“Dasar tidak tau terimakasih…” seru wanita yang bersama Charlotte tadi, menatap remeh pada Reina.
“Aku harus berterimakasih un- /” ucapan Reina tidak selesai karena pergerakan Yuuna.
“Maaf jadi memancing antara antara Nyonya dan sahabat saya, dia adalah saudara dari pemilik pesta ini,” terang Yuuna tiba-tiba dengan melihat kearah tamu terutama Charlotte sambil tersenyum kecil. Sungguh lama ia mempersiapkan jantung dan mentalnya untuk berdiri dan mengangkat dagunya untuk dapat melihat para tamu yang dari tadi mencemoohnya dengan kesalah pahaman yang terjadi.
Seperti dugaan Reina, jika Yuuna angkat bicara atau lebih tepatnya Yuuna memperlihakan wajahnya, sama seperti respon Reza sebelumnya. Mereka terkejut dan ada yang terang-terangan dari mereka yang ternganga dengan mata yang tidak percaya. Baru Yuuna angkat kepala saja sudah membuat mereka menjilat ludah mereka sendiri karena mengira Yuuna memiliki wajah buruk rupa yang ternyata memiliki wajah cantik bak bidadari yang sangat menenangkan.
“See… mereka tutup mulut, makanya kalau belum tau kebenarannya jangan main comot lalu komentar, dasar julit!” ketus Reina menggerutu karena kesalnya.
“Sudahlah Rei… yang penting semuanya sudah tidak salah paham lagi,” ujar Yuuna agar Reina berhenti menggeruti.
Sedangkan Reza tersenyum karena Yuuna dapat menyelesaikan kesalah paham yang terjadi hanya dengan mengangkat kepala dan berbicara sedikit.
Memang hinaan dan cemoohan sudah berhenti tetapi kini para tamu yang menyaksikan drama tadi langsung bertanya-tanya.
“Siapa yang cantik itu?”
“Astaga… cantik sekali, wajahnya lembut cantik dan anggun secara bersamaan… tolong aku bisa-bisa-bisa-bisa hanya melihatnya tersenyum kecil…”
“Bagaimana aku tidak tau ada wanita secantik dia di pesta ini!”
“Apa dengan Reza? Apa tadi? Duh dia cantik sekali… ”
Begitulah komentar-komentar tamu yang berada di dekat meja yang ditempati Reina, Yuuna, dan masih ada Reza di sana. Komentar itu kebanyakan mengagumi paras Yuuna yang cantik dan sangat jarang dilihat pada wanita lain. Sedangkan Yuuna yang mendengar komentar itu mencoba tersenyum, ia masih tidak berani duduk dengan tegap seperti yang Reina lakukan, karena bisa saja ia membuat perhatian tamu bukan kearah podium malah memperhatikannya, dan ia merasa tidak enak.
“Aku hanya teman lama dari Reza dan sahabat dari Reina,” ujar Yuuna tidak terlalu keras tetapi masih bisa didengar oleh orang-orang yang ada di pemberitahuan, saat ia bergumam itu orang-orang memperhatikan bagaimana bibir yang tidak terlalu tipis dengan mulut terbilang kecil itu kalimat kalimatnya.
“Sekarang orang-orang mengagumi Yuu… kan sudah kubilang kau tidak jelek, hanya tidak secantik aku, begitu saja…” seru Reina mengakui dirinyalah yang paling cantik.
“Kondisi lumayan kondusif dan aku sudah melihat wajah cantik Yuuna hari ini… terimakasih sudah mau datang dank au sayang cantik…” ucap Reza dengan senyum manisnya, ia diatur Yuuna. Yuuna menjadi malu karena pujian itu dan ia komplain senyuman Reza.
“Bolehkan selesai acara nanti aku meminta waktu kalian sebentar?” tanya Yuuna sambil tersenyum kecil dengan tangan di raut wajahnya.
Reza tersenyum lagi, dan mengangguk. “Kau memiliki, aku tinggal dulu tunggu aku akan menghampiri kalian…” ujar Reza sambil tersenyum menawan kemudian ia pergi dari meja yang ditempati Yuuna dan Reina tadi.
Kini di meja itu sama seperti sebelumnya hanya ada Yuuna dan Reina, dan kini Reina menatap Yuuna dengan penuh tanya dan ekspresi selitiknya, ia memicingkan mata menatap Yuuna untuk mencari informasi yang bisa saja digambar di wajah Yuuna tentang apa yang ia bicarakan pada dirinya dan kakaknya .
“Kamu mau bicara apa?” bisik Reina dengan penuh tangan di wajahnya.
Yuuna tatapan Reina sambil tersenyum masih. “Aku akan memberitahukan kalian tentang…” ucap Yuuna sambil mencodongkan tubuhnya kearah Reina yang berbisik, Yuuna menggangtungkan kalimatnya dan membuat Reina gemas. Wajah Reina sudah menunjukkan ia sangat penasaran dengan apa yang akan Yuuna sampaikan.
“Nanti juga kalian akan tau,” ucap Yuuna kemudian ia kembali ke posisi duduk tegapnya. Melihat Yuuna menjailinya, Reina gemas ingin mengajak-ngajak rambut Yuuna tetapi yang ia lakukan hanya memusuk rambut di puncak kepala Yuuna dengan gemas sambil mengulumkan senyum terpaksanya. Sedangkan Yuuna sendiri tidak mengrubrisi kekesalan Reina.
“Sabar… Yuuna lagi model jahil,” ujar Reina, Yuuna melihat sebentar kearah Reina dengan tatapan datarnya lalu ia berkedip.
Selama berjalannya pesta dan peresmian, Yuuna dan Reina hanya asik dengan mereka di dunia mereka sendiri. Maklumi saja mereka masih tergolong anak muda yang tidak ingin terlalu terfokus pada aturan. Yuuna sibuk makanannnya sedangkan Reina sibuk berbicara menceritakan bermacam macam cerita yang menjadi bahan gosipnya. Yuuna menjadi pendengar setia Reina dan sekali-sekali ia menanggapinya dengan anggukan, jawaban iya, tidak, dan kata tanya lainnya.
Untuk orang yang ada di sekitar meja mereka hanya sekali-kali melihat tingkah dua gadis itu. Mereka tidak memungkiri bahwa mereka baik laki-laki maupun perempuan terpesona dengan wajah cantik Yuuna. Tetapi mereka ingat mereka bukan orang yang jadi mereka tetap ingat untuk menjaga mereka, dan untuk Nyonya Charlotte dan relasinya, mereka bungkam karena sudah cukup mempermalukan diri mereka sendiri sebelumnya.
Kinilah saatnya sudah selesai acara Yuuna dibawa oleh Reina untuk menuju kafetarian kantor Reza. Setidaknya di sana adalah ruangan terbuka dan tidak terlalu banyak orang. Tidak lama mereka menunggu Reza datang dengan senyuman menawannya.
“Assalamualaikum… lama menunggu…?” salam Reza ketika sampai langsung di meja yang sudah ditempati Yuunca dan Reina.
“Waalaikumsalam… belum lama,” jawab Yuuna.
“Waalaikumsalam… lama banget Kak!” jawab Reina dengan suara yang ia tinggikan.
Reza mendelik memandang kearah adiknya yang suka sekali pernah mengatakan bar-bar padanya, memang ia aku adik manisnya itu sangat sulit ditebak dan kadang juga anarkis padanya.
Yuuna tersenyum melihat kakak adik itu saling melempar tatapan yang berhubungan padahal mereka saling sayang.
“Ekhm! Jadi aku disini mau ngucapin selamat dan- / ”
“Aaaa… Yuuna… terimakasih…” itu bukan jawaban dari Reza melainkan Reina yang seenaknya memotong ucapan Yuuna.
Reza menatap adiknya dengan tatapan membunuhnya dan memberikan persyaratan untuk diam.
Yuuna terkekeh melihat interaksi kakak beradik yang menggelikan benci-cinta. “Terimakasih Yuu atas ucapannya, dan aku sangat senang kamu datang hari ini,” balas Reza sambil tersenyum pada Yuuna.
“Baiklah… jadi aku mau ngasih tau, aku harus pergi ke ibu kota beberapa hari la- /” belum sempat Yuuna menyelesaikan kalimatnya, Reina kembali menyela ucapan Yuuna.
"HAH?! KE IBU KOTA ?! ” teriak Reina dengan terkejut ia meninggikan suaranya hampir berteriak keras.
Yuuna menganggukkan menjawab menjawab iya dari pertanyaan Reina tadi. “Iya, aku harus ke ibu kota. Bos-ku memindahkan aku untuk membayar toko di ibu kota yang baru dibuka. Dan menurutku itu baik untuk kuterima, tidak masalahkan? ” ucap Yuuna, dan ia meminta pendapat dari kedua sisi itu. Reina menunjukkan wajah sedihnya karena ia akan ditinggal oleh Yuuna sedangkan Reza ia pun menatap sedih Yuuna tapi tidak terlalu terlihat dan ia memilih diam agar Yuuna dapat menyelesaikan ucapannya.
“Menurutku apapun yang kamu putuskan dan menurutmu itu yang terbaik untukmu dan senyaman dirimu, aku tetap setuju dan mendukungmu,” balas Reza dengan kalimat bijaknya, ia tersenyum sendu pada Yuuna.
Sedangkan Reina sudah semakin menekuk wajahnya, bibirnya melengkuh ke bawah karena Yuuna sahabatnya akan pergi. “Yuuna…“ rengek Reina.
Yuuna menatap Reina dengan sendu. “Aku akan tetap menjadi sahabatmu, dan kamu pun akan tetap menjadi sahabatku, jadi tenang saja aku hanya bekerja di sana dan aku akan pulang saat waktunya tepat dan jika uangku cukup hihi…,” tutur Yuuna sambil terkekeh untuk menurupi rasa sedihnya melihat raut wajah Reina yang tidak rela jika ia pergi, tetapi mau bagaimana lagi semua sudah diputuskan untuk kepergiannya 5 hari lagi.