"Si Aden kalau posting status banyak banget. Udah kayak semut, " Kata Ratu sambil melototi ponselnya.
"Si Aden posting puisi cinta buat kamu? " Goda Sofia.
"Najis."
Sofia dan Dinar yang ada di kamar itu tertawa dengan jawaban Ratu.
"Bukannya dia selalu posting puisi cinta buat kamu. Semua penghuni rumah ini juga pada tau. " Goda Sofia sambil menyenggol bahu Ratu.
Ratu memutar bola matanya malas.
"Teruntuk ratu penguasa hati. " Lanjut Sofia dengan tawanya. Dinar pun ikut tertawa.
"Udah pada gila semuanya. " Ratu agak sewot. Dia sadar Aden memang sepertinya tertarik padanya tetapi dia tidak punya perasaan apapun pada teman sekelompoknya itu.
"Emangnya si Aden posting status apa'an? " Kini Dinar yang bertanya.
"Biasa. Posting foto kegiatan dia. Ada juga yang waktu pak Yudis berkunjung kesini. Eh-eh, ini ada foto pacarnya pak Yudis juga. Cantik banget... Kayaknya si Aden ambil foto ini diem-diem, deh. " Jelas Ratu.
Dinar dan Sofia merapat pada Ratu untuk melihat foto yang dimaksud teman mereka. Benar kata Ratu, pacar pak Yudis memang cantik namun ada yang membuat Dinar merasa aneh saat melihatnya. Sepertinya wajah itu tidak asing untuknya? Tapi siapa?
Dinar menyimpan pertanyaan itu untuk dirinya sendiri. Ia lalu membuka ponselnya sendiri lalu melihat postingan status Aden. Saat sampai di foto pacar pak Yudis, ia yakin pernah melihat wanita itu sebelumnya. Rasanya seperti tidak asing.
Waktu wanita itu datang ke posko KKN mereka, Dinar hanya sekilas memperhatikan wanita itu. Wanita itu sering memakai maskernya. Hanya beberapa saat membuka penutup wajahnya itu ketika memainkan kameranya.
Dinar terus berpikir karena ia penasaran dengan wanita itu. Dia yakin pernah melihat wanita itu sebelumya.
***
"Baju ini terlalu pendek." Gista melihat penampilannya didepan cermin besar di galeri Zalfa.
"Pendek darimana. Itu panjangnya udah selutut. Kalau pendek itu semata kaki." Omel Zalfa pada Gista. Wanita itu gregetan dengan Gista karena sedari tadi selalu komplain dengan dress yang ia sodorkan. Malam ini mereka akan datang ke ulang tahun Jean. Salah satu model top Indonesia.
Sebenarnya Gista malas untuk datang tetapi Zalfa memaksanya. Dan dresscode pesta malam ini bernuansa hitam.
Zalfa sudah menyodorkan koleksi tiga dress yang ia punya pada Gista. Dua diantaranya sudah ditolak karena menurut temannya itu terlalu pendek dan sedikit terbuka. Dan mau tidak mau Gista harus memakai dress yang terakhir karena lebih panjang daripada dua dress sebelumnya yang panjangnya diatas tumit serta press body.
"Kalau masih kependekan, kapan-kapan aku buatin jubah hitam buat kamu. Sekalian jubah kayak di filmnya Harry Potter."
"Ide yang bagus." Timpal Gista. "Aku sepertinya lebih cocok dengan itu."
Zalfa memutar bola matanya malas. Sebelum berkata, "Yuk, berangkat. "
"Oke." Gista lebih memilih memakai sneakers daripada high heels sebab itu lebih nyaman di kakinya. Meski tadinya Zalfa sudah menawarkan koleksi high heelsnya yang seabrek.
Dentuman musik yang cukup keras menyambut kedatangan Gista dan Zalfa di kediaman Jean yang super besar. Pesta ulang Jean diadakan di taman belakang rumah. Terdapat kolam renang besar, kursi malas yang terdapat di tepi kolam, serta tambahan kursi dan meja khusus untuk para tamu.
Para undangan sudah banyak yang datang. Mereka memakai dress code yang sama seperti yang Gista dan Zalfa pakai. Warna hitam.
Zalfa mengajak Gista menemui sang tuan rumah untuk memberikan selamat. Dengan gembira Jean menerima ucapan selamat ulang tahun dari Gista dan Zalfa. Tak lupa juga memberikan hadiah.
"Tamunya banyak banget, " Kata Gista setelah mengambil minuman yang diedarkan oleh salah seorang waiters.
"Kamu lupa kalau Jean itu model. Temennya pasti banyak." Zalfa mengingatkan.
"Iya, juga, sih. " Gista lupa akan hal itu.
Gista melihat sekeliling. Tampak beberapa tamu bercengkerama, ada juga yang menari mengikuti musik yang dimainkan oleh seorang DJ. Tamu-tamu lain masih terlihat berdatangan.
"Eh, Ta, ada temen aku. Aku kesana dulu, ya." Pamit Zalfa. "Atau kamu mau ikut? "
"Nggak usah, aku tunggu disini aja." Tolak Gista.
"Oke. Tapi jangan ngilang, ya, apalagi pulang duluan."
"Iya, bawel."
Gista duduk di salah satu kursi malas yang tidak jauh darinya. Sambil menyesap minumannya Gista melihat sekeliling. Bukannya mencari seseorang yang ia kenal. Hanya saja untuk membunuh kebosanan. Pergi ke pesta seperti ini bukanlah hal yang ia suka. Mungkin dulu ia suka karena selalu ada seseorang yang mendampinginya. Mendengarkan ocehannya yang tidak penting dan membuatnya tidak bosan selama di pesta. Gista menggelengkan kepala. Mengusir seseorang yang seharusnya tidak ia ingat apalagi di pikiran.
Gista meletakkan gelas minumannya di kursi. Ia ingin pergi ke kamar mandi karena isi kandung kemihnya mendesak ingin di keluarkan. Setelah bertanya pada seorang waiters, ia pun di arahkan ke sebuah lorong yang terdapat kamar mandi yang di peruntukkan untuk para tamu.
Tidak begitu lama Gista berada di sana sebab tempat itu tidak antri. Setelah itu Gista kembali ke tempat duduknya tadi, tepat di samping kolam renang. Belum juga ia sampai di tempat tujuannya, ia di tabrak oleh seorang wanita yang anehnya langsung tampak marah terhadapnya.
"Kalau jalan pakai mata, dong. " Omel wanita itu. "Lihat jalan, jangan meleng. "
Ingin sekali Gista tertawa. Disini dia yang di tabrak tetapi malah di marahi. Sungguh kocak.
"Yang harus hati-hati jalannya itu kamu." Balas Gista tidak mau kalah. "Jalan pakai mata, jangan meleng. " Gista membalikkan omongan wanita berambut pendek itu.
"Udah salah, nyolot lagi."
"Siapa yang nyolot? Kamu nggak sadar siapa yang sedari tadi ngegas."
"Sialan! Minta maaf, nggak! "
Mana mau Gista minta maaf kalau dia tidak berbuat salah. "Yang seharusnya minta maaf itu kamu. Kamu yang salah karena udah nabrak aku. Bisa bisanya kamu nyuruh orang lain buat minta maaf duluan. Udah mabuk, ya! "
Pertengkaran mereka sudah memancing perhatian orang-orang yang berada disekitar mereka. Dan yang tidak disangka oleh Gista, wanita itu tiba-tiba mendorongnya hingga jatuh ke kolam renang.
Kolam itu cukup dalam. Gista muncul, tenggelam, dan berusaha meminta tolong karena dia tidak bisa berenang. Si wanita berambut pendek malah menertawakannya di pinggir kolam. Seakan puas melihat Gista yang kesusahan. Anehnya para tamu hanya melihat kejadian itu tanpa ada keinginan untuk menolong Gista yang akan tenggelam.
Zalfa sendiri tidak tahu apa yang dialami oleh sahabatnya sebab jarak mereka lumayan jauh. Sampai akhirnya ia mendengar ada yang berkata jika seseorang jatuh ke kolam renang. Zalfa pun penasaran. Matanya langsung melebar saat melihat siapa yang berada di kolam renang. Ia berniat akan menolong sahabatnya tetapi langkahnya terhenti saat melihat seorang terjun ke dalam kolam renang.