Melihat para penjahat itu masih bertahan di sana. Zevandra tidak ingin tinggal lama di dalam penampung air tersebut.
“Kita keluar saja,” ucap Zevandra.
Apa mereka sudah pergi?” tanya Gemma dengan wajah menegang.
Tidak.”
“Lalu … kenapa kita keluar?”
“Saya bisa mati kalau lama-lama di dalam toren itu,” ujar Zevan.
Ia keluar duluan dengan cara hati-hati, saat Gemma ingin keluar tubuh gemuknya kesusahan keluar.
“Aku kesusahan keluar, bantu aku,” bisik Gemma.
Lelaki bertubuh tinggi itu menarik tangan Gemma, tetapi terlalu susah karena berat badan Gemma sama seperti gajah bunting. Zevandra terpaksa masuk kembali ke dalam toren dan mendorongnya dari sana. Saat mereka ingin keluar,
Buak!
Ternyata Gemma terjatuh ke tanah menyebabkan suara, Zevandra dengan cepat melompat dan menarik tangan Gemma lalu menggulingkan tubuh gemuk itu ke semak-semak, sementara Zevandra berdiri di belakang gedung, sementara Gemma gendut terguling di lumpur di dalam semak-semak, ia terlihat seperti sapi yang sedang mandi lumpur.
“Astaga ini sakit,” keluh Gemma memegang kepalanya yang terbentur tanah.
Tidak lama kemudian ia diam setelah mendengar dua penjahat berlari ke arah mereka.
“Apa kamu melihat mereka?”
Satu kebetulan seekor kucing melintas, hal itu juga yang bisa menyelamatkan hidup mereka berdua.
“Sial, hanya kucing,” umpat pria itu meninggalkan mereka.
Setelah suasana sudah aman, Zevandra berjalan ke semak-semak, Gemma masih berbaring dengan tubuh telungkup di genangan lumpur.
“Kemarilah.” Kita akan pergi dari sini, ia merentangkan tangannya menolong Gemma. Untuk sesaat Gemma terdiam, ia menatap tangan Zevandra. Gemma membandingkan dengan suaminya, kalau itu Regi pasti akan memaki-makinya bukan menolong.
“Tanganku kotor,” ucap Gemma.
Tidak mengatakan apa-apa, pria yang berprofesi sebagai dokter kecantikan itu menarik tangan Gemma membantu wanita gemuk untuk berdiri.
“Kita akan pergi dari sini.” Ia menunjuk ke arah rimbunan pohon.
“Apa mereka tidak akan pergi?” tanya Gemma setengah berbisik.
“Tidak tau.”
Zevandra berjalan mengendap-endap di depan, saat Gemma ingin jatuh ia memegang tangannya dan menggenggamnya dengan erat agar tubuh Gemma tidak jatuh lagi. Akhirnya mereka berjalan jauh meninggalkan Villa, Gemma masih bermandikan lumpur menyusuri di jalanan setapak tangannya masih memegang satu tangan Zevandra.
“Kita berhenti dulu, aku sangat capek,” ucap Gemma dengan napas terengah-engah.
Zevandra berhenti ia mengeluarkan ponsel dari sakunya tapi tidak ada signal, ia duduk di depan Gemma.
“Apa Bapak haus? Aku haus,” Gemma bertanya, tapi ia juga yang menjawab duduk berdua sama manusia kutub utara membuat Gemma lebih cerewet dari biasanya karena ia penakut. Untuk mengalihkan rasa takutnya ia harus bawel dan banyak bicara.
Zevandra hanya jadi pendengar saja, ia takut Gemma ketakutan, apalagi saat mendengar burung hantu yang bersahut-sahutan.
“Kita kemana? Kakiku sudah tidak kuat lagi,” ucap Gemma.
“Kita jalan kedepan sedikit lagi, di sana ada kali.”
Saat mereka tiba, ia meminta Gemma membersihkan tubuhnya dari lumpur
“Lepaskan saja pakaianmu?”
“APA?”
“Jangan salah paham, pakaian basah itu akan membuatmu masuk angin, Kamu boleh memakai jaketku.” Zevandra melepaskan jaket miliknya.
Gemma terdiam lagi, ia kaget dengan sikap baik Zevandra, baru kali ini ia dihargai sama laki-laki. Kalau biasanya ia lewat para pria biasa memanggilnya gajah bengkak, kalau tidak gembrot. Kata-kata hinaan dan ejekan itu sudah biasa juga ia dengar dari Regi.
Gemma menurut, melepaskan pakaian bagian atasan mengenakan jaket Zevandra, walau jaket itu kekecilan di tubuh gemuknya tapi ia tetap memakainya.
Lalu mereka berjalan menuju sebuah gubuk di tengah ladang.
“Kita istirahat disini.” Zevandra mencoba mencari korek api di gubuk menggunakan senter ponsel dan ia menemukannya. Dokter itu menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka. Setelah beberapa jam disana Gemma merasakan d**a sakit kembali.
‘Astaga ini memalukan’ Gemma mencoba bertahan, duduk melipat tangan diatas lutut ia merasa air dari dadanya mengalir deras membasahi jaket milik sang dokter.
“Apa kamu sakit?” tanya Zavendra menatap wajah Gemma yang pucat.
“Bisa Dokter mengeluarkannya lagi. Ini sangat menyiksa. Tubuhku meriang menahan rasa sakit ini.”
“Gemma, begini aku harus jelaskan.”
Wanita cantik, bertubuh gemuk itu menatap Zevandra dengan mata sayu.
“Asi itu akan tetap ada dan setiap kali kamu makan dan minum akan diproses jadi ASi. Jadi, setiap aku meminumnya tidak bisa hanya satu kali itu akan terus berlanjut.”
“Baiklah,” sahut Gemma tidak menyimak maksud perkataan sang dokter.
“Apa kamu mengerti maksudku?”
“Tidak. Tapi tolong lakukan sesuatu Aku kesakitan” sahut Gemma sambari menunduk.
“Begini … nanti aku akan minum ini, mungkin setiap beberapa jam dengan begitulah kamu tidak merasa kesakitan. Kamu jangan berpikir aku m***m jika aku minum s**u milikmu.”
“Apa harus sesering itu?”
“Iya, jika misalkan ada bayimu di sini dia juga akan minum ASI bisa dua kali satu jam.”
“Baiklah,” jawab Gemma dengan wajah memerah, ia melepaskan jaket itu sebagian, sebenarnya ia sangat malu melakukan itu, biar bagaimanapun ia sudah menikah dan lelaki yang bersamanya juga sudah menikah. Tapi terdampar di hutan tengah malam tidak banyak yang bisa mereka berdua lakukan. Keduanya harus saling kerja sama agar bisa bertahan hidup.
“Kemarilah … kamu harus memangku kepalaku, agar aku bisa meminumnya.”
Gemma mengikuti instruksi yang dikatakan Zevan, ia mendekat.
“Kamu harus menundukkan sedikit tubuhmu Emma, Aku tidak bisa.
Anggap saja aku bayi besar,” kata Zevandra.
Walau merasa kesal, Gemma melakukannya ia sudah membuang semua rasa malu dalam dirinya, ia bertekad untuk tetap hidup demi mendapatkan bayi yang dilahirkan.
**
Besok harinya mereka bangun dan niatnya menemukan jalan pulang, ternyata mereka berdua berjalan terlalu jauh dan tersesat.
Gemma sudah biasa menjalani hidup keras, ia lahir besar di kampung , ia sudah biasa makan-makanan dari hutan. Maka untuk bisa bertahan hidup ia memanfaatkan tumbuhan di sekitar hutan. Berbeda dengan Zevandra lelaki tampan itu hanya bisa diam melihat Gemma
“Apa itu bisa dimakan?” tanya Zevandra saat Gemma memungut tumbuhan liar dan memakannya.
“Tenang saja Pak Dokter, saat saya masih tinggal di kampung keluargaku sering di ladang. Terkadang kami menginap disana untuk menjaga tanaman dari hama,” tutur Gemma ia menceritakan masa kecilnya saat tinggal di desa. Walau Zevandra tidak menanggapinya hanya mendengar Gemma tetap saja melanjutkan ceritanya.
“Banyak yang bertanya seperti ini. Kenapa kamu mau jadi TKW? Kenapa tidak sekolah tinggi atau buka usaha sendiri? Banyak orang yang mengatakan seperti itu.”
“Ya, Kenapa?” tanya Zevandra.
Kehidupan keduanya sangat berbanding balik, Zevandra lahir dan besar dari keluarga kaya raya, pemilik beberapa rumah sakit besar dan pemilik perusahaan produk kecantikan . Sementara Gemma lahir di desa. Bahkan di kampungnya keluarga Gemma yang paling miskin, rumah orang tuanya bahkan sudah rewot.
“Tidak semua orang lahir dari keluarga kaya raya seperti Anda Pak Dokter. Dari saya kecil ayahku sudah sakit-sakitan, jadi uang keluargaku habis untuk pengobatan ayah. Tidak cukup hanya ayah, bahkan adik laki-lakiku ditabrak seseorang dan membutuhkan uang untuk pengobatannya. Karena janji manis keluarga Regi akan membantu keluargaku, makanya aku mau menikah dengannya. Tapi ternyata mereka hanya ingin membalas dendam pada keluargaku, makanya menikahiku. Dia dan istrinya belum bercerai aku hanya dijadikan pembantu di rumah,” ujar Gemma.
Zevandra tahu kebenarannya. Wanita yang selama ini menarik perhatiannya ternyata hanya ibu sambung. Zevandra sudah lama memperhatikan Gemma, ia bisa melihat Gemma dengan jelas dari taman rumahnya, melihat wanita itu mondar-mandir mengerjakan pekerjaan rumah sekaligus merawat empat anak, bukan hanya itu, ia juga berjualan kue pesanan ibu-ibu komplek rumahnya dan salah satunya Zevandra langganan kue Emma, ia melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan asisten rumah tangga.
Jadi yang selama ini ia lihat bersama Regi selama ini adalah istri pertamanya. Erina salah satu pasiennya yang melakukan operasi plastik untuk mempercantik penampilannya.
Apakah Zevandra akan membantu Gemma membalas perbuatan Regi dan Erina?
Bersambung