Perasaan Baru

1578 Words
01g 7/1 Hari terakhir Yuuna ada di kota tempat tinggalnya, tempat ia bekerja dan menemukan sahabat-sahabat barunya. Akan ia tinggalkan besok pagi untuk pergi ke ibu kota. Melanjutkan perjuangannya untuk menyembuhkan dirinya sendiri dari luka yang membuatnya ketakutan dengan rasa bersalahnya menghantuinya walau semua orang berteriak ia tidaklah bersalah dalam tragedy itu karena ia juga salah satu korban dari kebejatan sang kakak. Tetapi tetap, Yuuna masih menganggap ia pantas merasakan kesakitan itu dari pada seseorang terbunuh dan terluka karenanya. Yuuna terlalu malu untuk menghahapi orang yang telah membantunya pada malam itu karena dirinyalah orang itu kehilangan calon istrinya. Yuuna sudah dua hari masuk hari ini ia libur dari bekerja dari toko atas perintah dari bosnya sendiri. Ia senang tapi juga rindu, seharusnya liburnya sudah tiga hari hanya saja satu hari sebelumnya ia masuk untuk mengganti hari liburnya yang sebelumnya dan pada hari itu juga itu sudah berpamitan pada rekan-rekan kerjanya yang sudah baik padanya membantunya dan juga membimbingnya. Yuuna akan merindukan mereka, bercerita, makan bersama yang sudah beberapa bulan lalu mereka lalui bersama. Tempat ia kerja itu belumlah terlalu lama tetapi karena kebaik hatian dari sang bos ia dipindahkan ke ibu kota. Mengapa bisa menjadi baik hati menurut Yuuna? Jawabannya karena pada awalnya setelah sembuh satu bulan sudah ia keluar dari rumah sakit Yuuna berniat untuk pergi dari kota itu untuk membuat dirinya tidak pernah lagi terlihat dan menyusahkan orang lain. Tetapi semua niatnya ia urungkan karena Reza dan Reina meminta ia tetap tinggal, Yuuna merasa tidak nyaman pada dua orang itu yang sudah banyak membantunya dan akhirnya Yuuna menurut karena itu pulalah Yuuna bisa bekerja di toko yang menjual roti, kue, minuman, mirip dengan café hanya saja tempat itu memang dinamai toko oleh pemiliknya. Yuuna ditawari tempat kerja oleh Reza, tempat kerja itu tidak lain adalah milik tantenya sendiri. Ia diterima kerja dan di sana pula Yuuna bertemu dengan orang baik lainnya dan menawarkan untuk tinggal dikontrakan bersama, pada hari itu pula Yuuna ada tempat untuk pulang dengan teman yang baik yaitu Harumi dan Mika. Dua orang baik yang mau menerima Yuuna. Semua itu terjadi begitu saja di beberapa bulan terakhir hidup Yuuna, Yuuna mengalami semuanya begitu cepat dan tidak terasa sudah 7 bulan berlalu. Yuuna yang awalnya bimbang tetapi ia kuatkan hati ia harus bangkit dan tidak harus selalu merepotkan orang-orang terdekatnya. Mereka akan tetap menjadi orang yang berarti dalam hidup Yuuna, mereka akan menjadi sejarah yang tidak terulang dalam hidup Yuuna tapi mereka tetap hidup di hati Yuuna. Yuuna amat senang dengan semuanya hingga akhirnya kesempatan itu ada, kesempatan untuknya menjadi manusia yang berbeda dengan memulai hidup di tempat yang baru menurutnya akan memudahkannya untuk melakukan perubahan itu. Yuuna harus siap dengan tantangan hidupnya yang baru di depannya, melaluinya tanpa bantuan orang-orang yang sudah banyak ia repotkan selama ini. Semuanya hal baru yang akan terjadi, siap tidak siap harus ia lakukan sendiri, ia kejar sendiri, ia bertahan sendiri untuk membentuk dirinya yang kuat dan mampu berdiri sendiri tanpa topangan orang lain. Bukan ia tidak berterimakasih atas bantuan dari orang-orang baik yang sudah menjadi sahabat-sahabatnya itu. Hanya saja tidak mungkin ia selamanya akan menjadi Yuuna yang penuh dengan trauma dan penuh dengan ketakutan tanpa berani mengambil resiko dalam hidupnya. Maka inilah saatnya untuk Yuuna mengambil langkahnya, langkah yang akan membawanya melangkah jauh ke depan, melangkah keluar dari sangkar ternyaman di dalam hidupnya, melangkah berubah menjadi Yuuna yang baru dengan semua kenangan yang sudah menjadi pelajaran untuknya. Yuuna menghela nafas berat. Saat ini ia sedang mempacking barang-barang yang ia bawa, istilahnya untuk saat itu ia sedang mengemas barang-barang pindahannya karena tempat ia tinggal saat itu bukan rumahnya melainkan sebuah kontrakan yang kapan saja ia akan diusir dari tempat itu atau memutuskan pergi. Kontrakan bukanlah rumah pulang yang sesungguhnya. Yuuna tidak punya tempat pulang yang sesungguhnya, ia akan pergi kemana angin menerpanya dan membawanya. Di tangan Yuuna ada sebuah benda tidaklah berharga dari harga benda tersebut tetapi berharga dari tempat orang yang memberikan benda itu padanya, orang itu adalah ibu angkatnya. Benda itu hanya sebuah batu transparan yang tidak sengaja memiliki corak di dalamnya berbentuk huruf Y yang melambangkan Yuuna. Kemudian batu itu diproses oleh sang ayah angkat menjadi pipih dan diberi lubang untuk memasukkan tali yang dibuat menjadi sebuah gelang. Yuuna tidak memakainya karena ia terlalu sayang dengan benda tersebut, jika ia terus memakainya dan membawanya kemana saja perjalanannya maka benda itu bisa saja hilang tercecer dijalan dan itu adalah kemungkinan terburuk yang ada dipikiran Yuuna. Maka dari itu Yuuna tidak pernah terlihat memakai gelang bergantungan batu bercorak huruf Y itu. “Kau ikut denganku ya… kau itu adalah harta berhargaku, jejang tangan Ibu dan Ayah ada pada dirimu,” kata Yuuna berbicara sendiri dengan benda itu ada di tangannya, ia mengajak bicara benda itu seakan benda itu punya kemampuan untuk menjawabnya. “Setiap prosesmu adalah penantian dan tawa, maka aku akan membawamu kemanapun aku pergi, teruslah ingatkan aku tempatku pulang sesungguhnya,” ucap Yuuna sambil tersenyum. Ia duduk di lantai kamarnya dengan koper berisi pakaian miliknya yang akan ia bawa ke ibu kota. Yuuna kemudian menyimpan benda itu lagi ke dalam tas kecil yang akan ia bawa. Kemudian perhatian Yuuna beralih pada beberapa paper bag yang tidak jauh dari ranjang tempat tidurnya. Paper bag itu ia dapatkan dari sahabat-sahabat serta rekan kerja yang memberikan ia hadiah sebagai kenang-kenangan. Yuuna tersenyum, ia sudah menolak keras pemberian-pemberian itu karena ia merasa tidak enak hati untuk menerimanya tetapi ia juga tidak enak hati melukai hati sahabat-sahabatnya itu yang sudah bersusah payah memberikannya hadiah jadilah Yuuna menerima pemberian itu dan membawanya pulang. Ia belum melihat apalagi membuka paper bag itu karena benda itu baru saja ia dapatkan petang kemarin. Lagi pula Yuuna merasa tidak enak untuk membukannya padahal paper bag- paper bag itu sudah menjadi miliknya. “Apa aku harus membukanya sekarang atau aku akan membukanya nanti?” tanya Yuuna pada dirinya sendiri, ia ragu dan menimbang-nimbang. Ia bangkit dari duduknya dan berangjak menghampiri paper bag yang terabaikan di samping ranjang tempat tidurnya itu. Ia meraih semua paper bag tersebut dan membawanya ke tempat semula ia duduk, di lantai di depan koper yang masih terbuka. Kemudian tanpa membuka paper bag itu, Yuuna memasukkan semua paper bag itu satu persatu ke dalam kopernya dengan ia susun rapi, lagi pula koper itu masih sangat lapang karena ia tidak mempunyai barang pakaian dan barang yang ia miliki, dan koper itu terlalu besar untuk dirinya. Koper hasil berburunya bersama Reina, ia sudah meminra Reina untuk tidak memilih koper yang berukuran besar dan nyatanya Reina memilihkan kopernya tidak lagi dapat dikatakan ukuran sedang, karena kopernya itu bahkan dapat memuat dirinya di dalam sana dengan cara di lipat tentu saja. Yuuna menyusun paper bag itu dengan rapi di dalam koper yang masih dapat memuat banyak barang di dalamnya. “Lapang sekali koperku,” kata Yuuna sambil terkekeh sendiri melihat betapa sedikitnya barang yang ia miliki. Ingat Yuuna adalah gadis yang hidupnya berpindah-pindah barulah beberapa bulan terakhir ia dapat tinggal yang di tempat yang layak disebut tempat tinggal dan nyaman. Maka dari itu barang-barang yang ia miliki tidaklah banyak, karena ia harus berhemat untuk menghidupi dirinya sendiri. Tetapi besok ia harus pergi lagi dan berpindah lagi bahkan ini lebih jauh dari sebelumnya yang masih di satu kawasan atau satu kota dan kali ini ia seperti baru pertama kali menginjakkan kaki ke daerah lain yaitu kota tempat tinggalnya sekarang, maka besok ia akan berpindah ke ibu kota. “Yuu…?” panggil suara perempuan dari ambang pintu kamar Yuuna yang terbuka lebar, Yuuna menoleh melihat orang yang memanggilnya itu, ia kenal dengan suara perempuan itu, dan terlihatlah seorang Mika berdiri di ambang pintu kamar Yuuna itu. “Ya?” tanya Yuuna sebagai sahutan dari panggilan Mika. “Kenapa kamu sudah pulang?” tanya Yuuna lagi karena ia merasa aneh tidak biasanya Mika jam segitu sudah berada di rumah, yang biasanya ia akan berada di kantor tempatnya bekerja. “ Aku pulang cepat hari ini, dan aku membawa ini,” jawab Mika sambil ia melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar Yuuna dan menyerangkan paper bag berwarna coklat pada Yuuna. Yuuna menyengit melihat paper bag yang disodorkan oleh Mika, ia merasa tidak enak sebenarnya karena kali ini Mika pun ikut memberinya sebuah kenangan juga. “Kenapa kamu juga memberikanku kenang-kenangan sih, malah membuatku tidak tega untuk meninggalkan kota ini,” ujar Yuuna dengan wajahnya yang sedih. “Sebenarnya aku ingin memberikan ini semalam saat aku pulang tapi karena aku harus lembur jadilah aku tidak sempat memberikannya padamu, biarlah aku lembur sekalian untuk menyelesaikan pekerjaanku jadi hari ini aku bisa pulang lebih cepat dan meminta izin pada atasanku dan aku bisa membantumu berkemas mungkin,” tutur Mika pada Yuuna, tentu saja Yuuna tidak tega melihat Mika begitu. Ia tidak suka sahabatnya itu seperti menguras tenaganya demi dapat membantunya. Yuuna cemberut pada Mika. “Jangan begitu… aku tambah merasa tidak enak denganmu. Jangan sekali-kali mengorban dirimu karena pikirkanlah dirimu juga, kau sudah sangat lelah, coba lihat kantung mata dan kulihat bagian matamu yang menghitam, nanti kamu berubah menjadi panda betina, lucu memang tetapi aku tidak rela sahabatku berubah menjadi seekor beruang,” jelas Yuuna. Mika yang mendengar penjelasan Yuuna, terkekeh karena lucunya Yuuna jika sedang dalam mode merajuk begitu, dia semakin imut dan mengegemaskan. Membuat orang-orang yang melihatnya ingin membawa karung secepat munkin dan mengarungi Yuuna. “Tapi aku masih cantikkan?” tanya Mika dengan kepercayaan dirinya. “Aku ini cantik kapan saja, jadi walaupun memiliki kanting mata, itu tidak akan membuat pangaruh pada kecantikan Mika. “Iya tetap cantik tapi lebih mirip pada ibu panda, hehehe…” ujar Yuuna dengan kekehan diakhir kalimatnya. Ia sedang menyejek sahabat satu kontrakannya itu. “Walau begitu aku tetap menjadi ibu panda yang cantik, dan mengegemaskan…” balas Mika, ia itu memang yang paling sabar kalau berhadapan dengan Yuuna, ia dapat membuat orang nyaman berada di dekatnya berbeda dengan Yuuna. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD