Abang Ganteng!

1591 Words
"Iih Zie! Pesen sana, jangan comot makanan gue!" Aurora menatap dengan kesal karena dari tadi Kezie mengganggunya makan. Bagi Aurora makanan adalah sesuatu yang tidak bisa dibagi. "Minta dikit doang, pelit banget holang kayah satu nih," ujar Kezie kembali akan mencuri makanan sebelum tangannya dipukul Aurora menggunakan sendok. "Gak boleh! Kemaren aja lo belom kasih tau kita siapa cowok yang lagi lo taksir," ujar Aurora sambil mengunyah makanannya hingga sebelah pipinya menggebung. Rupanya mengetahui fakta jika Kezie sedang menyukai seseorang cukup membuatnya penasaran. "Itu gue-" "Bentar bentar." Baru saja Kezie kembali akan bersuara, Joshep yang duduk di sebelahnya sudah memotongnya. "Iih Josh, apa deh! Diem!" Bentak Aurora. "I-itu tadi lo bilang Kezie lagi suka sama cowok. Gue c-cuma mau tanya siapa," ujar Joshep gelagapan melihat Aurora yang sepertinya ingin menelannya bulat-bulat. "Ini juga gue lagi nanya, dasar bule setengah jadi!" Suara Aurora yang pelan tapi penuh ketegasan itu membuat Joshep kembali menelan air liurnya. ‘Lo juga bule setengah jadi kali, Ra.’ "Aah gitu... Sok atuh di lanjut, Teteh." Joshep yang berbicara dengan logat sunda itu membuat Aurora hanya memutar kedua matanya. Berbeda dengan Kezie yang duduk di sampingnnya kini tengah menahan seuntas senyum di bibirnya. Joshep saat dimarahi olehnya dan Aurora seperti anak anjing yang kehujanan. Menyedihkan sekaligus menggemaskan. "Gue males bahasnya," ujar Kezie singkat. Melihat Joshep menatapnya instes malah membuatnya gugup. Kezie takut tiba-tiba emosinya tidak terkendali dan kedua sahabatnya mengetahui perasaannya. Tak bisa dipungkiri jika hati Kezie sakit melihat keakraban mereka berdua di hadapannya. Terkadang Joshep dan Aurora seakan melupakan kehadiran Kezie di hadapan mereka. Ini bukan kali pertama Kezie menahan perih di hatinya. Tapi apa yang dapat ia lakukan? Kezie tahu Joshep sudah memiliki seseorang di hatinya dan itu Aurora, sahabat mereka. Kezie tidak bisa memaksakan kehendaknya, ia tidak mau jadi orang yang egois. Tapi apakah dengan begini baik untuk dirinya sendiri? "Kenapa? Cuma kasih tau nama doang kok," desak Joshep. Ia juga penasaran siapa yang sudah meluluhkan hati ice princess itu. "Gue beneran nggak pengen bahas, Josh." Kini suara itu terdengar lirih dan Aurora menyadarinya. "Udah, Josh. Kalau bebeb gue nggak mau, jangan di paksa dong," ujar Aurora yang tahu betul kondisi sahabatnya itu. Mungkin dengan membahas ini akan membuat sahabatnya itu hanya sakit hati. “…” “Nih, Beib.” Aurora menyuapi Kezie makanan yang tadi sempat ia larang. Senyum Kezie mengembang menerima suapan Aurora. Selama menghabiskan makanan mereka tidak ada lagi obrolan yang terdengar. Aurora tidak suka suasana ini, hening. "Oiya, Josh. Lo inget gak pas kita ke mall gue gak sengaja nabrak orang?" Tanya Aurora memecah keheningan antara mereka. Joshep sedikit berfikir namun tak lama ia mengingat bagaimana Aurora termenung seperti orang kesurupan saat itu. "Inget lah, yang bikin lo konslet senyum-senyum kaya orang gila kan? Kasih tau gue, biar gue hajar tuh orang," goda Joshep lagi-lagi membuat Aurora kesal. "Iih! Gue gak konslet, ya! Siapa juga yang gak ngefreeze liat cowok gantengnya keterlaluan kayak dia. Mbak Minah yang liat paling juga mimisan," ujar Aurora membela diri. Joshep memutar bola matanya, Mbak Minah merupakan asisten rumah tangga di rumah pria itu. "Serah lo dah, Maemunah." "Kan minggu lalu gue ke kantor nganter berkasnya Kak Jessie tuh. Nah... kayaknya emang jodoh gue deh, ya. Di sana gue ketemu sama tuh cowok dan dia sahabatnya Kak Jessie dooongg," ujar Aurora dengan semangatnya. Aurora masih ingat pertemuan mereka kemarin, lucu. Bagaimana tidak? pertemuan keduanya seperti cerita drama-drama di tv. Pemeran utama pria dan wanita tidak sengaja bertemu lalu menjadi dekat sampai akhirnya menjalin hubungan dan hidup dengan bahagia. Happy ending. ‘hehe... aah b**o apa yang lo pikirin sih, Aurora. Gila!’ "Seneng banget lo, Ra. Suka?" Tanya Kezie membuyarkan lamunan liar Aurora. Ia menatap Aurora dengan tatapan menggoda. “Suka,” ujar Aurora singkat membuat dahi Joshep berkerut. Ini pertama kalinya Aurora dengan ringan tanpa beban mengatakan ‘suka’ untuk seorang pria yang baru ia temui. “... Cinta?” Tanya Kezie lagi. "Belum sampai sana, Zie. Lagian baru ketemu juga. But... nothing is impossible right, beib?" Tanya Aurora dengan gampangnya seketika membuat d**a Joshep sesak. "Oya, keponakan dia juga kuliah di sini loh. Gak sempat nanya gue. Kira-kira siapa, ya? Pasti ganteng juga. Secara gitu omnya ganteng banget," lanjut Aurora. Lagi-lagi ia terlihat bersemangat bercerita tentang Billy. Tak menyadari jika itu menorehkan luka pada Joshep. “Lo suka sama om om!? Gila ya,” sentak Johsep. “Eyy enggak gitu, masih muda kok. Enggak kayak om om yang ada di fikiran lo.” "Love at first sight, huh?" Goda Kezie. Love at first sight? Jika benar, Aurora seperti kembali pada masa saat SMA. Masa dimana ia merasakan namanya rasa suka. Pria pertama yang membuatnya rela berpanasan menonton pertandingan basket, Melvin Arsenio. "Kalau Ara sih mungkin aja, tapi gue pikir tuh cowok gak mungkin suka sama dia. Mana mau cowok normal sama nenek lampir satu nih," ujar Joshep dengan santai menimbulkan munculnya suara nyaring lumba-lumba dari Aurora, namun pria itu tidak mengacuhkannya. "Semua butuh proses kali. Lagian kayak enggak ada yang seumuan aja lo, malah suka sama om-om," sahut Joshep lagi berusaha untuk tidak terdengar kesal. "YOU DIE!!!" Kali ini Aurora tidak bisa menahan kekesalannya, ia sangat ingin mencakar wajah Joshep sekarang. "Gue ada kelas, b-bye." Dengan cepat Joshep beranjak dari tempat duduknya dan lari menghindari amukan Aurora. "Enggak tau berapa kali gue harus nahan malu sama kelakuan kalian," ujar Kezie sambil memijit pelan pelipisnya. Aurora mengalihkan pandangannya ke sekeliling dan benar saja beberapa pasang mata kini melihat ke meja mereka. "Tuh bule k*****t bikin gue kesel mulu. Suka banget ganggu gue," gerutu Aurora yang masih terdengar oleh Kezie. 'Gue bahkan berharap dia perlakuin gue kayak gitu, Ra.' -Kezie. 'Ara suka sama tuh cowok? Gak ah, gak mungkin lah.' -Joshep. 'Love at first sight?' -Aurora. "Kenapa Zie?" Tanya Aurora pada Kezie yang tampak termenung. "Enggak." "Udah gue bilang jangan sembunyiin apapun dari gue." Aurora menatap lekat sahabatnya. Ia tidak mau Kezie itu bersedih seorang diri. "Iyaah... tapi gue bener lagi gak nyembunyiin apapun dari lo," ujar Kezie dengan senyuman, meyakinkan Aurora jika ia tidak apa-apa. "Ya udah. Pulang yuk," ajak Aurora. "Tumben banget pulang cepet?" Tanya Kezie karena tak biasanya Aurora mengajak pulang setelah menyelesaikan kelasnya. Biasanya Aurora akan mengajak Kezie jalan-jalan sebelum pulang. Aurora tidak suka di rumah, sepi. "Hehe... gue lupa kasih tau, ya. Kak Jessie suruh gue ke apartemennya. Pesta kecil-kecilan Anniversary sama ayang Azka. Temenin, ya? Tadi gue juga udah ajak Joshep, sok sibuk tuh orang, enggak mau dianya." Aurora memasang wajah memelasnya agar Kezie luluh dan mau menemaninya. ”Males iih sendiri. Ntar gue jadi obat nyamuk lagi," ujar Aurora lalu memanyunan bibirnya membuat Kezie menghembuskan nafas beratnya. “Ya udah.” *** Aurora sudah selesai dengan ritual wanita sebelum berangkat, sekarang tinggal menjemput ice princess, Kezie. Ia melajukan mobil kesayangannya menuju apartemen Kezie yang hanya tinggal berdua dengan adiknya yang bernama Krystal. Jarak rumah Aurora ke apartemen Kezie hanya menempuh waktu 20 menit. Aurora membunyikan klakson mobil menarik perhatian Kezie yang tampak sibuk dengan ponselnya. "Bebeb gue cantik bangeeett," ujar Aurora ketika Kezie sudah duduk manis di kursi sebelahnya. Kezie memakai dress selutut berwana soft pink, lumayan jarang Kezie mau berpakaian semanis itu. Gadis itu lebih suk tema cassual. "Ngaca deh lo," balas Kezie sambil tersenyum. Aurora benar-benar penasaran siapa orang yang disukai Kezie. Bagaimana mungkin dia tidak melirik Kezie sedikitpun. Kezie dengan julukan ice princess salah satu idola kampus, siapapun pasti akan sangat beruntung mendapatkannya. "Ok, berangkat." Dari apartemen Kezie butuh waktu setengah jam lagi untuk sampai ke apertemen Jessica. Kezie menghidupkan musik untuk membunuh kebosanan di dalam mobil. Hubungan Jessica dan Azka sudah berlangsung 4 tahun. Aurora salut dengan hubungan mereka. Awalnya Azka sangat sulit untuk mendapatkan hati Jessica. Perjuangan Azka benar-benar ia acungi jempol. Setelah resmi berpacaran pun mereka malah LDR. Mereka sering bertengkar dan Azka yang selalu disalahkan, tapi Azka tetap memperlakukan Jessica layaknya ratu. Jessica juga begitu, meski sering memarahi Azka tapi sebenarnya Jessica memperhatikan prianya dengan baik. Saat sampai di apartemen Jessica, kedua sahabat itu tampak tergesa memasuki lift. Jam sudah lewat dari undangan Jessica. Aurora tidak ingin kakak sepupupnya itu menunggu lama. Saat sampai di depan pintu Aurora menemukan sebuah sapu tangan biru. Ia mengambilnya dan menyimpan di tas karena berfikir itu milik Jessica yang jatuh. Tak lama menunggu pintu di depan mereka terbuka memperlihatkan Jessica dengan gaun berwarna silver. "Wah liat siapa yang dateng. Ada Kezie juga, asik deh rame. Yuk masuk," ujar Jessica lalu mempersilahkan keduanya masuk. "Iya, Kak," ujar keduanya. "Eh ada Ara cantik. Bawa siapa, nih? Cantik banget, kenalin dong," ujar seseorang yang duduk di sofa dengan genit, orang yang tampak asing oleh Kezie maupun sebaliknya. "Ihh! Gak usah ganjen, ya! Jangan bikin aku malu!" Jessica melotot sambil mencubit kecil pinggang pria itu membuatnya memekik tertahan. "Aduh, Sayaaaang. Kenapa marah-marah di hari spesial kita sih. Kan cuma pengen kenalan doang," ujar Azka cemberut sambil mengusap pinggangnya yang terasa panas. "Ya kamunya jangan bikin malu dong," ujar Jessica dengan alasan malu, padahal memang cemburuan. Azka yang mengetahui itu malah sering menggoda kekasihnya. Jessica sampai lupa kehadiran Kezie dan Aurora karena ulah memalukan Azka, ia harus menceramahi kekasihnya dulu. “Ayuk duduk duduk. Gak usah ladenin dia,” ujar Jessica menggaet lengan Aurora dan Kezie, menuntun keduanya untuk duduk di sofa. Kedua gadis yang lebih muda itu hanya tertawa kecil melihat Jessica dan Azka yang lucusaat bertengkar. "Bang Billy! Cepetan woi! Udah laper nih! Ini tamu juga udah pada dateng!" Teriak Azka ke arah dapur. Seketika Aurora lupa cara bernafas. ‘Abang ganteng gue disini!? Mampoes!’
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD