"Wah lihat siapa ini yang berbicara? Rupanya Cecilia Wijaya, teman dari mantan kekasih aku," ucap Tobias dengan nada meremehkan.
"Dan siapa bilang aku enggak serius, justru karena ingin terlihat perfect aku melakukan take berulang kali." Sambungnya yang lalu menghidupkan pemantik untuk menyulut rokok.
Pria ini yang menurut Darren sungguh sinting, dia merokok di tempat ber-AC yang pastinya akan menciptakan banyak asap yang pasti merugikan banyak orang.
"Masih ingat rupanya sama mantan. Memangnya tahu kabar terakhir dia?" tanya Cecilia dengan mata mendelik kepada Tobias yang sedang tersenyum mengejek.
"Kenapa aku harus tahu kabar cewek cupu itu?" Darren menggerutu dalam hati saat mengetahui kelakuan Tobias yang ternyata tidak sesuai dengan wajah tampannya itu.
''Semoga saja kamu akan merasakan apa yang Daisy alami," ucap Cecilia dengan nada sinis.
"Itu tidak akan terjadi," sahut Tobias lalu duduk sambil bermain tablet.
Tak lama kemudian Cecilia mencari tempat duduk dan meluruskan kakinya, bahkan high heels setinggi 12 centimeter itu dia lepaskan sesudahnya. Darren tersentak saat melihat tumit Cecilia mengeluarkan darah yang lumayan banyak.
"Dasar perempuan! Bagaimana bisa mereka senang menyakiti diri agar terlihat cantik?" Komentar Darren dalam hati.
'Beauty is a pain, Babe,' seketika ucapan Kathleen terngiang di dalam pikiran Darren.
Bukan sekali dia melihat Kathleen melakukan hal yang tidak masuk akal seperti makan dengan porsi yang sangat sedikit dan membuat asam lambungnya mengamuk. Ataupun saat dia kesulitan makan akibat behel yang baru saja dia pasang. Kaum perempuan memang sulit dimengerti. Tapi kenapa Regina tidak seribet mereka, ataukah karena sang bunda sudah berumur jadinya tidak terlalu memperhatikan penampilan?
Darren segera keluar dari gedung berlantai 10 ini dan menuju minimarket yang hanya berjarak 3 ruko, kebetulan tadi saat sang supir akan memarkirkan mobil, dia melihat minimarket dengan logo berwarna biru tak jauh dari gedung ini. Cecilia membutuhkan plester untuk menutupi lukanya dan sendal jepit agar gadis itu tidak lagi mengeluarkan darah pada tumitnya.
Meskipun Darren tidak menyukai Cecilia, tapi dia masih punya hati nurani. Luka itu pasti sangat menyakitkan untuknya dan lagi untuk apa sih gadis itu memakai sepatu yang tingginya tidak masuk akal. Pak Ridho, supir Darren yang melihat sang majikan keluar dari gedung langsung menghampiri dan berkata akan membelikan apa yang Darren butuhkan. Dengan halus pria berkulit eksotis itu menolaknya dan beralasan jika dia ingin berjalan kaki untuk meregangkan tubuhnya yang kaku.
Saat memasuki minimarket Darren segera mengambil sekotak plester, sepasang sendal jepit dan beberapa minuman teh dalam kemasan botol pada lemari pendingin beserta cemilan lainnya. Entah kenapa perutnya terasa lapar lagi padahal dia makan dalam porsi banyak saat makan siang tadi.
Saat kembali ke dalam lokasi syuting, Darren melihat Tobias yang melakukan take untuk kesekian kalinya dengan botol body mist Gregorius. Melihat pria itu, Darren merasa jika proses syuting ini tidak akan berjalan dengan mudah karena kurang kooperatifnya sang model.
"Ini plester dan sendal jepit, cepat tutupi lukanya agar tidak terkena infeksi. Di rumah nanti kamu bisa mengobatinya dan besok lebih baik kamu pakai flat shoes atau sendal biar lukanya tidak semakin parah." Cecilia menoleh saat Darren selesai berkata dan menyambar plester yang ada di tangannya.
"Ternyata lukanya dalam juga, sepertinya setelah syuting ini kelar kita harus ke dokter dulu untuk mengobatinya," ucap Darren saat melihat kedua tumit Cecilia.
"Terima kasih tapi itu tidak perlu Pak, saya bisa mengobatinya sendiri," tolaknya dengan tegas sambil menempelkan plester yang senada dengan warna kulit.
Darren menghela nafas kasar menghadapi gadis yang sungguh sangat keras kepala ini. Bagaimana Mungkin Cecilia dapat mengabaikan kesehatannya begitu saja?
"Tidak ada penolakan Cecilia ini perintah. Dan pakai sandalnya sekarang." Titah Darren setelah menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Baiklah kalau begitu," ucap Cecilia sambil menerima minuman teh yang Darren sodorkan.
"Jangan sampai kaki kamu masih sakit saat kita akan berangkat ke Bali." Cecilia reflek mendengkus saat mendengar kata Bali.
"Saya tidak akan tumbang, sekalipun badai datang menerjang," ucap Cecilia dengan nada sombong.
"Hiperbola sekali kamu," sindir Darren sambil menyentil dahi Cecilia yang tiba-tiba berkerut.
"Bagus Tobias, hari ini cukup sampai di sini syutingnya dan terima kasih untuk kerjasamanya." Darren menoleh saat mendengar suara sang sutradara yang mengumumkan jika syuting hari ini sudah selesai.
Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya menunjuk pada angka 6. Ternyata jadwal syuting menjadi lebih lama 1 jam dari yang seharusnya. Entah apa maksud Tobias melakukannya? Hanya Tuhan yang dan Tobias sendiri yang mengetahuinya.
"Jadi kita akan bertemu lagi sampai 3 hari ke depan ya, Cecilia. Aku harap sih kamu memberitahukan kepada Daisy mengenai pertemuan kita," ucap Tobias yang kini berdiri di depan Cecilia dan melihat keduanya membuat Darren tersadar jika gadis angkuh itu memiliki postur tubuh yang pendek.
Jadi apakah karena itu dia gemar memakai sepatu yang memiliki hak tinggi? Untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan orang lain yang dia temui dalam kesehariannya? Pikir Darren.
"Untuk apa?" tanya Cecilia dengan nada datar.
"Selamat sore, perkenalkan saya Darren Sanjaya," Darren memotong pembicaraan keduanya karena tidak ingin menimbulkan keributan.
Sudah cukup Darren melihat Cecilia yang mengeluarkan tanduk saat berdebat dengan Pak Handoyo tempo hari. Dan dia tidak ingin agar Cecilia menciptakan keributan dengan model yang memang sombongnya setara dengan gadis itu.
"Selamat sore juga Bapak Darren, saya mendengar kabar jika anak bungsu Bapak Giovani memiliki anak bungsu yang baru lulus S2, ternyata kabar itu benar adanya," ucap Tobias dengan nada ramah yang entah kenapa bagi Darren adalah kepura-puraan.
Darren hanya menanggapi dengan sekilas pembicaraan Tobias selanjutnya sebelum dia pamit dengan alasan masih ada janji bertemu dengan orang lain.
"Sekarang aku tahu kenapa kamu enggak suka sama Tobias," ucap Darren setelah mereka berdua sudah berada di dalam mobil.
"Ya baguslah kalau Bapak sudah tahu apa alasannya," sahut Cecilia yang langsung menekuri tabletnya.
Darren sedikit mengintip apa yang sedang dikerjakan oleh gadis yang duduk di sebelah sang supir dan melihat proposal permohonan permintaan bantuan dari sebuah yayasan amal. Darren pun menyimpulkan jika Sanjaya Group juga memberlakukan CSR.
"Kamu ini seharian kerja terus enggak mumet apa? Saya aja yang lihat begah, lebih baik kita ke rumah sakit dulu untuk mengobati luka kamu. Eits, jangan membantah ini perintah." Dengan tegas Darren berucap dan tidak memberikan kesempatan untuk Cecilia berbicara.
"Pak Ridho, kita ke rumah sakit yang terdekat. Saya enggak bisa membiarkan begitu saja kedua kaki Cecilia berdarah seperti ini." Darren lalu memberi perintah kepada Pak Ridho.
Butuh waktu 20 menit untuk mereka tiba di rumah sakit yang ternyata bersebelahan dengan yayasan kanker Indonesia. Darren meminta Pak Ridho untuk menunggu di mobil sementara dia mengantar Cecilia menuju IGD.
Suster segera membersihkan luka terbuka itu dengan cairan NaCL lalu menutupinya dengan perban. Setelah itu Cecilia diberikan suntikan antibiotik agar luka itu tidak menyebabkan infeksi.
"Untuk sementara Mbaknya jangan pakai high heels dulu sampai lukanya kering dan tidak berbekas. Ini resepnya bisa ditebus sekarang. Mas juga tolong ingatkan pacarnya supaya tidak bandel," ucap sang dokter wanita sambil menyerahkan secarik resep ke tangan Darren.
"Saya bukan pacarnya," sanggah keduanya dengan kompak yang membuat dokter jaga itu tersenyum.
"Cepat ditebus obatnya biar saya cepat pulang. Besok kita masih harus memantau proses iklan body mist Gregorius," ucap Cecilia dengan ketus.
Darren mendengkus lalu meninggalkan ruang IGD, padahal dia bosnya di sini, tapi gadis angkuh itu berani memerintah dirinya seenak udel seperti ini.
Setelah meletakkan resep di keranjang yang tersedia, Darren memutuskan untuk berjalan mengitari rumah sakit yang memiliki konsep alam terbuka ini. Suasana rumah sakit yang sudah sepi membuatnya agak merinding. Karena itu Darren mempercepat langkahnya untuk kembali ke apotik dan mengambil obat Cecilia.
Untungnya saat dia kembali nama gadis angkuh disebut oleh petugas apotik melalui mikrofon. Setelah mengucapkan terima kasih Darren bergegas kembali menuju IGD.
Namun dalam perjalanan pria itu seperti melihat dua sosok yang dia kenali. Dengan segera Darren mempercepat langkah kakinya untuk mengejar kedua orang itu dan saat semakin mendekat dia berteriak memanggil mereka.
"Ayah, Bunda, sedang apa kalian disini?" tanya Darren dengan suara agak keras.
Keduanya pun berbalik dan menatap sang putra dengan raut wajah pias. Sebenarnya apa yang terjadi sehingga mereka seperti melihat hantu saat mengetahui dirinya ada di rumah sakit ini? Tanya Darren dalam hati.