Berpisah untuk Sementara

1503 Words
6/1 Di sinilah sekarang Yuuna, Yuuna dan Reina sedang duduk di salah satu meja di pesta pembukaan bisnis Reza sekaligus ia mendukung dan memperkenalkan kolaborasi bisnis tersebut. Reza hebat yang menghancurkan Yuuna, Reza dapat menjadi gemilang saat usianya masih muda sekitar 25 tahun, bisa dibilang dia adalah pebisnis muda yang berhasil. Yuuna masuk dengan membuntut di belakang Reina, sungguh bagi Yuuna dirinya merepotkan sekali, karena ia tidak berani untuk mengangkat barang sedikit pun. Katakanlah Yuuna itu penakut dan pemalu karena kenyataanya dan yang terjadi saat itu. Yuuna mati-matian untuk menahan rasa untuk berlari dari tempat itu dan tidak akan menampakkan dirinya lagi, Yuuna sampai harus berkali-kali mengelap yang basah karena keringat, bukan ia tidak gemetar, Yuuna sangat gemetar tapi tidak terlihat jelas karena beruntung. Orang-orang sibuk dengan pembicaraan mereka masing-masing dan tidak memperhatikan sekitar. Yuuna berusaha menghindari kontak yang mengundang perhatian orang lain. “Yuu… kamu jangan khawatir. Lihat tidak ada yang memperhatikan kitakan… mereka semua sibuk dengan obrolan mereka, jadi kamu aman kok jangan ketakutan begitu… ”ucap Reina sambil menggenggam tangan lembab Yuuna, Reina memberikan tisu dan mengeringkan tangan Yuuna dengan tisu itu. “Tapi… ini perta Reza dan dia teman Reza, aku takut dia datang dan menyadari kehadiranku…” cicit Yuuna dengan suara yang sangat pelan, ia berbisik dengan sedikit mencondongkan tubuhkan kearah Reina. “Dia tidak akan datang, aku bisa memastikan itu jadi tenanglah,” Kenapa…? ” tanya Yuuna tiba-tiba saja pertanyaan itu terpikir olehnya kemudian ia menanyakannya pada Reina. “Dia tidak ada di kota ini, itu yang aku dengar dari Reza. Waktu itu aku tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka di telepon dia meminta maaf karena tidak bisa datang ke pesta ini. Jadi apa yang kamu takutkan? ” sebut Reina, setidaknya dari informasi yang Reina dapatkan itu bisa membantu Yuuna untuk mengatur lega dan menenangkan pikirannya dari orang itu agar mereka tidak berjumpa lagi, selain rasa, ada juga rasa takut pada diri Yuuna. “Reza tidak ada niatan menghampiri kita atau bagaimana sih!” omel Reina karena kakaknya itu tidak kunjung menghampiri mereka yang sudah dari tadi duduk di meja yang ya cukup di pinggir karena itu kemauan Yuuna dan Reina pun menurutinya karena sudah merasa kasian dengan Yuuna yang diserang gugup dan panik dari tadi. “Jangan berbicara begitu… diakan pemilik acara pasti dia harus menyapa tamu-tamu dan relasinya yang datang,” ucap Yuuna agar Reina berhenti bersuara keras hanya karena Reza tak kunjung menghampiri mereka. Yuuna memilih berani berbicara karena ia diam bisa-bisa Reina makin mengeraskan suaranya dan memancing perhatian tamu lain, dan Yuuna tidak suka itu jika sampai terjadi mungkin Yuuna memilih untuk bersembunyi di bawah kolong meja saja. “Aaaa… Yuuna sangat perhatian sekali… mau tidak jadi kakak iparku saja Yuu?” goda Reina tiba-tiba setelah Yuuna selesai berbicara tadi. Reina kini menatap Yuuna dengan smirk dan satu alisnya terangkat, sungguh Yuuna benci ekspresi itu ada di wajah Reina, karena menurut Yuuna Reina menjengkelkan. “Ayolah Yuuna… jangan malu-malu…” goda Reina kembali, baiklah Yuuna ingin menenggelamkan dirinya saja saat itu juga. Perkataan Reina itu sungguh membuatnya kesal, padahal maksudnya agar Reina tidak banyak mengeluh bukan ia ingin menjadi kakak iparnya. “Kau tau Yuu… kurasa kau cocok menjadi kakak iparku, jadi kita akan sering bersama… dan tenang saja, kami semua merestuimu bersama Reza. Apalagi Reza itu sepertinya menyukaimu jadi kau akan disayang olehnya bahkan mungkin sangat disayang, aaaaa…. Aku saja sebagai adiknya jarang ia sayang-sayang, ”celoteh Reina panjang lebar dengan semangat. Yuuna bertambah malu dengan dirinya sendiri karena kini Reina malah berusaha menjodoh-jodohkannya pada sang kakak. “Tidak!” ucap Yuuna dengan suara tapi dengan suara yang tidak tinggi karena ia tidak bodoh untuk meninggikan suaranya yang sejak tadi ia malah tidak ingin berbicara. “Aaaa… Yuuna… masa menolak kakakku itu dan aku sekaligus,” rengek Reina pada Yuuna dengan wajah cemberutnya. Yuuna mendelik melihat Reina. “Ayolah… Rei… aku tidak ada niatan atau malah berpikran untuk menjadi kakak iparmu,” bisik Yuuna, ia benar-benar ingin berteriak di telinga itu jawaban. “Kalian sedang membicarakan apa? Sampai-sampai aku datang kalian berdua tidak sadar, sepertinya sangat menarik, ”tegur seseorang dengan suara berat khas suara laki-laki. “Oh… Tuhan… ini dia yang punya acara… selamatkan aku…” teriak Yuuna tapi hanya ada dipikirannya. “Ah… Yuuna…” panggil Reza melihat Yuuna hanya melihat kearah Reina adiknya sejak tadi dan tidak berani melihat ke samping di mana Reza berdiri melihat punggung kekal Yuuna. Yuuna malah izinkannya tubuhnya merosot semakin dalam. “Yuu… kamu baik-baik saja?” tegur Reza. Yuuna sangat ingin lari saja dari sana, ia malu sekali. “Dia ok, bahkan sangat ok. Dia hanya malu-malu Kak, ”celetuk Reina duluan, jelas ucapan Reina tadi sangat salah besar karena bukan itu kenyataanya. Yuuna tidak sedang baik-baik saja saat itu. Jantung Yuuna berlomba memompa dengan denyutan pain di kepala Yuuna. Sedangkan keringat semakin membahasi telapak tangan Yuuna, berkali-kali Yuuna mengelapkan ke drees yang ia kenakan. “Kau baik-baik sajakan Yuu… sepertinya tanganmu berkeringat sangat berlebihan. Ini gunakan ini, ”ucap Reza sambil menyodorkan sapu tangan dari kain yang sangat lembut pada Yuuna. Yuuna megambilnya karena ia butuh untuk mengeringkan berkah di ramalan. “Terimakasih,” cicit Yuuna, kemudian ia menggenggam sapu tangan itu erat. Sungguh sapu tangan itu menguarkan wangi yang sangat lembut dan nyaman padahal sapu tangan itu ada di tangan Yuuna tidak sedang dicium oleh Yuuna. “Kau tidak pegal terus menunduk?” tegur Reza lagi, ia sangat ingin tahu apa yang membuat Yuuna betah menunduk dari lawan bicaranya. Berbeda dengan adiknya Reina yang sedang menikmati acara dari tempat duduknya sambil sekali-sekali tersenyum kearah Yuuna. “Yuu… angkat saja kepalamu, kasian Kak Reza dari tadi hanya berbicara pada punggungmu,” celetuk Reina, yang membuat Yuuna ingin menenggelamkan dirinya saja. Mana berani dia mengangkat kepala melihat kearah Reza yang sedang mengajaknya berbicara. “Yuu… kenapa kau begitu padaku, apa kau sangat udah untuk datang ke acara ini? Aku minta maaf jika ini membuatmu terbeban, ”tutur Reza dengan rasa nya, dan itu berhasil membuat jantung Yuuna berdetak lebih cepat karena ia yang seharusnya memanfaatkan Reza. Yuuna jadi bergerak gelisah karena ia ragu, ia ingin menjelaskan pada Reza bukan menyatakan ia menyinggung perasaan Reza seakan ia udah datang keacara itu, ia hany malu saja. “Bu-bukan begitu Kak,” cicit Yuuna sambil tergagap, ekspresinya menyengit memjamkan matanya, ia benar-benar merasa senang dan malu. “Lalu?” Tanya Reza. “Wajahnya, dia malu wajah… orang cantik tapi tidak percaya diri yang pernah kutemui,” sebut Reina menjawab pertanyaan Reza dan menyindir Yuuna yang masih menunduk tetapi melihat kearah Reina dengan tatapan mata marah yang lucu. "Hei! Kenapa melihatku seperti itu ?! ” protes Reina karena ditatap marah oleh Yuuna. Reina malah ekspresi ekspresi tidak terimanya ditatap Yuuna seakan merujuk pada dirinya. Ya… nyatanya Reina merawat. “Sudah… sudah… kamu tidak perlu malu, aku tidak akan mengejekmu,” ujar Reza, sepertinya ia salah tangkap maksud ucapan sang adik. “Ya! Reza! Astaga… ”bentak Reina dengan meninggikan suaranya pada Reza, ia kesal dengan kakaknya yang berpikir lambat itu. “Kau akan menyesal mengatakan itu Kak, dia bukan malu karena dia takut diejek tapi takut nanti matamu akan loncat dari tempatnya karena melihat wajah Yuuna…” ejek Reina pada Reza dengan cibiran juga, “cih… sok sekali dia, tidak tau saja Yuuna bagaimana… Kemudian ia kembali fokus pandangannya pada panggung. Tanpa disangka-sangka Yuuna memberinya sebuah kepala dan menoleh kearah Reza. Benar saja, Reza kaget dan ia membulatkan tatapan matanya saat memandang Yuuna yang ada di lapangan. Reza mengerjapkan matanya beberapa kali. Beruntung mulutnya tidak ikut terbuka karena ketercengangannya. “Sudah kuduga, lebay sekali kau Kak…” ejek Reina saat ekspresi ekspresi wajah Reza berubah dari tadi wajah berseri karena ada Yuuna tapi kini berubah menjadi terkejut, menurut Reina saat itu tidak boleh dilewatkan untuk diejek sepuasnya. “Cocokkan Kak jadi Kakak iparku?” goda Reina pada Reza yang masih terkejut tapi sudah sadar dengan adiknya yang datang jengkel tadi. “Apanya?” tanya Reza cepat pada Reina. “Halah… jangan sok g****k begitu Kak, aku tau dan melihat dengan jelas wajahmu mengatakan kau suka pada Yuuna…” goda Reina lagi, dan itu sukses membuat Reza memerah, yang Reina bingung itu memerah karena marah atau karena malu. Dan yang pasti wajah Yuuna kini yang menunduk lebih dalam dan tidak berani berbicara lagi. “Kalian berdua malu-malu… hahaha…! Cocok sekali…! ” Reina sudah cukup mengelegar dan membuat perhatian tamu lain teralihkan untuk melihat apa yang terjadi di meja yang sangat dekat dengan dinding itu. Mereka berbisik menebak-nebak drama apa yang sedang terjadi, karena yang terlihat adalah seperti seorang kekasih yang memergoki kekasihnya sedang datang ke pesta dengan kekasih lainnya. Sungguh miris karena Yuuna sebagai korban malah terlihat sebagai pelakor yang baru saja terciduk oleh kekasih sang kekasih. “Apa mereka baru saja di terciduk oleh kekasih kekasih?” bisik-bisik meja tetangga, sungguh drama yang mereka lihat tidak seperti yang terjadi sebenarnya. “Memalukan sekali… tertangkap basah saat pesta begini, tapi itukan Reza pemilik pesta…” cibir tamu lainnya. “Jadi dia yang membawa kekasih gelapnya juga ke pesta, astaga g****k sekali benar kata kekasihnya tadi g****k,” cibir para tamu yang masih duduk di meja mereka tetapi mata mereka berada di meja tetangga dan menggosipi yang belum tentu keberanannya. Sedangkan di meja Reina, Reza, dan Yuuna. Yuuna merutuki dirinya sendiri, ia tidak bisa mendengar cibiran para tamu yang melihat drama adik kakak yang juga mirip namanya. Perkataan-perkataan mereka tidak membuat Yuuna sakit hati karena pada kenyataannya dia tidak memperdayakan dari perkumpulan. Mereka adalah teman dan Reza Reina adalah kakak adik. Lalu Reina, ia memutar matanya yang langsung karena orang-orang yang suka berkomentar buruk tentang yang mereka lihat tetapi tidak mencari tahu kebenarannya dan menghakimi. Sedangkan Reza ia jadi malu sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD