Jodoh Gue

1597 Words
"Makanan siaaap!" Asal suara itu membuat mereka mengalihkan pandangan. Tak terkecuali Aurora yang tiba-tiba merasa gugup, Kezie dapat melihat dari bagaimana Aurora menggigit bibir bawahnya menahan senyum. Billy datang dengan membawa tiga piring makanan di tangannya. Ia melihat sekeliling, matanya menangkap kehadiran Aurora dan seorang gadis lain di sampingnnya. "Hai... Aurora," sapa Billy sedikit kikuk. Jessica tidak memberi tahunya jika Aurora juga akan datang. "Hai, Kak. Ehm kenalin ini sahabat aku Kezie, Kezie Ganendra." Aurora memperkenalkan Kezie dengan malu-malu. Jessica yang melihat itu mengulum senyumnya. Berbeda dengan Kezie yang menatap Billy dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Billy," ujar Billy singkat memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya ke depan Kezie. Kezie dengan cepat menyambut uluran tangan Billy. "Kezie, Kak. Ooh jadi Kakak yang namanya Billy," ujar Kezie dengan senyum manis. Billy yang mendengar itu mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan apa yang dikatakan Kezie. Sedangkan Aurora merutuki kebodohan sahabatnya itu. "Auwh!!" Ringis Kezie membuat yang lain menatapnya. Kenapa? Karena Aurora menginjak kaki Kezie dan itu lumayan mengejutkan dan menyakitkan. Ketika hendak memarahi Aurora, Kezie malah menampilkan wajah polosnya karena Aurora menatapnya dengan tatapan ingin membunuh. "Kenapa, Zie?" Tanya Jessica. "Ah e-eh gapapa, Kak. Btw selamat yah Kak Jessie, gak kerasa udah 4 tahun aja ya. Perasaan baru kemaren Kakak nangis kejer karena kangen Kak Azka pas kuliah di luar negri,” ujar Kezie dengan senyum polosnya. Raut wajah Jessica tiba-tiba berubah panik. Perlahan ia menoleh pada Azka yang kini tersenyum menggoda sambil menaik turunkan kedua alisnya. Jessica malu ketahuan galau saat LDR dengan Azka. “Apa!?” Tanya Jessica tanpa suara dengan mata yang melotot. Azka yang masih merasa senang dengan susah payah menahan senyum agar Jessica tidak menjambak rambutnya. Sedangkan Aurora tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya yang polos nanggung. ‘Kezie kadang-kadang pinter banget pilih kalimat.’ “Nikahnya kapan? Jangan lama-lama pacarannya. Keburu SNSD comeback personil lengkap," ujar Aurora. "E-ee uhm kalau itu ya tergantung Azka lah," jawab Jessica sambil menatap sekitar. Terlihat jelas rona merah muncul di kedua pipi cubbynya. Azka yang melihat itu tersenyum gemas, ia merangkul lalu mengecup pipi merona kekasih Jessica dengan cepat. "Oi!! Enak aja kalian ciam cium di sini!!" Teriak Billy yang kini bersuara melihat aksi sepasang kekasih di hadapannya. “Iya kamu iih!!” Marah Jessica namun itu berbanding terbalik dengan raut wajahnya. “Apa deh lo, Bang. Kan gue bilang, cari pacar gih. Udah tua juga masih aja gak laku," cibir Azka. Salah satu hobinya yaitu menggoda Billy, hal ini sudah terjadi sejak awal Jessica mengenalkan mereka. Yang lain ikut tertawa mendengarnya, berbeda dengan Billy yang menatap kesal Azka. Ia benar-benar kesal dengan pria berkulit coklat itu. Sedikit malu juga karena di sana ada Aurora dan Kezie. "Aku bukannya enggak laku, ya! Cuma belum ada aja yang menarik. Aku maunya yang serius, bukan untuk main-main. Percuma juga pacaran kayak kalian berdua bertahun-tahun tapi kamu gak mampu ngiket Jessie ke tahap yang lebih serius," balas Billy lalu menyeringai karena tau apa yang akan terjadi selanjutnya. ‘Mau dong di seriusin,’ ujar Aurora dalam hati yang mulai lagi bermain dengan fantasi liarnya. Seketika Jessica menatap Azka datar seolah membenarkan apa yang diucapkan Billy. Sebenarnya Jessica tidak pernah membicarakan ini terus terang, tapi ia sudah beberapa kali mengode Azka. Namun sampai sekarang pria itu belum juga membahas pernikahan. "Nih ada dua, pilih aja satu. Kalian belum punya pacar, kan?" Tanya Azka karena merasakan aura mencekam lalu segera mengalihkan pandangannya dari Jessica. Ia menatap Kezie dan Aurora yang degub jantungnya sudah menggebu. Entah kenapa Billy merasa sedikit ingin tau dan menunggu jawaban yang akan keluar dari keduanya, lebih tepatnya si gadis yang mempunyai senyum indah hingga matanya melengkung seperti bulan sabit itu. "Aku belum, Kak. Kezie juga belum. Tapi Kezie udah ada yang disuka, Kak. Lagi masa perjuangan." Aurora melirik Kezie sekilas. Kezie tahu kalau Aurora sedang membalasnya sekarang. "Oo gitu. Ya udah, noh sama Ara aja, Bang!" Azka mengatakannya dengan semangat. “E-eh.” Cuma itu yang terdengar dari mulut Aurora dan Billy secara bersamaan. Ia terkejut karena Azka secara terang-terangan ingin menjodohkanya dengan Billy. "Ngomong apa sih kamu, Ka. Yang bener aja, orang dia seumuran ponakan aku," ujar Billy menutupi kegugupannya. Bagaimana tidak? Saat mengalihkan pandangannya, mata itu tidak sengaja bertemu dengan mata indah milik gadis itu. Aurora yang mendengar apa yang Billy katakan merasa sedikit kesal dengan itu. ‘Palingan cuma beda 9 tahun. Jaman gini juga udah gak ada yang mentingin beda umur. Kemaren gue nonton gosip ada nenek-nenek yang nikah sama anak SMA. Duh.. kok gue jadi kesel gini sama jawabannya Om ganteng, ya!!’ "Lah emangnya kenapa, Bill? Toh cuma ehm... 9 tahun?" Kini Jessica yang bersuara membuat Aurora menahan senyumnya. Gadis itu tak ingin jika yang lain tahu jika ia senang di jodoh-jodohkan dengan Billy. ‘Good, Kak! Terus teruss!’ "Udahlah, Sayang. Biarin aja dia jomblo sampai tua," ujar Azka. “Gak sopan banget sama yang lebih tua,” gerutu Billy. "Nah kan, ngaku juga udah tua.” Azka mengatakannya pelan namun masih saja terdengar oleh Billy. “Mari berpestaa!! Makaann!!" Azka bersemangat melihat banyaknya makanan yang telah tersedia. Yang lain hanya tertawa melihat tingkah lakunya. Berbeda dengan Jessica yang hanya menghela nafas pelan. Mereka merayakan hari jadi Jessica dan Azka dengan meriah ditambah cadaan-candaan hangat dan saling bully. Fyi hampir semua bullyan itu dilayangkan pada Billy. Sampai akhirnya Azka dan Jessica mabuk berat. Yup mereka minum-minum. Jessica mempunyai koleksi jenis minuman alkohol yang banyak. Mereka bicara hal yang tidak jelas sambil sesekali tertawa. Billy yang tidak mabuk dan melihat itu hanya menghela nafas kasar. Kezie? Dia sudah dari tadi masuk ke alam bawah sadarnya tanpa terganggu sedikitpun dengan kebisingan yang dilakukan Jessica, Azka dan Aurora. Billy memang tidak kuat minum banyak. Kalau semua dari mereka mabuk lalu siapa yang akan membereskan kekacauan itu. Billy bergindik ngeri melihat piring dan gelas kosong di meja. Azka menghabiskan sisa makanan yang masih banyak. Billy sempat bingung, sebenarnya berapa banyak makanan yang bisa ditampung di dalam perut pria itu. Billy mengumpulkan piring dan gelas kotor serta sampah yang berserakan di sekitar ruangan. Ia membawa piring kotor ke dapur. Aurora yang melihat itu juga ikut membantu Billy. "Kak." Panggilan itu membuat Billy yang sedang merapikan piring menoleh. "E-eh gak usah. Biar saya aja yang rapiin, kamu istirahat aja sama yang lain," ujar Billy melihat Aurora membawa gelas-gelas yang tadi masih tertinggal dengan salah satu tangan membawa sampah yang sudah dibungkus dengan kantong plastik. "Gapapa kok, Kak. Kan lebih cepet selesainya kalau ngerjain bareng," ujar Aurora sambil meletakan gelas kotor dan memasukan kantong plastik sampah tadi ke kantong sampah yang lebih besar. "Ya udah. Saya yang nyabunin kamu yang bilas ya," ujar Billy dibalas anggukan semangat oleh Aurora. Walaupun ia belum pernah mencuci piring satu kali pun, bukan berarti ia tidak tau caranya. Alasan yang selalu di katakan Aurora saat mamanya menyuruh mencuci piring. ‘Aaa bauu.’ ‘Cape berdirinya.’ ‘Berminyak ih.’ ‘Ntar kuku aku rusakkk.’ Billy mulai menyabuni piring-piring kotor ini dan Aurora yang membilasnya. Poin lain untuk Aurora bagi Billy yaitu bisa bekerja. Dilihat dari penampilannya yang modis, Billy pikir Aurora hanya gadis manja yang merengek kepada orang tuanya. "Duh." Mata Billy terciprat air sabun. "Kenapa, Kak?" Billy dapat mendengar suara lembut itu terdengar khawatir. Billy tersentak merasakan lembut dan dingin tangan Aurora berada di sebelah pipinya. Ia merasakan angin sejuk di sekitar matanya... wangi. Entah kenapa Kenapa merasakan sekarang wajahnya terasa panas. ‘Kok jadi gugup gini ya. Duh, kok wajahku panas ya.’ "Udah gapapa kok. Makasih." Akhirnya Aurora melepaskan tangannya dari wajah Billy yang langsung merasa lega. "Bentar, Kak. Ada busa sabun di wajah Kakak." Aurora meronggoh saku celana belakangnya dan mengeluarkan sapu tangan biru yang tadi ia temui di depan pintu. "Liat sini, Kak." Aurora membersihkan busa sabun yang menempel di wajah Billy. Melihat Aurora dari dekat membuatnya dapat dengan jelas melihat wajah gadis itu. Aurora memiliki garis wajah yang sempuna. Hidung mancung yang tampaknya jika nyamuk hinggap di sana akan terpeleset, kulit putih halus, alis tebal cocok dengan mata abu-abu gelapnya yang indah, bahkan saat tersenyum sekalipun mata itu juga ikut tersenyum membuat siapa saja yang melihatnya pasti meleleh. Kulitnya yang putih lembut tanpa noda dan jerawat. Terakhir bibir tipis berwarna pink yang tampak lembut itu. Ingin Billy membenamkan kepalanya pada air bekas cucian piring tadi karena berfikir bagaimana rasa bibir Aurora. "Selesai," ujar Aurora membuat Billy seakan bangun dari khayalan nakalnya pada Aurora. "A-ah makasih. E-em itu sapu tangan kamu?" Tanya Billy melihat sapu tangan yang ada di genggaman Aurora tak terasa asing olehnya. "Enggak, Kak. Tadi nemu di depan. Punya Kakak?" “Iya. Tadi udah saya cari gak ketemu," ujar Billy yang melihat ada inisial ‘BW’ namanya di ujung sapu tangan itu. "Yahh jadi kotor deh, Kak. Maaf ya. Aku pikir tadi itu milik Kak Jessie jatoh," ujar Aurora dengan raut wajah bersalahnya. "Gak masalah. Seharusnya saya yang makasih sama kamu. Udah bantuin saya beres-beres juga," ujar Billy lalu tersenyum yang membuat Aurora seketika merasa kekurangan udara di paru-parunya. "Santai aja kali, Kak." Namun wajah Aurora yang sama sekali tidak santai, tidak seperti ucapannya. Rona merah terlihat jelas di kedua pipinya. “Oya Kak. Hm... bisa gak kakak bicaranya gak usah formal gitu ke aku? Aku liat sama Kak Jessie, Bang Azka, Kakak ngomongnya santai.” Aurora yang baru menggunakan ‘aku kamu’ dan biasa menggunakan ‘gue lo’ itu merasa kesal ketika Billy menggunakan kata ’saya’. “Tapi kalau Kakak gak nyaman juga gapapa kok, Kak. Seenak kakak aja gimananya,” ralat Aurora cepat melihat raut wajah bingung Billy. “Hm... A-aku coba ya.” Melenyot deh Aurora mendengar suara lembut Billy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD