Kathleen yang menggoda

1251 Words
"Saya permisi dulu, silahkan nikmati waktu kalian berdua," ucapan Cecilia seketika saja membuat Darren tersadar dari lamunan. Namun belum sempat dia berbicara, gadis itu sudah menutup pintu ruangan dengan keras dan menimbulkan suara keras. "Siapa perempuan itu, Babe? Kenapa dia kasar sekali?" tanya Kathleen yang terlihat sebal dengan kelakuan Cecilila "Dia itu sekertaris Ayahku dan sekaligus mentor aku," jawab Darren dengan pikiran yang masih kacau. Rasanya masih sulit dipercaya, tapi inilah kenyataannya. Kathleen berada di dekatnya, dengan memakai cardigan panjang berwarna pink sebagai outer, kaus putih di dalamnya dan rok jeans selutut yang membuat tampilannya semakin cantik. "Permisi Pak, ini lemon tea no sugarnya," ucap Irene sambil membawa nampan yang berisi sebuah gelas dan beberapa makanan ringan. Karena terlalu asyik melamun tadi, Darren juga tidak menyadari kapan sekertarisnya keluar setelah mengantarkan Kathleen dan kembali masuk ke dalam ruangannya. "Babe, perempuan ini sekertaris kamu? Aku kira dia tadi hanya sebatas karyawan biasa atau malah office girl," tanya Kathleen yang dengan terang-terangan mengamati dan berkomentar mengenai penampilan Irene. Irene menunjukkan raut wajah yang tidak enak dilihat karena memaksakan senyum. Entah mengapa Darren tidak menyukai sikap Kathleen yang menurutnya tidak sopan. Mungkin dengan perlahan dia harus memberitahu Kathleen untuk memperbaiki sikapnya. "Oh oke, Irene kamu bisa keluar sekarang dan pelajari semua yang Cecilia ajarkan," ucap Darren pada Irene yang bahunya terlihat bergetar dan masih memaksakan tersenyum. "Kamu kenapa ke Jakarta tidak mengabari aku dulu? Kan bisa aku sempatkan untuk jemput," Darren segera melayangkan protes yang hanya ditanggapi tawa kencang oleh Kathleen. "Aku sengaja mau kasih surprise untuk kamu. Sebenarnya aku sudah tidak marah lagi, hanya saja aku butuh waktu untuk berpikir. Dan tiba-tiba saja terbersit keinginan untuk menyusulmu ke Jakarta," ucap Kathleen sambil menyilangkan kedua kakinya dan memperlihatkan kulit pahanya yang putih dan mulus. Saat Darren memperhatikan bagian tubuh Kathleen yang terekspos itu lebih lama, bayangan kulit tubuh Cecilia yang putih tiba-tiba terlintas di benaknya dan membuatnya menggeram kecil saat menyadari pikiran m***m itu. "Terus bagaimana dengan kuliahmu?" tanya Darren setelah menghela nafas berkali-kali untuk mengenyahkan bayangan Cecelia. "Aku sudah memutuskan untuk kuliah di Jakarta dan minggu depan aku sudah memulai kuliah S2 di kampus Purple Blossom," jawab Kathleen dengan mengulas sebuah senyuman. Saat merapikan rambut, d**a Kathleen membusung sehingga semakin membuat kedua benda kenyal miliknya semakin membesar. Apa dia tidak salah menangkap gesture Kathleen saat ini? Kenapa di dalam benaknya, Kathleen seakan ingin menggodanya? Apa karena ini efek karena mereka yang sudah hampir 2 bulan tidak bertemu? Pikir Darren dalam hati. "Babe, kamu bisa temani aku jalan-jalan dulu tidak? Aku sama sekali tidak memahami kota Jakarta dan tidak mau terus merepotkan temanku. Sebenarnya aku sedang mencari tempat tinggal sementara yang nyaman, aman dan harganya juga terjangkau," ucap Kathleen dengan memohon. Bahkan gadis berambut pirang itu segera menggenggam tangan Darren dan meletakkannya pada pangkuan pria itu. Untuk sesaat Darren menikmati saat sentuhan kedua tangan Kathleen pada pahanya. Hingga lagi-lagi dia dikejutkan akan bayangan Cecilia yang tiba-tiba melintas dalam benaknya. 'Darren! Kenapa kamu seperti ini? Padahal kamu sudah berjanji setia dengan Kathleen, tapi berpisah sejenak membuat kamu melupakan kekasihmu!' Makinya dalam hati. "Eh, kalau kamu menginap dulu di hotel sampai hari Jumat bagaimana? Sekarang aku sedang sibuk sekali dengan jadwal baru yang sangat padat," ucap Darren yang lalu melepaskan tautan tangan mereka berdua. "Darren, andai kata aku tahu daerah Jakarta juga aku tidak akan cemas. Sebelum kemari aku sempat membaca tentang Jakarta yang katanya adalah kota dengan tindak kejahatan paling banyak," dengan wajah memelas Kathleen kembali berbicara. Darren menghela nafas, tidak tahu berbuat apa di situasi seperti ini. Meninggalkan Kathleen sendirian rasanya tidak mungkin, tapi pekerjaannya saat ini juga menyangkut kelangsungan hidup karyawan yang berada di bawah naungan Sanjaya Group. Suara ketukan pintu disertai dengan langkah sepatu hak tinggi Cecilia yang beradu pada lantai membuat Darren menoleh ke arah gadis yang sedang membawa setumpuk berkas dan tablet. Melihatnya dengan wajah serius seperti ini membuat Darren yakin jika berkas yang gadis itu bawa sangat mendesak dan harus kerjakan saat ini juga. "Babe, bilang padanya agar tidak memberikan kamu pekerjaan. Kamu harus menemani aku sekarang juga," ucap Kathleen dengan nada manja. "Cecilia, apa tidak dapat dikerjakan besok saja? Saya mau mengantarkan Kathleen untuk mencari tempat tinggal sementara karena dia berencana untuk kuliah di sini," setelah mengusap wajah kasar Darren berkata kepada Cecilia. "Maaf sekali jika harus mengecewakan anda Nona Kathleen, saat ini jadwal Bapak Darren sedang padat sekali dan dia tidak ada waktu untuk menemani anda untuk berjalan-jalan," Darren tersentak saat mendengar pengucapan bahasa Inggris Cecilia yang seperti native speaker. "Babe, ayolah aku tidak memahami jalan di Jakarta," bujuk Kathleen dengan raut wajah cemas. "Bapak Darren, ini berkas-berkas yang harus Bapak pelajari sekarang juga!" Sentak Cecilia sambil menaruh setumpuk kertas itu dengan kasar. "Hey, sekertaris. Kasar sekali kau! Lagipula kau ini hanya pegawai yang tidak berhak memerintah bos," ucap Kathleen yang menatap Cecilia dengan sinis dan lalu beralih menatap Da "Babee....Apa kamu tidak kasihan melihatku yang datang jauh dari Boston ke mari demi menyusul kamu. Lagipula kan kamu bisa mengerjakannya besok-besok. Masa belum ada beberapa hari kamu sudah dibebankan tanggung jawab yang besar," ucap Kathleen dengan merengek. Darren terdiam dan berpikir sejenak apakah akan tetap di kantor ataukah menemani Kathleen. Saat mendongak, mata Cecilia dan matanya bersirobok, gadis itu menatapnya dengan tatapan garang yang membuat Darren jengah. Tanpa perlu dikatakan, pria itu tahu jika gadis sombong ini sedang marah karena dia berusaha mangkir dari tugas. Darren lalu memutuskan kontak mata mereka dan melihat Kathleen yang tersenyum begitu manis dan membuat perasaannya seketika membaik. Baiklah karena kekasihnya sudah rela menyusul jauh-jauh, mungkin hari ini dia harus memenuhi permintaan Kathleen. "Maaf Cecilia, pekerjaan itu akan saya kerjakan besok. Hari ini saya harus mengantar Kathleen mencari tempat tinggal," ucap Darren yang segera mendorong koper Kathleen dan segera keluar dari ruangan ini. "Terserah saja kalau begitu tapi saya akan mengatakannya kepada Bapak Gio, tidak peduli Bapak akan mengatakan jika saya ini seorang pengadu," ucap Cecilia yang terdengar dari ruangan kerja Darren. Kali ini Cecilia memakai bahasa Indonesia sehingga Kathleen tidak mengerti apa yang diucapkan olehnya. "Babe, kita naik apa?" tanya Kathleen saat mereka berada di dalam lift. "Kita naik mobil saja, sebentar aku panggil supir untuk membawakan kunci mobil,'' jawab Darren sambil menelepon pak Ridho. Panggilan pertama langsung dijawab dan pria itu memintanya untuk membawakan kunci mobil yang segera dilakukan oleh Pak Ridho. "Ini mobil kamu? Wah ini keren sekali," ucap Kathleen dengan nada antusias. Darren membiarkan saja Kathleen yang sedang mengagumi Fortuner berwarna hitam yang merupakan pemberian dari ayah. Tak lama Pak Ridho datang dan Darren memberikan 3 lembar seratus ribu sebagai uang ongkos dan jajan anak-anaknya. Pria bertubuh kurus itu sampai terharu saat menerima uang dari Darren. "Kamu mau tempat tinggal yang seperti apa?" tanya Darren yang sedang mengatur posisi kursi yang nyaman untuk Kathleen duduki. "Maunya di dekat dengan Purple Blossom saja biar menghemat waktu dan mengirit ongkos," jawab Kathleen yang segera melepas jaket dan hanya menyisakan tank top saja. Darren segera memalingkan wajah dan berusaha memusatkan konsentrasi pada kemudi mobil. Dia ini masih pria normal yang lemah iman. Dan melihat pemandangan bukit kembar yang menonjol dengan gagahnya membuatnya meneguk saliva dengan kasar. Kulit punggung Kathleen yang putih mulus terlihat berkeringat. Darren memutuskan untuk mengecilkan suhu AC agar Kathleen tidak merasakan kepanasan lagi. "Babe, ayo cepat kita segera cari tempat tinggal untukku," ucap Kathleen sambil mengamit lengan kiri sang kekasih dan meletakkan di kepalanya sehingga pria itu dapat merasakan kedua d**a Kathleen yang empuk di balik kaus yang dia kenakan. Ini buruk! Sesuatu di dalam tubuh Darren seketika bergejolak dengan hebatnya. Sepertinya dia kualat karena mengabaikan perkataan Cecilia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD