Aku berjalan menuju ke arah tempat dilaksanakannya akad nikah, ditemani oleh kedua sahabatku. Baru saja Mas Afif mengucapkan kalimat qabul dengan suara lantang dan satu tarikan nafas. Kini, aku sudah SAH menjadi istrinya. Opa menjadi wali nikah karena Papa kandungku tidak mau hadir. Lebih mementingkan liburan daripada aku. Sejak dulu beliau menginginkan anak laki-laki dan kini telah memilikinya, dari istri barunya. Acara pagi ini dilangsungkan di rumah Opa. Halaman belakang yang sangat luas dijadikan tempat akad sekaligus resepsi pernikahan. Hanya pesta sederhana karena kondisi Mas Afif masih lemah. “Dokter Afif ganteng banget ya,” Ujar Cipa pelan. Mimi mengangguk, mencubit pelan lenganku. “Kayak ada matahari di wajahnya. Silau ...” Haiss, berlebihan sekali kedua sahabatku. “Masih puc