Darren memasuki ruangan rawat inap dengan perasaan yang tidak menentu, bagaimana keadaan Cecilia saat ini? Apakah gadis angkuh itu baik-baik saja ataukah luka di sekujur tubuhnya lebih parah daripada kelihatannya.
"Tenang saja, Pak, pacar Bapak sepertinya tidak apa-apa." Darren tersentak saat seorang suster yang memakai kerudung berwarna hijau muda berkata kepadanya.
"Darimana suster tahu jika Cecilia baik-baik saja?" tanya Darren sambil menatap mata sang suster. Apakah di wajahnya terlihat jelas kekhawatiran pada gadis angkuh itu?
Suster yang kira-kira berusia 50 tahunan itu hanya tersenyum sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Darren.
"Kalau terjadi apa-apa, seluruh perawat di rumah sakit ini sudah mengetahuinya. Sepertinya proses operasi pacar Bapak berjalan sangat lama."
"Sampai perlu di operasi segala, Sus? Separah itukah lukanya?" tanya Darren yang masih terkejut.
"Nanti setelah proses operasi selesai, mungkin dokter akan ke ruangan Bapak juga karena wali dari Nona Cecilia adalah Bapak Nyoman," jawabnya sambil menunjuk ke arah Bli Nyoman yang baru memasuki ruangan rawat inap Darren.
"Bapak Darren, saya sudah mengabarkan ke kantor cabang Sanjaya Group yang ada di Ubud ini, jika Bapak Darren dan Mbak Cecilia terluka akibat terkena serangan massa di lokasi pembangunan resort," ucap Bli Nyoman dengan nada yang lebih tenang daripada sebelumnya.
"Dan apa reaksi para petinggi yang ada di kantor cabang?" tanya Darren setelah menarik napas dalam.
"Mereka diam saja, Pak, jadi saya juga tidak tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya," jawab Bli Nyoman dengan nada frustasi.
"Kalau begitu, Bli Nyoman hanya perlu fokus mengurus kami berdua hingga sembuh dan setelah saya amati cara kerja Bli selama beberapa hari. Saya akan mengajukan Bli sebagai asisten yang akan membantu saya dan Cecilia selama di Bali ini," ucap Darren dengan yakin.
"Saya ini tidak pantas menjadi asisten Bapak dengan latar pendidikan yang hanya lulusan SMA." Bli Nyoman terkejut sebelum menyahut perkataan Darren dengan keraguan yang jelas kentara.
"Mau lulusan apapun tidak menjadi masalah. Karena saya merasa Bli mampu melakukannya. Kita akan membuat surat kontrak untuk Bli selama 3 bulan, jika hasil pekerjaan Bli memuaskan saya akan menaikan jabatan Bli sebagai pegawai kantor di cabang Ubud ini," ucap Darren memberikan motivasi agar Bli Nyoman mau menerima tawarannya ini.
"Terima kasih atas kepercayaannya, Pak. Saya akan berusaha sebaiknya agar tidak mengecewakan." Sambil menahan rasa haru Bli Nyoman akhirnya menerima tawaran itu setelah terdiam beberapa saat.
Tak lama seorang dokter memasuki ruangan rawat Darren untuk memeriksa keadaan pria itu. Dan Darren memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya mengenai kondisi terkini dari Cecilia.
"Pacar Bapak mendapat luka dalam yang cukup parah, kami menemukan sedikit retakan pada tulang punggungnya. Tapi Bapak tidak usah khawatir karena kami sudah menanganinya dan juga melakukan operasi pada tulang kaki sebelah kanannya. Jadi kalau bisa Bapak nasehati dia agar tidak lagi memakai sepatu hak tinggi dalam jangka waktu 8 bulan ini, jika tidak ingin cedera di kakinya kembali kambuh," imbuh sang dokter dengan nada penuh peringatan.
"Memangnya apa hubungannya cedera dengan sepatu hak tinggi?" tanya Darren dengan nada bingung.
"Karena memakai sepatu hak tinggi dalam jangka waktu lama dapat memperburuk posisi tulang seseorang. Apalagi hak tinggi yang runcing dapat membuat tekanan berlebih di daerah pinggul, b****g dan tungkai. Belum lagi resiko syaraf terjepit yang mengakibatkan nyeri dan mati rasa," jelas sang dokter kembali.
"Baiklah, akan saya ingatkan dia setelah ini. Jadi apakah sekarang Cecilia sudah dapat dijenguk?" tanya Darren kembali.
"Bapak bisa menjenguknya sekitar 3 jam lagi setelah efek biusnya habis dan Nona Cecilia dipindahkan ke ruang rawat inap," Darren hanya mengangguk saat mendengarnya.
"Melihat Bapak sangat mengkhawatirkannya, mengingatkan saya pada masa muda saat masih pacaran dulu," Darren mengernyit saat sang dokter tiba-tiba membahas tentang masa lalunya.
Apa ada yang salah dengan dia yang mengkhawatirkan karyawannya sendiri? Mengapa sang dokter malah membahas romantisme masa muda dirinya? Pikir Darren dalam hati.
Nampaknya Darren memang tidak sadar jika dia membenarkan perkataan para petugas medis kalau Cecilia adalah kekasihnya hingga sebuah celetukan dari Bli Nyoman terdengar dan membuat suasana menjadi canggung.
"Maaf, Dok, Mbak Cecilia bukan pacarnya Pak Darren.”
Sang dokter segera pamit dari ruangan begitu selesai memeriksa luka yang ada di tubuh Darren.
"Apakah Bli Nyoman juga melihat jika saya sangat cemas dengan keadaan gadis angkuh itu?" tanya Darren setelahnya.
Bli Nyoman hanya mengeluarkan senyumnya tanpa berucap sepatah katapun. Lagi-lagi Darren menghela nafas dalam, bingung menghadapi situasi yang penuh kesalahpahaman ini.
"Pak Darren, kalau boleh saya kasih saran, jangan terlalu membenci Mbak Cecilia karena kita tidak tahu apa yang terjadi kedepannya. Bisa saja yang awalnya saling mencintai pada akhirnya membenci. Begitu juga sebaliknya, bisa jadi nanti kalian berjodoh," Darren langsung tertawa saat mendengar ucapan Bli Nyoman yang nampak seperti omong kosong baginya.
"Bli jangan bercanda, mana mungkin saya dan Cecilia yang sering bertengkar seperti itu memiliki hubungan 'istimewa' seperti itu," ucap Darren dengan menekankan kata istimewa.
''Kalau begitu biarkan takdir saja yang akan berbicara. Bapak lebih baik istirahat dulu sebentar, saya akan mengecek keadaan Mbak Cecilia. Bapak mau dibawakan apa?" tanya Bli Nyoman kembali.
"Saya mau minum yang segar-segar, bisa belikan saya jus nanas campur lemon? Oh iya saya mau minum sekarang, rasanya tenggorokan saya kering, bisakah Bli mengambilkan saya minum?" tanya Darren sambil memegang tenggorokannya yang terasa kering.
Dengan sigap Bli Nyoman mengambil gelas dan mengisinya hingga penuh lalu mengulurkannya ke arah Darren. Setelah membantuku berbaring, Bli Nyoman segera pamit untuk mengecek keadaan Cecilia.
Rasa kantuk tak lama menghampiri dan aku memutuskan untuk memejamkan mata barang sejenak. Peristiwa yang terjadi hari ini sungguh tidak diduga sebelumnya. Tapi siapakah yang mempengaruhi para warga itu untuk melakukan demo dan melakukan tindak anarkis seperti melempar batu ke arah kami?
Terlalu banyak berpikir membuatku tak lama menuju alam mimpi. Hingga dia merasa seseorang mengguncang tubuhnya dengan agak kencang dan mata pria itu membuka untuk mengetahui siapa yang membangunkan tidur lelapnya.
"Pak Darren, bagaimana keadaan Bapak?"
‘Suara itu bukannya suara Cecilia?’ tanyanya dalam hati.
Karena penasaran Darren segera menoleh dan melihat Cecilia yang duduk di kursi roda dengan Bli Nyoman dibelakangnya.
"Saya hanya merasa sedikit nyeri akibat lemparan batu itu, tapi apa yang kamu lakukan di sini? Dokter bilang kamu baru saja dioperasi dan sedang pemulihan?" tanya Darren dengan ketus saat sudah sadar sepenuhnya.
"Saya sudah sadar itu artinya sudah tidak apa-apa. Tugas saya adalah untuk menjaga dan memastikan Pak Darren sudah aman dari bahaya." Darren tercengang saat mendengar perkataan Cecilia.
Sebenarnya tadi siapa yang melindungi siapa? Kenapa Cecilia bertingkah seperti dia yang pahlawannya di sini? Apakah gadis ini masih belum sadar dari pengaruh obat bius sehingga bicara melantur seperti itu?
"Sungguh luar biasa sekali perkataan kamu, coba tadi kamu ingat lagi siapa yang membawa kita keluar dari situasi bahaya seperti tadi?" ucap Darren dengan nada menyindir.
"Itu karena tadi Bapak yang bersikeras untuk berlari sambil menggendong saya," sahut Cecilia yang tidak mau mengalah.
"Ya dan kaki siapa yang bengkak parah tadi sampai saya harus menggendong kamu?" Darren kembali membalas dengan nada sengit.
Cecilia tak lama hanya menarik nafas kesal sambil membuang wajah dan tak lagi mendebat. Gadis itu tidak dapat lagi mendebat Darren dan terdiam lama hingga keheningan tercipta di ruangan rawat inap ini.
"Bli Nyoman bukannya tadi dokter berkata jika Cecilia dapat dijenguk setelah 3 jam? Tapi apa ini, kenapa dia yang menjenguk saya dengan didorong pakai kursi roda?" Darren sengaja bertanya kepada Bli Nyoman untuk memecahkan suasana yang semakin canggung.
"Pak Darren sudah tertidur 4 jam lebih, dan Mbak Cecilia bersikeras untuk melihat kondisi Bapak agar bisa melaporkannya kepada Bapak Giovani," penjelasan dari Bli Nyoman membuat Darren mengangguk paham.
"Oh iya Pak Darren, ini pesanan jus Bapak. Cepat diminum selagi masih dingin," ucap Bli Nyoman sambil mengulurkan segelas jus yang segera diterima oleh Darren.
Sambil meminum jus yang langsung menyegarkan tenggorokannya, Darren hanya tersenyum puas saat melihat gadis yang biasanya bersikap angkuh itu hanya terdiam tanpa dapat mendebatnya.