2. Laut

677 Words
Cengiran tampak di wajah Dinar saat melihat kakaknya. Gadis itu senang melihat Dipta datang menemuinya. Dengan kondisi berjalan terpincang-pincang Dinar menghampiri kakaknya lalu memeluknya. Tanpa sungkan memeluk saudara satu-satunya itu meski disana ada teman-teman satu kelompoknya. "Aku seneng kak Dipta dateng, " Ucapnya saat berada di pelukan kakaknya. "Aku kangen sama kak Dipta." Dipta hanya menepuk punggung adiknya pelan. Dia tidak enak menjadi perhatian teman-teman adiknya yang melihat situasi mereka sekarang. "Kakak nggak kangen sama aku? " Dinar mendongak menatap kakaknya dengan wajah cemberut. "Kangen, " Jawab Dipta singkat seraya melepaskan pelukan adiknya. "Gimana keadaan kamu? " "Lihat." Dinar menunjukkan beberapa luka lecet yang ada di tubuhnya. Lebih tepatnya luka lecet itu sedikit. Hanya lecet di tangan, siku, dan kakinya yang terkilir. "Sakit, kak... " Rengeknya di ujung kalimat. "Sudah dibawa ke dokter, kan? " "Sudah." "Sudah di kasih obat? " "Sudah." "Jangan lupa obatnya di minum. " Meski terlihat cuek Dinar tahu jika kakaknya itu perhatian. Dipta tidak lama berada di tempat tinggal KKN adiknya. Dia juga tidak enak dengan teman-teman adiknya. Meski adiknya menyuruhnya menginap. Tentu saja Dipta tidak mau. Ayahnya juga sudah memesankan hotel untuk menginap selama ia berada di kota itu. Dinar tadinya mengomel karena kakaknya menginap di hotel. Padahal gadis itu ingin di temani sang kakak. Setelah di beri pengertian dan berjanji besok akan mengunjunginya lagi, akhirnya Dinar luluh. Hotel yang di tempati Dipta berada di tepi pantai. View langit jingga dengan matahari yang akan menghilang membuat Dipta melangkah keluar kamar untuk menikmati suasana itu. Sudah begitu lama Dipta tidak merasakan hal seperti ini. Sepi, begitu tenang. Menjauhkan diri dari pekerjaan kantor yang menumpuk dan seperti tidak ada habisnya. Meski begitu itulah yang dia pilih. Menyibukkan diri untuk mengusir rasa bersalah yang terus bercokol di hatinya. Kata 'Andai' selalu muncul di benaknya. Berharap semua tidak terjadi. Berharap waktu bisa terulang kembali. Sayangnya, itu tidak pernah terjadi. Tepi pantai itu sepi. Dari kejauhan terlihat siluet beberapa orang yang mulai meninggalkan pantai. Pandangannya menangkap seseorang yang berdiri agak jauh darinya. Dengan rambut yang di kuncir ekor kuda, orang itu membidik lensa kameranya ke arah matahari tenggelam lalu pergi dengan langkah terpancing. Melihat hal itu membuat Dipta teringat pada adiknya. *** "Kakak kamu cakep banget. Sumpah, " Kata Ratu. Salah satu teman KKN Dinar. "Bener banget. " Timpal teman Dinar yang lain bernama Sofia. Jam sudah menunjukkan jam sepuluh malam lebih. Para gadis yang berada dalam kelompok itu sudah masuk ke kamar yang di tinggali beramai-ramai. Dalam kamar itu ada tujuh orang. Keempat teman Dinar yang lain sudah menuju ke alam mimpi sedangkan Ratu dan Sofia masih terjaga bersamanya. "Udah punya pacar? " Tanya Sofia. "Atau udah punya istri. " Lanjut Ratu. "Jangan bilang kalian naksir kakak aku. " Tuduh Dinar. Kedua gadis itu meringis. "Emang nggak boleh? " Tanya Ratu lagi. "Mending nggak usah, deh. " Larang Dinar. "Kenapa? " Tanya Ratu. "Kak Dipta nggak bakalan suka sama kalian." "Pasti udah punya pacar. Bentukan kayak kakak kamu nggak mungkin lah kalau masih jomblo. " Terang Ratu. Dinar memilih diam dan kembali pada layar laptopnya untuk menikmati drakor on going yang sedang di sukainya. "Eh, pak Yudis besok jadi kesini nggak, sih? " Tanya Sofia yang sudah mengalihkan ke pembahasan lainnya. "Seriusan pak Yudis besok kesini? Ya ampun... Aku merasa beruntung banget ada di kelompok ini soalnya dosen pembimbing kita itu pak Yudis. Udah baik pake banget, ganteng maksimal, udah mateng kayak buah belimbing di depan rumah, jomblo pula. Mau banget jadi the one and only-nya. " Dinar dan Sofia saling pandang sesaat lalu sebuah toyoran mampir ke kepala Ratu. Sofia lah pelakunya. "Sakit dodol. " Omelnya yang tak Terima. "Lagian kalau ngayal kebangetan banget. Mana ada pak Yudis mau sama kamu. Ngelirik juga nggak. " "Ya, siapa tau. Aku kan cantik. " Ratu mengibaskan rambutnya yang panjangnya sebahu ke belakang telinga. "PD abis. " Olok Sofia. "Biarin." "Mending sama si Aden, tuh. Dia kayaknya naksir sama kamu." "Sofia bener banget. Mending sama Aden aja. " Dinar ikutan nimbrung. "Sialan kalian berdua. " Dumel Ratu kesal. Dinar dan Ratu menertawakannya. Teman-temanya memang tidak berperi pertemanan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD