2 sepupu menyebalkan

1541 Words
Sepanjang perjalanan menuju hotel, Darren melihat sebuah Pura yang besar dan orang-orang dengan pakaian adat Bali, baik itu laki-laki maupun perempuan. Supir kantor yang mengantarkan mereka berkata jika sedang ada acara sembahyang untuk umat Hindu. Sempat Darren menoleh sekilas ke arah Cecilia yang tidak berekspresi apa-apa dan itu membuatnya menggelengkan kepala. Suasana di dalam mobil menjadi canggung dan hening hanya dengan melihat wajah Cecilia yang seperti ingin memakan orang itu. "Mumpung kita di Bali, nikmati saja pemandangannya. Jangan terlalu serius amat jadi orang," ucap Darren yang lalu melihat pemandangan dari balik jendela mobil yang sengaja dia buka. "Suka-suka saya, Pak," sahut Cecilia dengan sinis. Darren mendengkus setelahnya dan kembali mengalihkan pandangan ke arah lain. Bersama dengan gadis angkuh ini selama 3 bulan ke depan mau tak mau membuatnya harus mempertahankan kewarasan. Ternyata jarak dari bandara ke hotel memakan waktu 30 menit, Darren melirik jam di pergelangan tangan yang menunjukkan angka 12:50. Tidak terlalu terlambat juga untuk makan siang. "Pak Darren, Mbak Cecilia, saya tinggal dulu. Rumah saya dekat dari sini, jadi kalau Bapak atau Mbak mau jalan-jalan bisa kontak saya," ucap sang supir dengan logat Bali yang sangat kental. "Saya mau jalan-jalan di sekitar Ubud nanti sekitar jam 3 sore, Bli bisa kan kemari lagi jam segitu?'' tanya Darren yang segera disanggupi oleh pria berusia 30 tahunan ini. "Saya mau mandi dan makan siang, jadi terserah kamu mau ikut saya jalan-jalan atau tetap mendekam di dalam kamar," ucap Darren saat keduanya tiba di depan kamar yang memang bersebelahan. Namun Cecilia langsung masuk ke kamar tanpa berbicara dengan Darren. Setelah mandi Darren segera turun ke restoran dan memesan bebek betutu dan es lemon teh, tak lama dia melihat Cecilia yang juga memasuki restoran yang sama. Dia memakai kaos berwarna pink dan celana jeans selutut yang dipadukan dengan outer batik yang harus Darren akui sangat cocok melekat pada tubuhnya. Terlihat Cecilia menghela nafas kasar saat melihat keberadaanya di tempat yang sama dengan gadis itu. Darren berdecak saat melihat kelakuan Cecilia yang kelihatan sekali jika masih punya dendam kesumat dengannya karena motor gadis itu yang ditabrak oleh supir taksi daring yang Darren tumpangi tempo hari. "Saya kirain kamu akan kembali ke kamar," ucap Darren saat Cecilia duduk di meja yang sama dengannya karena padatnya restoran ini. "Tadinya saya juga ingin begitu, tapi Pak Gio meminta kita untuk secepatnya mencari home stay dengan biaya yang lebih terjangkau. Tidak mungkin juga kita akan tinggal selama 3 bulan untuk 2 kamar dengan budget Rp 4.000.000,- sehari," ucap Cecilia yang segera memanggil pelayan dan memesan sate lilit ayam dengan sambal matah, serta segelas es kopi alpukat tanpa gula. "Jadi setelah makan, saya akan ikut Bapak untuk mencari penginapan. Bapak Gio menyarankan kita tinggal di sebuah rumah dengan penduduk lokal." Sambung Cecilia kembali setelah sang pelayan meninggalkan meja mereka berdua. Apa! Tidak dapat dipercaya jika dia harus tinggal satu atap bersama dengan gadis angkuh ini selama 3 bulan. Entah ini ide bagus atau sebaliknya, Darren berharap jika 3 bulan akan segera berlalu agar mereka dapat kembali ke Jakarta dan menjalankan kehidupan seperti biasanya. "Kenapa harus satu rumah? Bukannya kita bisa pilih 2 rumah?" tanya Darren sambil melancarkan protes. "Pertama, kita tidak tahu kondisi di sekitar Ubud ini dan dengan kita tinggal satu rumah Pak Gio berharap saya akan menjaga Pak Darren dari segala gangguan. Sedangkan yang kedua, seperti yang sudah saya bilang barusan. Untuk menghemat pengeluaran yang tidak perlu," ucap Cecilia yang sedang mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. "Saya jadi aneh deh, memangnya Ayah tidak menganggarkan biaya perjalanan bisnis dan yang lainnya untuk kita selama di Bali. Lagipula apa yang tadi kamu bilang? Menjaga saya dari segala gangguan, bukannya terbalik," timpal Darren dengan sinis. "Mana saya tahu kalau yang itu!" Sahut Cecilia dengan nada tinggi dari biasanya. Darren menghela nafas saat menghadapi perempuan yang hobinya marah-marah ini. Dia kan dapat menjelaskan dengan nada yang lebih lembut. Dan lagi apa Cecilia tidak lelah karena harus berteriak seperti tadi, untung saja suasana yang ramai membuat kami tidak menjadi pusat perhatian. Gerutu Darren dalam hati. "Oke, saya sudah mengerti. Jadi kamu bisa turunkan nada suara kamu dan bersiap untuk makan. Itu pesanan kamu sudah tiba," ucap Darren dengan ibu jari menuju ke arah pelayan yang sedang menuju mereka. Darren hanya diam selama makan dan segera menghubungi Bli Nyoman, supir kantor untuk menjemput mereka. 15 menit kemudian, mereka meninggalkan hotel. Cecilia langsung bertanya kepada Bli Nyoman apakah ada homestay yang dekat dengan lokasi pembangunan resort. Dengan nada riang Bli Nyoman memberitahukan ada 2 homestay yang kosong dan dia bersedia untuk mengantarkan keduanya. "Bli, antar saya dulu ke lokasi wisata di Ubud." Sambar Darren saat melihat Cecilia akan membuka suaranya. Darren tidak rela jika gadis angkuh ini bertingkah semaunya, padahal dia yang terlebih dahulu meminta Bli Nyoman untuk mengantarnya. "Bli, jangan dengarkan Pak Darren. Bapak Gio bilang jika kami harus segera mendapatkan homestay yang cocok dan nyaman," timpal Cecilia dengan kesal. Terlihat Bli Nyoman yang hanya dapat tersenyum canggung saat mendapati dua perintah berbeda. Setelahnya dia bertanya dengan nada bingung, "Jadi yang mana dulu ini, ke tempat wisata atau hari homestay?" "Homestay!" "Tempat wisata!" "Pak Darren, ke tempat wisata bisa kapan-kapan. Lagipula sayang sekali jika harus mengeluarkan uang segitu hanya untuk sekadar tidur. Di homestay juga bisa," ucap Cecilia masih dengan nada ketus. "Tapi kita enggak bisa terburu-buru juga, Cecilia. Paling tidak saya mau menikmati suasana Ubud yang damai sebelum memulai bekerja 2 hari lagi." Kembali Darren melontarkan argumentasi untuk melawan pendapat Cecilia. "Dasar anak manja," sebuah komentar yang pedas tak lama meluncur dari bibir yang dipoles dengan lipstik berwarna pink muda ini, membuat Darren gemas ingin menggigitnya. Eh? Tadi apa yang barusan dia pikirkan? Menggigit bibir gadis angkuh ini, tidak dapat dipercaya jika otaknya dapat terkontaminasi seperti ini. Makinya dalam hati. "Kamu mengatai saya anak manja?" tanya Darren dengan nada tidak percaya sekaligus mengenyahkan pikiran tidak senonoh itu. "Memang itu kenyataannya," Cibir Cecilia yang lalu mengeluarkan tablet dari tas ranselnya. "Oke, Bli kita ke homestay seperti permintaan gadis sombong ini!" teriak Darren karena kesal dikatakan anak manja oleh Cecilia. Ternyata 2 homestay yang direkomendasikan oleh Bli Nyoman sangat tidak aman dan nyaman menurut anggapan Darren. Kedua rumah itu seperti sudah dibangun sangat lama dan dia ragu apakah dapat melindungi mereka saat hujan deras turun. Bisa-bisa salah satu atap atau plafon itu jatuh dan menimpa salah satu dari mereka. Sekilas Darren melirik Cecilia yang juga sangat kecewa melihat keadaan dari homestay ini, bahkan gadis itu sampai menghela nafas berkali-kali. "Maafkan saya Pak Darren dan Mbak, terakhir saya datang kondisinya tidak seperti ini," ucap Bli Nyoman dengan menyesal. Padahal 2 homestay ini lokasinya sangat strategis, tapi sayang tidak mendapatkan perawatan yang baik dari sang pemilik. Darren lantas berpikir apakah dia harus mulai berinvestasi kepada 2 homestay ini agar kelak dapat dipergunakan oleh para turis. "Kita cari penginapan saja kalau begitu, teman saya bilang ada hotel dengan budget dibawah Rp 1.000.000,- untuk semalam," ucap Cecilia setelah terdiam beberapa saat. Darren mengernyit saat mendengar nominal harga yang termasuk murah itu. Apakah keamanan dan kenyamanan hotel itu dapat terjamin? Pikirnya dalam hati. "Lebih baik kita ke sana sebelum hari semakin sore." ucap Cecilia dengan nada memerintah. Kedua pria itu akhirnya mengikuti langkah kaki Cecilia yang terlihat penuh percaya diri dan membuat Darren sadar jika 3 bulan bersamanya pasti akan terasa berat. Ternyata penginapan yang direkomendasikan oleh temannya Cecilia jauh lebih baik daripada yang Darren bayangkan. Sangat aman dan nyaman, bahkan terlihat bersih, tapi yang paling mengejutkan bagi Darren adalah biaya penginapan ini hanya sebesar Rp 400.000,- perkamar untuk sehari. Harga yang tergolong murah untuk sebuah hotel dengan fasilitas yang lengkap. Cecilia segera membayar selama 3 bulan untuk 2 kamar dengan menggunakan kartu kredit perusahaan. Besok pagi mereka segera pindah ke hotel ini seusai sarapan. "Sekarang bisa kita pergi ke tempat wisata?" tanya Darren dengan penuh harap. "Sepertinya sudah terlalu sore, Pak, sebentar lagi akan gelap. Sekarang saja sudah jam setengah 6 sore," ucap Bli Nyoman setelah melihat jam tangannya. "Ya sudah kita kembali ke hotel saja," sahut Darren dengan kesal dan kecewa lalu beranjak meninggalkan hotel ini. Namun saat akan keluar dari lobi, Darren berpapasan dengan 2 orang yang paling tidak dia inginkan keberadaannya saat ini. "Wah, lihat ini siapa yang berkunjung ke hotel yang murahan ini," ucap orang itu dengan nada menyebalkan dan menyeringai sinis pada Darren. "Lebih baik kamu diam saja Morgan, bukan urusan kamu juga kan mengomentari ke mana aku akan pergi," balas Darren dengan tidak kalah sinis kepada sang sepupu yang merupakan anak dari adik perempuan Giovani. "Jadi benar rupanya gosip yang mengatakan jika Om Giovani sedang mengalami masalah keuangan," ucap Marcel, sepupu Darren yang lainnya. Pria itu adalah anak dari adik lelaki Giovani. Darren menghela nafas kesal saat mendengar perkataan Marcel. Sebenarnya dari mana gosip itu muncul? Kenapa dia tidak pernah mendengarnya sama sekali? Apakah ini juga merupakan salah satu penyebab keanehan yang dia rasakan? "Ayo Pak Darren, kita pergi sekarang." Sambar Cecilia yang kini berjalan di depan Darren dan tidak memperdulikan kedua sepupu pria itu. Bahkan saat Morgan menggoda Cecilia, gadis itu bergeming seakan tidak terjadi apapun. Ya Tuhan, sepertinya 3 bulan di Bali akan dipenuhi oleh perdebatan di antaranya dan Cecilia ataupun kedua sepupunya yang gila ini. Membayangkannya saja membuat kepalanya langsung berdenyut nyeri. Lagipula untuk apa kedua sepupu yang tidak pernah akur dengannya tiba-tiba berkunjung juga ke pulau Dewata ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD