“Gak jadi deh Dis, nanti kalo beneran kram, masa iya bibirmu aku kasih balsem” kata Radit setelah berhasil membuat hatiku jumpalitan. Aku langsung terjun bebas, dengan manyun lagi lalu bangkit berdiri. “Hei!!!” protes Radit setelah tawanya reda. “Aku mau pulang, cape hati banget hari ini. Dan waktu 5 menitmu untuk kita bicara sudah selesai” jawabku beranjak mengambil tasku lalu menuju pintu ruanganku. Masih aku dengar tawa Radit sampai dia menahan pintu yang mau aku buka. “Ngambek lagi….” desisnya begitu aku berbalik untuk protes. “Kamu sih…..” lalu aku berhenti karena dia memepetku di balik pintu. Tanpa persiapan dan dengan gerakan cepat, dia cium bibirku. Langsung lemas kakiku sampai aku merasa perlu memeluk lehernya untuk berpegangan supaya aku tidak melorot. Urusan kaki lemas bi