Hubungan yang canggung

1554 Words
Darren terbangun saat bahunya diguncang keras disertai dengan makian-makian yang tidak lolos sensor. Butuh beberapa detik untuk menyadari jika dia sedang berada di kamar Cecilia. Gadis ini benar-benar sangat barbar saat mengguncangkan dan memukul tubuhnya dengan bantal hotel. "Cepat bangun, dasar b******k!" Makian Cecilia kembali terdengar, membuat Darren mengusap wajah dengan kasar lalu menoleh ke arahnya. Cecilia menatap dirinya garang meskipun masih terlihat pucat pada wajah cantiknya. "Jadi ini balasan kamu setelah saya semalaman mengurus kamu yang sedang terbaring sakit. Tahu begitu saya biarkan saja kamu sendirian," ucap Darren dengan kesal sambil menahan pukulan bantal yang mulai terasa sakit. "Siapa yang minta Bapak untuk melakukannya? Dan siapa yang menggantikan baju saya semalam?" tanya Cecilia dengan berteriak dan menatap Darren seakan dia adalah pria m***m. Darren terdiam saat Cecilia membahas mengenai hal itu. Bayangan kulit tubuh gadis itu yang putih dan mulus langsung terlintas di benaknya tanpa dapat dicegah, sesaat kemudian Darren merasa tubuhnya memanas. Ini bahaya! Dia harus segera keluar dari kamar ini dan mandi untuk menenangkan sesuatu yang mulai bergejolak pada tubuhnya. "Tentu saja yang menggantikan baju kamu petugas hotel perempuan. Memang kamu kira saya sebejat itu," sahut Darren mengatakan setengah kebohongan tanpa berani memandang mata hitam Cecilia. "Kalau begitu kenapa Pak Darren kelakuannya aneh saat saya bertanya seperti itu?'' Darren menghela nafas berkali-kali saat Cecilia kembali mencecarnya dengan pertanyaan. "Cecilia! Saya masih mengantuk karena baru tidur selepas jam 4 subuh karena menunggui kamu semalaman. Sekarang kamu malah menuduh saya yang bukan-bukan. Sungguh tidak dapat dipercaya!'' sentak Darren yang langsung keluar dari kamar Cecilia. Setidaknya saat ini dia aman dari kecurigaan Cecilia. Baru saja Darren akan merebahkan tubuh sehabis mandi, pintu kamarnya diketuk dengan kasar dan diiringi suara Cecilia yang marah. Pria itu berdecak keras lalu segera membuka pintu. Cecilia yang baru saja selesai mandi tampak membiarkan rambutnya setengah basah, dia juga menutup pintu dengan keras sehingga membuat suara dentuman yang membuat Darren terkejut. "Setelah saya tanyakan kepada petugas hotel, ternyata dia hanya mengganti kaus saya dengan warna pink sementara tadi saya bangun dengan kaus berwarna biru. Dan hanya ada Bapak yang ada di kamar saya!" Bentak Cecilia dengan wajah memerah karena amarah, bahkan nafasnya tersengal-sengal saat menyelesaikan kalimatnya yang menggantung, matanya bahkan memandang penuh kebencian kepada Darren. "Saya bisa gila lama-lama menghadapi kamu! Baik, saya mengakui jika yang mengganti kaus kamu itu saya. Lagipula kamu bisa kembali demam jika memakai kaus basah!" sahut Darren dengan berteriak, jengah dengan tuduhan Cecilia. "Lancang! Beraninya Bapak melakukan itu kepada saya. Dasar b******k! Beraninya memanfaatkan keadaan di mana saya sedang tidur!" Maki Cecilia disertai dengan cercaan. "Gadis angkuh ini... Sudah saya katakan jika kamu bisa kembali sakit jika memakai kaus basah. Lagipula saya tidak bernafsu saat melihat d**a kamu yang kecil itu," sahut Darren dengan penuh rasa amarah dan menyangkal fakta jika d**a Cecilia sebenarnya cukup besar. "Apa Bapak bilang barusan? Beraninya Bapak menilai tubuh saya seperti itu. Dasar pria m***m!" pekik Cecilia lalu menerjang tubuh Darren hingga keduanya jatuh ke lantai yang keras. Cecilia terus memukuli Darren dengan membabi buta tanpa menyadari posisinya yang membangunkan senjata pusaka milik pria itu. Cecilia menindih tubuh Darren di mana kedua d**a mereka saling bergesekan. Aroma parfum dan shampo milik gadis itu yang bercampur menjadi satu membuat Darren mabuk kepayang. Celaka! Dia dalam bahaya! Pusakanya dengan kurang ajar menggeliat dan membesar. Cecilia yang juga menyadari itu langsung menghentikan pukulannya, wajahnya pun memerah dan dia berusaha menggerakkan tubuh yang celakanya malah semakin memancing gairah Darren. Pria itu bahkan mengakui jika dalam posisi ini, Cecilia terlihat sangat seksi. Bibirnya yang merah merekah membuat Darren ingin menciumnya. Cecilia terlihat pasrah saat ini dan itu membuatnya terlihat semakin cantik. Reflek Darren memajukan wajahnya untuk meraih bibir yang terbuka itu, namun sesaat kemudian bayangan wajah Regina melintas dan membuat pria itu tersadar akan apa yang akan dia lakukan. Terima kasih Tuhan! Karena Engkau masih melindungi kami berdua dari perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan. Ucapan syukur tak hentinya Darren ucapkan dalam hati. Namun tubuh Cecilia yang terus bergerak di atasnya jelas membuat sesuatu di bawah tubuh Darren tidak nyaman. "Lebih baik kamu diam jika masih ingin tersegel," ucap Darren dengan menggeram lalu memalingkan wajah ke arah samping menahan hasrat yang semakin menyakitkan. Setelah hasrat pria itu mulai padam, dia memerintahkan Cecilia untuk berdiri dari tubuhnya yang mulai merasa kebas, yang tanpa protes segera dilakukan. Darren juga meminta Cecilia untuk tetap dikamar ini sampai dia menyelesaikan urusannya di kamar mandi. "Kamu pikir apa yang sedang kamu lakukan itu tidak bahaya!" Cecilia hanya terdiam di sofa saat Darren memarahinya. "Saya memang yang menggantikan baju kamu, tapi itu terpaksa. Sementara kamu yang dalam keadaan sadar menerjang saya dan meliukkan tubuh di atas saya. Apa kamu tidak pernah belajar biologi kalau pria normal akan terpancing libidonya jika menempel dengan seorang perempuan?!" ucap Darren menyemburkan amarah. "Kalau begitu mari kita anggap kejadian tadi impas. Bapak sudah melihat tubuh bagian atas saya, sementara saya juga telah memancing hasrat Bapak. Bukankah itu setimpal karena kita berdua sudah merasakan ketidaknyamanan akibat ulah salah satu dari kita?" sahut Cecilia sambil menatap wajah Darren dengan penuh rasa percaya diri. "Terserah," timpal Darren dengan ketus. Semenjak hari itu, hubungan antara Darren dan Cecilia semakin dingin dan canggung saja. Mereka hanya berbicara jika diperlukan yang akhirnya membuat Bli Nyoman merasa tidak nyaman. Saat berduaan seperti ini, pria asli Bali ini bertanya pada Darren apakah mereka berdua sedang bertengkar yang tentu saja dijawab tidak olehnya. Mana mungkin dia bercerita jika pusakanya yang membesar dirasakan oleh Cecilia. Sama saja Darren membuka aib kepada pegawainya dan tidak tertutup kemungkinan jika Bli Nyoman akan menganggapnya pria b******k. "Kalau begitu, apakah Mbak Cecilia sedang ada masalah?" tanya Bli Nyoman dengan nada khawatir. "Mungkin Cecilia kesal karena tidak bisa memakai sepatu hak tinggi. Banyak dari pria yang berada di lokasi pembangunan resort mengejek mengenai itu," jawab Darren, memberi dalih yang masuk akal. "Apakah Bli Nyoman menyukai Cecilia?" tanya Darren yang seakan mendapatkan pemahaman jika perhatian yang Bli Nyoman berikan kepada Cecilia sangat berlebihan. Namun tak lama kemudian pria itu tertawa dengan kencang seakan menganggap hal itu adalah sebuah kekonyolan. Apa dia yang salah menduga ataukah ada hal lain yang tidak dia ketahui? Pikirnya saat melihat Bli Nyoman masih tertawa. "Saya hanya kasihan melihat Mbak Cecilia yang tampak lelah. Ibu saya pernah berkata, meskipun seorang wanita itu tampak kuat di luarnya, namun kekuatan fisiknya jelas kalah jika dibandingkan dengan seorang pria," ucap pria itu yang masih memegangi perutnya. "Jadi menurut Bli, apa yang saya harus lakukan supaya Cecilia tidak uring-uringan seperti ini?" tanya Darren yang mulai menyulut rokok. Hanya berada jauh dengan Cecilia membuat Darren dapat dengan bebas merokok. Gadis itu sama cerewetnya dengan Regina saat melihatnya sedang menghisap nikotin. ''Mungkin Bapak harus lebih mengalah. Kita tahu sendiri jika perempuan sudah marah jangan disahuti, yang ada mereka akan menjadi semakin kesal," jawab Bli Nyoman setelah terdiam beberapa saat. "Baiklah, saya akan mencoba meredam emosi saya jika sedang berduaan dengan Cecilia. Biar bagaimanapun kami berdua masih berada di Ubud ini 2 bulan lebih," p***s Darren setelah menghembuskan asap rokok ke udara. "Pak, itu Mbak Cecil kenapa terlihat marah?" tanya Bli Nyoman, membuat Darren menoleh ke arah yang ditunjuk oleh pria itu. Darren menghela nafas berkali-kali saat melihat gadis yang bertengkar dengan beberapa orang pria. "Apa perlu kita ke sana untuk melerai pertengkaran itu?" tanya Bli Nyoman kembali. Darren yang merasa hubungannya dengan Cecilia bertambah buruk tentu tidak dapat langsung menjawabnya. Namun tampaknya Bli Nyoman yang tidak menyadarinya langsung menarik tangan Darren untuk menuju tempat Cecilia berada. "Jaga ucapan kalian semua! Apakah yang ada dalam pikiran kalian hanya yang kotor-kotor saja?" sentak Cecilia. "Cecilia, kau tidak perlu pura-pura tidak tahu. Bukannya tidak ada asap jika tidak ada api? Ayolah bermain sebentar dengan kami selepas jam kerja," ucap salah seorang pria dengan nada merendahkan. Darren dan Bli Nyoman bersiap untuk menghajar 4 orang pria yang tidak punya rasa hormat ini kepada kaum wanita. Tapi isyarat mata yang diberikan oleh Cecilia membuat keduanya mundur selangkah. Para pria ini tidak mengetahui keberadaan mereka, karena posisi yang membelakangi. "Dasar b******n ini! Beraninya kau meremehkan sekertaris CEO Sanjaya Group. Apa kalian tidak takut jika perbuatan kalian ini tersebar? Ah, tapi melihat kalian yang tidak punya otak, saya yakin kalian tidak punya rasa malu," balas Cecilia dengan mengejek. Darren yang mendengarnya saja sudah tidak dapat menahan emosi, tapi gadis ini masih dapat bersikap tenang walaupun dari gurat wajahnya sudah terlihat gusar. "Maka dari itu kau hanya perlu diam saja saat bersenang-senang dengan kami," sahut seorang pria lainnya. "Kalau saya tidak mau?" tanyanya kembali dengan nada menantang. "Alah, jangan sok suci kau. Kayak kami tidak tahu jika kau sering melakukannya dengan tuan muda Sanjaya. Atau kau mau dibayar berapa?" ceplos pria ketiga. "Sepertinya pembicaraan ini cukup sampai di sini. Dan satu lagi, bersiaplah kalian berempat untuk menerima panggilan dari pihak HRD," ucap Cecilia sembari menunjukkan ponselnya yang ternyata terhubung dengan panggilan WAG para petinggi Sanjaya Group. "Dasar jalang ini! Beraninya kau menjebak kami!" Sentak salah seorang diantaranya yang hanya dibalas seringai kemenangan oleh Cecilia. "Jangan kalian berempat salahkan Cecilia. Saya yang memerintahkannya untuk berbuat apapun jika mendapatkan ancaman maupun pelecehan seperti ini. Karena ini menyangkut keamanan dari Sanjaya Group di mana Cecilia adalah sekretaris saya." Suara Giovani yang terdengar dari ponsel membungkam para pria itu dan dengan gaya elegannya Cecilia melewati mereka yang memucat di tempatnya berdiri. Melihat Cecilia yang dapat mengatasi semua ancaman membuat Darren merasa jika hubungan mereka akan bertambah canggung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD